Batam, 2030
Joanna sedang menatap takjub bangunan megah di depannya. Rumah besar di tengah hutan yang memiliki kolam renang di depannya. Pada garasi juga terdapat banyak mobil mewah yang sudah pasti pajaknya bisa memakan biaya milyaran rupiah setiap tahunnya.
"Jangan takut, bos kita orang baik dan tidak banyak menuntut!"
Bisik Teressa, wanita tinggi yang berdiri di samping Joanna. Dia juga memakai pakaian hitam-hitam seperti Joanna. Karena mereka memang sedang bekerja menjadi bodyguard Rosaline, pewaris tunggal Douine yang merupakan kasino atau tempat judi terbesar di Batam.
Joanna mengangguk singkat. Kemudian menatap depan dengan tajam. Melihat sepasang suami istri yang kini sedang berbincang ringan di bawah payung hitam.
Mereka tampak bahagia, sama seperti apa yang telah Teressa ceritakan. Mengingat usia pernikahan mereka baru menginjak tiga tahun lamanya. Tidak heran jika hubungan mereka masih terlihat hangat seperti sekarang.
"Liona lucu, ya? Aku jadi ingin punya anak juga. Bagaimana menurutmu? Bagaimana kalau kita culik saja anak itu?"
Jeffrey tidak menyahuti candaan Rosa. Karena dia tiba-tiba teringat seseorang yang pernah singgah di hatinya. Perempuan berbibir tipis dan suka makan risoles isi mayones seperti Liona, anak dari kakak tiri istrinya.
"Jeffrey, kamu sedang melamun? Ada apa? Mama Jessica baik-baik saja, kan?"
Jeffrey langsung tersadar dari lamunan ketika Rosa menepuk pundaknya. Membuatnya langsung mendongak dan menatap depan. Hingga tubuhnya menegang tiba-tiba ketika melihat sosok perempuan yang sebelumnya telah memenuhi pikiran.
"Oh, ini bodyguard baru yang dikirim Papa?"
Tanya Rosa pada Teressa sembari menunjuk Joanna, wanita pendek berisi yang saat ini berdiri tegak di samping Teressa. Membuat keduanya tampak kontraks jika bersebelahan. Karena memiliki gap tinggi badan yang cukup lumayan.
"Iya, Nyonya."
Joanna menatap lurus pada Rosa. Kemudian membungkuk hormat padanya. Lalu memperkenalkan diri setelahnya.