Siapa Dia

4 1 0
                                    

Buat prat ini gak ada horor-horor  nya dulu nanti part berikutnya ada.


Panasnya terik sinar matahari yang menyengat keseluruhan tubuh, nyatanya tidak membuat para murid SMA HARAPAN NEGARA mengurungkan niat untuk latihan basket begitu juga dengan yang penontonnya. pulang sekolah mereka langsung latihan untuk pemilihan oleh sang pelatih siapa yang akan layak ikut serta tanding dalam lomba basket antar sekolah.

"HUUUU"

"NATAAANNN SEMANGAT"

"ALDIII"

"AYANG AKU SEMANGAT"

"YAAMPUUN OPPA KAMU TERLALU TAMPAN UNTUK DI LIHAT WANITA LAIN, SELAIN AKU"

"Dih najis," sahut beberapa orang menangapi ucapan alay tersebut.

"IIIHH KEREN BANGET,"

suara riuh sorakan semangat para penonton beradu mulut. Terlebih lagi para perempuan yang meleleh melihat akan pesona ketampanan kaum Adam yang dengan liahainya bermain basket yang menjadi daya ketampanan mereka kian bertambah, dan ada juga yang meneriaki mengaku-ngaku sebagai kekasih.

Baru saja latihan sudah sangat ramai sekali akan penontonnya.

Alana berjalan begitu saja melewati kebisingan di lapangan tanpa ingin menoleh ataupun menononton basket.
Walaupun anak basket rata-rata pria tampan populer di sekolah, Alana sama sekali tidak tertarik dengan hal itu. yang Alana pikirkan saat ini hanyalah pulang dengan cepat istirahat. Berkumpul dengan orang banyak gadis itu selalu merasa sangat lelah seakan-akan energinya terkuras habis bagaikan handphone yang belum di charger.

Alana menungu jemputan supirnya di depan gerbang sembari membaca buku tebal yang ia pinjam kemarin di perpustakaan.

Suasana di gerbang sudah sepi hanya berkisar beberapa orang saja yang menunggu jemputan dan yang lain sisanya di lapangan menonton basket.

Tak lama dari itu ada suara klakson mobil berwarna putih baru saja datang depan gerbang sekolah mengintruksi bahwa ada jemputan yang datang. Alana langsung melihat itu, ketika kaca mobil di buka oleh sang pengemudi ternyata bukanlah orang yang dia tunggu dari tadi melainkan orang lain, hanya mobilnya saja yang sama.

"Papa aku udah jemput, duluan Gebi," ucap seorang siswi dengan melambaikan tangan pada teman perempuan nya, yang juga kebetulan sama sepertinya menunggu jemputan. Ia menghampiri mobil putih yang baru saja datang tersebut.

"Udah lama ya sayang," ujar papa siswi itu.

"Gak juga si,'' siswa itu sudah masuk kedalam mobil, lalu ayahnya mencium kening putri tercinta.

Alana yang memperhatikan itu tidak tau mengapa merasa iri, memang itu hanya hal kecil tapi, berakibat besar baginya.

"Gimana sekolahnya," lalu mobil itu berjalan melintas menutup kaca mobil kembali, meningalkan perkarangan sekolah.

Sudah satu jam lama menunggu pak Burhan sampai sekarang belum juga datang menjemputnya, jadi Alana berinsiatif untuk pulang sendiri menaiki taxi online tetapi Alana baru teringat baterai hpnya lowbat Karna dari kemarin ia belum mengecasnya. sejak pagi tadi alana membawa hp itu dalan keadaan baterai tersisa sedikit jadi wajar saja. Gadis itu merutuki kebodohannya sendiri mengapa disaat hal sepenting ini ponsel nya sangat berguna, biasanya benda itu kadang sangat tidak penting baginya. kalau tau seperti ini Alana tidak memainkan hp itu tadi walau hanya menyetel musik.
Area gerbangpun sudah tidak ada orang lagi selain dirinya.

Apakah Alana harus berjalan kaki tapi tidak mungkin juga kan sejauh itu? Gadis itu menghela napas panjang, tidak tau harus berbuat apa saat ini, tidak biasanya supirnya menjemput selama ini pasti ada terjadi sesuatu pikir Alana.
Bahkan kendaraan umum saja belum melintas di sekitar sini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MATA BATINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang