10

500 78 10
                                    

.

.

.

Lavender
AndyniRyuu

.

.


Seluruh sekolah masih saja membicarakan postingan Seokjin walau sudah berlalu dua hari. Agaknya, satu postingan itu benar membuat citra Seokjin makin rusak saja. Bukan hanya di mata Taehyung dan ayahnya, tapi juga dimana seluruh orang yang mengenalnya.

Sampai sejauh ini, tak ada satupun orang yang mau menatap Seokjin tanpa berbisik. Sepanjang jalan terus saja di penuhi desas-desus yang Seokjin benci. Ia benci mendengarnya.

Rasanya, ingin Seokjin hilangkan saja kemampuan mendengarnya. Jujur saja ini semua sangat mengganggu.

Karena tak tahan dengan keadaan sekolahnya, Seokjin memutuskan untuk membolos hari ini. Anak itu menyimpangkan tasnya di bahu kanan dan melompati pagar di pintu belakang sekolah yang untungnya masih bisa ia jangkau.

Seokjin tak tahu ia akan kemana sekarang. Tak ada sama sekali tempatnya bisa pulang. Rumah ayahnya selalu saja di penuhi dengan kalimat menyalahkan. Sementara rumah ibunya, bahkan sama sekali tak ada yang mengharapkannya. Rumah kedua kakeknya isinya hanya pembahasan harta dan harta. Dan tempat terakhir, yaitu markas nya dengan Jungkook kini tak lagi seperti dulu. Jungkook berubah total semenjak hari pelampiasan amarah itu. Hubungan keduanya agak retak, dan tak pasti apa itu penyebabnya.

Seokjin yang tak memiliki kawan kini hanya berjalan dan berjalan tanpa arah tujuan. Meski kaki telah pegal karena kabur tanpa menggunakan motor, Seokjin tetap melanjutkan perjalanan menuju satu-satunya tempat yang ia bisa jadikan untuk tempat pulang.

Seokjin menyeka keringat saat dirinya telah sampai di tempat tujuannya. Pemuda itu kemudian berjalan dengan santai, namun agaknya ia juga dilanda rasa heran kala melihat dua orang berbadan besar di depan Rumah abu.

"Kenapa sekarang ada penjaga? Sejak kapan ada di luar juga?" Heran Jin.

Namun, rasa heran Seokjin tak membuat anak itu mengurungkan niatnya untuk menemui sang ibu. Seokjin tak menghiraukan dua penjaga itu, ia pikir tak ada urusannya juga dirinya dengan mereka. Tapi, baru juga Seokjin melangkah sedikit maju dari dua orang itu, keduanya berdeham seolah menginterupsi pergerakan Seokjin.

"Kim Seokjin haksaeng?" Panggil salah satu dari mereka. Karena merasa jika orang itu mencoba mengkonfirmasi namanya, Seokjin pun mengangguk sebagai jawaban.

"Kami adalah suruhan dari tuan Kim Gaon. Beliau memerintahkan kami untuk melarang anda mengunjungi nyonya Kim dengan alasan apapun." Ucap salah satu dari mereka.

Tangan Seokjin terkepal menahan emosi. Ia benar-benar tak menyangka jika ayahnya akan se-tega ini. Padahal Seokjin hanya mengunjungi, tapi kenapa dilarang juga?

"Apa tak bisa izinkan aku sebentar saja? Aku hanya ingin menemui mamah. Sebentar saja.. aku janji!" Seokjin mencoba membujuk dua penjaga itu. Namun, yang terjadi keduanya hanya menggeleng. Tak ada izin untuk dirinya sekarang. Bahkan untuk sekedar melepas rindu pun tak ada.

Dengan langkah gontai dan hati yang kecewa, Seokjin meninggalkan tempat itu. Ingin rasanya memaksa masuk meski harus membuat keributan, tapi bukankah itu sama sekali tak sopan? Ia masih punya nurani tentunya. Ia tak boleh mengecewakan sang ibu, apalagi sampai membuat semua yang disekitarnya hancur.

Seokjin harus bisa menahannya walaupun kenyataannya ini sangat menyakitkan.

.

.

Lavender [라벤더] SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang