ONESHOOT

29 3 0
                                    


  Sinar mentari menelusup masuk kecelah celah jendala kamar kumuh dan kecil itu, tirai yang terbuat dari koran bekas tersebut masih engan untuk terbuka dan mempersilahkan cahaya pagi masuk ke kamar tersebut. Sedangkan gadis kecil yang bertubuh kurus di kamar tersebut tetap pulas dengan tidurnya, seakan susah untuk membuka kelopak mata indahnya. Namun tidak berangsur lama, gadis kecil tersebut tersentak kaget membuat dirinya terduduk di atas kasur rapuhnya. Hal pertama yang di ucapkannya ialah,

"Astaga aku pasti kesiangan" ringisnya di atas kasur rapuh itu

Dengan kesadaran penuh, gadis kecil itu turun dari kasur dan mulai berjalan dengan langkah lebar dan langsung mengambil handuk kumuh yang tersangkut di sebiji paku yang tercantul di dinding kamarnya. Ia langsung bergegas masuk ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri agar tidak terlambat sekolah untuk kesekian kalinya.

Selesai mandi dan berpakaian serta berkemas, gadis kecil tersebut langsung membuka pintu kamarnya dengan tergesa gesa dan berjalan menuju suatu ruangan yang tampak kumuh dan kecil juga. Ia melihat tubuh seorang wanita paruh baya yang tertidur di atas kasur rapuh itu, dan wanita paruh baya itu menatap ke arahnya dan tersenyum teduh. Gadis kecil tersebut melangkah kecil ke arah samping kasur ibunya. Saat ia sampai di samping kasur ibunya, ia langsung mengambil sebelah tangan sang ibu yang terjulur kaku di atas kasur, lalu ia berkata,

" Ibu..raina terlambat lagi" ucapnya senduh sambil menundukan kepalanya
Sang ibu masih menatap sang anak dengan tatapan teduhnya, ia mengelus genggaman sang anak dengan ibu jarinya yang di genggam sang anak. Lalu sang ibu bermonolog,

" Raina tidak perlu bersedih sayang, maafkan ibu yang tidak bisa membangunkan raina setiap pagi untuk mengingatkan raina bersekolah, maafkan ibu yang tidak baik dalam mengurus raina.." senyuman itu masih terukir dibibir keringnya.

Gadis kecil yang bernama raina anastasya yang awalnya menunduk, langsung mendongakan kepalanya atas ucapan yang di lontarkan sang ibu. Tak disangka air matanya mulai mengalir di pipi berisinya, ia mulai sesegukan dan menjatuhkan dirinya pelan untuk memeluk sang ibu yang masih senantiasa di atas kasurnya.

" Hiks...hiks..., ibu jangan berbicara begitu. Maafkan raina yang selalu membuat ibu bersedih. Raina janji akan bangun lebih awal dan rajin bersekolah. Maafkan raina ibu.." ucapnya disela sela tangisnya.

Sang ibu masih senantiasa tersenyum teduh menatap anaknya, ia merasa amat bangga mempunyai buah hati yang amat pengertian dan baik. Ia merasa tidak pantai menjadi seorang ibu, dikarenakan tidak dapat mengurus anaknya dengan baik. Ia terpaksa tetap berbaring di atas kasur karena penyakitnya. Sang ibu mengalami struk, sehingga membuatnya tidak dapat menggerakan seluruh bagian tubuhnya kecuali jari jari tangan dan kepalanya.

Tetap pada posisi raina yang memeluk ibunya, sampai ucapan ibunya membuat raina langsung  melepas pelukan hangat dari tubuh sang ibu dan menatap sang ibu.

" Raina jika ingin membuat ibu bangga, maka raina harus tetap rajin bersekolah dan rajin belajar. Ibu akan sangat senang jika raina melakukan itu" ucap sang ibu

Raina berdiri tegak lagi, dan menghapus matanya yang berair dengan punggung tangannya dengan sedikit kasar. Ia mulai menerbitkan senyum indahnya dengan pipi berisinya yang terangkat karena senyum lebarnya.

" Siap buk, raina akan rajin bersekolah dan belajar untuk membanggakan ibu" sebelah tangannya terangkat dan melakukan gerakan seakan akan hormat bendera, yang membuat sang ibu tertawa kecil akan tingkah gadis kecilnya.

" Raina berangkat sekolah dulu ya ibu, sehabis pulang sekolah raina mau mengambil kue dari ibu siti untuk raina jual. Nanti kalau raina sudah dapat uang, raina langsung membelikan ibu makan dan pulang untuk makan bersama ibu" ucapnya riang dan tersenyum lebar

GADIS KECIL PENJUAL KUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang