Volition

743 26 7
                                    

Pagi itu Lukas bangun lebih cepat dari biasanya. Pria itu hanya ingat satu hal, bahwa ia terlalu banyak minum semalam.

Sampai mabuk, hingga untuk berjalan keluar dari tempat hiburan itu pun Julian sampai bersusah payah untuk membopongnya.

Namun untungnya, ia datang ke tempat itu tidak dengan menyetir sendirian. Ada pak Yono, sang supir yang selalu setia menungguinya bahkan sampai larut malam sekali pun.

Maka dari itu Julian tak harus repot-repot mengantarkan nya pulang. Karena bila hal itu pun terjadi, keesokan harinya ia harus mengurus mobil yang dibawanya semalam. Yang sudah pasti harus ditinggalkan nya begitu saja di tempat hiburan malam tersebut.

Dan membayangkan nya saja sudah cukup membuat pria itu merasa malas dan juga pusing.

Satu masalah berhasil dihindari nya, tapi ada hal lain yang kini mulai datang mengusik pikirannya.

Tentang bagaimana bisa ia berakhir di tempat ini. Di kamar milik Rea. Dan bukannya kamar pribadinya.

Apa yang terjadi setelahnya? Tepat setelah ia tiba di kediaman nya ini. Hingga akhirnya ia bisa bermalam di tempat ini. Dalam kondisi yang mabuk pula.

Sungguh sebuah hal yang langka. Karena saat sadar saja Rea akan selalu mengajukan protes, meminta pria itu untuk kembali ke kamarnya. Dan dengan tegas mengusir pria itu agar tak mencoba bermalam di kamar yang sama dengan nya.

Seranjang! Dan itu adalah peraturan utama yang Lukas harus penuhi, demi membuat wanita itu merasa nyaman. Setidaknya hingga ia benar-benar sembuh setelah jatuh sakit beberapa waktu yang lalu.

Tapi pagi ini ia terbangun di kamar ini. Di atas ranjang yang biasa wanita itu gunakan untuk beristirahat.

Yang mau dipikir sebagaimana pun ini masih sangat terasa sulit untuk di terima oleh nalarnya.

Membuat Lukas jadi punya pertanyaan bodoh soal sebenarnya yang semalam mabuk itu dirinya atau malah Rea. Karena bagaimana bisa wanita itu mengijinkan nya bermalam di sana. Tanpa coba memindahkan nya atau bahkan menyeret nya keluar dari ruangan itu. Dan malah mengijinkan nya begitu saja tidur dengan nyaman di kamar nya.

Gila, ini mungkin terlihat sepele tapi bagi Lukas bukanlah ini bisa dikatakan sebagai sebuah kemajuan yang cukup pesat. Karena akhirnya Rea mulai melunak padanya. Tak lagi kaku dan terus menjauhkan dirinya darinya.

"Tapi tunggu! Kalau aku tidur disini sendirian, terus dimana Rea sekarang? Jangan bilang ia pindah ke kamar ku? Tukeran gitu? Ah, sudahlah! Lebih baik aku segera cari dia." Putus Lukas akhirnya.

Dan dengan langkah cepat di turuninya ranjang besar itu, seraya melihat ke sekitar kamar, masih berpikir mungkin Rea ada di sana.

Hingga saat ia hampir sampai di pintu keluar kamar di sadari seseorang rupanya tengah tertidur di sofa besar yang berada tepat di hadapan pintu kamar itu.

Sofa yang mebelakangi ranjang tempatnya tidur barusan, membuat sosok itu tak terlihat jika saja Lukas tak berjalan ke arah pintu kamar tersebut.

Ia lalu mencoba mendekatinya, menelisik sosok yang rupanya sedari tadi memenuhi isi kepalanya. Rea.

Wanita itu rupanya tidur di sana. Berbekal selimut seadanya dan sebuah bantal, ia nampak meringkuk pulas. Seakan tak terganggu oleh suara apapun yang mungkin ditimbulkan pria itu sejak ia bangun barusan.

"Kenapa dia malah tidur disini sih?! Pasti gak nyaman. Walau tubuh nya kecil tetap saja di ranjang itu akan terasa lebih empuk dari pada di sofa ini." grutu Lukas dengan suara setengah berbisik.

Dan tanpa menunggu lama segera di angkatnya tubuh wanita itu kedalam gendongan nya, sebelum akhirnya ia rebahkan kembali ke atas ranjang besar itu.

Sejenak pria itu termangu, menatap wajah polos Rea yang masih tertidur dengan begitu lelapnya. Membuat nya tanpa sadar malah tersenyum tipis, mengingat segala hal yang pernah ia lewati bersama wanita itu dahulu. Betapa indahnya, setidaknya itulah kesan hangatbyang masih Lukas ingat, sebelum sosok Adrian datang dan merubah segalanya.

Pawned WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang