50

51 5 0
                                    

“Kalau suatu hari gua ajak lu balikan mau enggak?” tanya Gerhana ragu. Ia sudah tahu jawaban yang akan diberikan, tapi ia masih saja nekat. Padahal sudah jelas tadi dijelaskan. Namun, kali ini ia ingin mendengar jawaban Crystal saat tidak emosi.

Crystal tersenyum entah apa artinya. “Mau,” jawabnya.

“Serius?” tanya Gerhana riang.

Kepala Crystal mengangguk semangat. “Ada tapinya.”

“Apa?”

“Tapi, tunggu gua lulus jadi sarjana ya. Nanti lu minta izin ke Papa gua sambil bawa rombongan. Paham enggak maksudnya?”

Satu tangan Gerhana mengacak rambut Crystal. “Paham. Oh, jadi Acanya RP mau kalau nanti dilamar pas udah lulus kuliah?”

That’s right. Sanggup enggak menunggu kurang lebih empat tahun?”

Badan besar itu langsung ditegapkan. “Sangat sanggup! Lima ribu tahun pun Gerhana sanggup menunggu Aca kembali ke dalam pelukan Gerhana.”

Gelak tawa gadis itu membuat hati Gerhana menghangat. Setidaknya meski sudah putus mereka tidak menjadi asing. Malah Gerhana senang ia mendapatkan kesempatan kedua meski kesempatan itu masih lama untuk bisa dicapai.

Tangan besar itu meraih kedua telapak tangan kecil dan membawanya ke depan dada. “Saat kuliah nanti Crystal janji ya. Jangan pernah suka sama cowok lain. Gerhana janji bakal lamar Crystal setelah Crystal wisuda. Crystal juga tunggu Gerhana sukses ya biar Papa kamu bangga punya calon mantu kayak Gerhana.” Buku-buku jari itu dicium.

Kedua sudut bibir diangkat ke atas. “I will wait you, Gerhana. Sekarang kita fokus pendidikan dulu ya. Kamu raih dulu segala cita-cita kamu. Crystal enggak akan ke mana-mana kok. You will stay in my heart, Mr. Pradipta.” Jari-jari itu dibentuk love besar.

Thank you, Crystal.”

☆☆☆

A

lunan gitar dan nyanyian berisik para lelaki yang memakai kaus hitam terdengar beberapa meter dari seorang pria yang mengendarai motor biru. Suara yang terdengar pas-pasan mampu menimbulkan perasaan malu dalam hati.

Motor ninja itu berhenti di pinggir warung. Sengaja parkir di situ karena sengaja malam ini menongkrong tidak lama. Gerhana melepas helm, lalu menyugar rambut ke belakang. Kepalanya sedikit merendah saat di depan kaca spion. Poni samping ia acak-acak. Gerhana turun dari motor dan segera mendatangi kumpulan itu.
Mulai dari yang duduk dekat pintu masuk sampai ujung semuanya bersalaman. Gerhana menarik kursi plastik dan duduk di lingkaran kecil berisi Jo, Tama, Billy, Graha, dan sejumlah anak Bima Sakti.

Orang yang memiliki wajah serupa dengannya menoleh dan menatap dengan tatapan menelisik. “Ada yang aneh nih. Lu kok udah enggak galau?” tanya Graha tengil.

“Buat apa galau. Bikin capek hati aja. Mending sekarang kita makan mi instan. Pesan sono nanti gua yang bayar.”

“WEEE. MANTAP BOS.” Anak-anak yang mendengar itu langsung bersorak heboh. Beberapa dari mereka langsung mencium tangan Gerhana.

Gerhana memesan mi melalui anak gengnya yang sudah berada di depan Mbak Monik. Laki-laki itu mengeluarkan kotak rokok, lalu mengambil sebatang dan ia menyalakan korek. Kepulan asap melayang di udara dan menghilang disapu angin.

“Ger. Ada kabar baik buat kita.” Jonathan yang baru saja berkelana di media sosial mengangkat suara.

Gerhana hanya menaikkan kedua alis.
Layar yang berisi percakapan singkat terpampang jelas di depan mata. “Angkasa dan geng ditangkap polisi atas kasus penyalahgunaan narkoba dan kasus pembunuhan adek lu, Gavin.”

Seketika Gerhana membuang rokok dan bersujud. “Alhamdulillah ... akhirnya lu dapat keadilan, Vin. Paling enggak pembunuh itu dikurung.”

Graha langsung memeluk sang adik dan menangis haru. Harapan kedua anak kembar itu terwujud. Mereka yakin kalau adik mereka bahagia.

“Omong-omong siapa yang laporin kasus Gavin? Perasaan semua barang bukti sudah hilang.” Gerhana terheran-heran.

Jonathan menoleh ke samping dan langsung mengangkat tangan tinggi-tinggi. “WOI SINI.” Orang yang dipanggil langsung menunjuk dirinya sendiri dan dijawab anggukan oleh pria memakai kalung salib.

Dengan bangga Jonathan memegang kedua bahu pria kemeja abu-abu. “Dia adalah penolong kita. Jadi, lu semua harus baik sama dia,” jelasnya. Cowok itu hanya menatap datar laki-laki begajulan itu.

Alangkah terkejut si kembar saat melihat sosok jangkung itu. Graha dan Gerhana langsung mendekati lelaki berwajah datar itu.

Bersambung ....
 

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang