• Mbak mantan •

29 3 0
                                    

HAPPY READING!
-

Sejak kejadian itu, hubungan pertemanan antara Gala dan Kenzie merenggang. Keduanya sama-sama saling menjauh, membuat teman-temannya yang lain geram.

"Mending lo putusin pacar lo itu," kata Fauzi dengan sebatang rokok disela jarinya. "Gue gak suka sama tuh cewek,"

Gala mengepalkan kedua tangannya, "Bukan urusan lo!"

"Jadi urusan gue dong sekarang, kalau akhirnya jadi kayak gini. Karena tuh cewek, lo sama Kenzie jadi saling ngejauh. Dan bisa bikin pertemenan kita ancur, Gala!" Fauzi kalau sudah mode seserius ini memang menakutkan.

"Tapi menurut gue, Vinara gak salah apa-apa." celetuk Dicky yang sedari tadi terus diam.

"Gak salah apa-apa kata lo, Ky? Lo udah liat sendiri, Ky." geram Fauzi.

"Terus lo mau terus-terusan salahin Vinara?" Dicky menaikan sebelah alisnya.

Prang.

Gala membanting gelas berisi minumannya dengan rahang mengeras.

"Pertama, gue gak tau kalau Kenzie suka sama Vina. Kedua, lo gak kenal Vina, jadi lo gak bisa buat kesimpulan apa-apa soal Vina. Ketiga, yang Dicky bilang itu bener. Ini salah gue sama Kenzie, bukan Vina. Dan terakhir, lo terlalu banyak bacot!" ucap Gala panjang lebar. Dadanya naik turun dengan nafas ngos-ngosan.

Bugh!

"FAU!" Febio dan Dicky sama-sama kaget dengan tindakan Fauzi.

Gala mengusap sudut bibirnya yang berdarah, rasanya perih sekali. Bogeman yang Fauzi layangkan memang tak main-main.

"Gue banyak bacot karena gue peduli sama pertemenan kita, anjing!"

"Udah Fau, udah." Febio menarik tubuh Fauzi menjauh dari Gala yang hanya diam.

"Lepas!" Fauzi memberontak, tapi percuma karena cengkraman Febio begitu kuat.

"Kita bisa bicarain ini baik-baik, gak perlu tonjok-tonjokan." Dicky menatap Fauzi tajam. "Ayo pindah ke belakang, kita omongin disana."

Saat ini mereka berempat sedang berada di salah satu rumah. Ukuran rumahnya sedang-sedang saja, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Sebetulnya rumah itu milik Dicky, lebih tepatnya bekas rumah kakek neneknya yang sekarang pindah ke Solo.

Daripada dibiarkan kosong atau dijual ke orang lain, kakek nenek Dicky memberikan rumah itu ke Dicky. Dan Dicky menerimanya dengan senang hati. Akhirnya rumah itu dijadikan rumah kedua oleh mereka.

Kalau sedang merasa bosan dengan rumah masing-masing, mereka berlima pasti akan berkumpul dirumah itu.

"Bi, buatin makanan sama minuman dingin lagi ya?" Dicky berbicara pada bi Marti, pembantu sekaligus orang kepercayaan Dicky.

"Oke mas Dicky,"

"Yuk!"

"Gue mau pulang aja,"

Dicky berdecak, "Gue gak mau masalah ini makin panjang. Kita harus cepet-cepet lurusin nih masalah."

Gala mengalah.

"Feb, Kenzie ke sini gak?" tanya Dicky seraya melangkah menuju belakang rumah. Disana ada gazebo dan juga kolam ikan kecil.

"Gak ke sini dia,"

"Kenapa?"

Febio menggeleng pelan, "Kurang tau ya,"

"Coba lo telpon deh, suruh dia ke sini. Kita beresin ini bareng-bareng," ujar Dicky penuh penekanan.

"Gak aktif nomornya,"

"Jemput sana,"

Tanpa protes, Febio pergi untuk menjemput Kenzie yang memang seharian ini menghilang tanpa kabar.

- G A V I N -

Gala ingin melepas helm fullface nya, namun tak jadi karena seseorang memeluknya dari belakang.

"Kangen,"

Deg!

"Navisa?" kaget Gala dengan raut wajah tak biasa. "Ngapain?"

"Halo ex! Udah lama ya kita gak ketemu, kangen tau!" perempuan yang tadi memeluk Gala itu adalah Navisa, mantan pacar Gala yang terakhir.

Dua tahun tahun lalu, Gala dan Navisa putus. Alasannya, Navisa terpaksa pindah mengikuti kemanapun ayahnya pergi. Navisa yang tidak bisa menjalankan hubungan jarak jauh pun meminta putus. Waktu itu Gala tidak terima, tapi Navisa terus-terusan memaksa putus. Akhirnya Gala pun setuju walaupun dengan setengah hati.

Dan kini Navisa kembali, membuat Gala mengingat semua kenangan manis yang pernah mereka berdua lewati. Kenangan manis tersebut terlalu manis untuk Gala lupakan begitu saja.

"Hey? Kok bengong sih?" Navisa melambaikan tangannya didepan wajah Gala.

"Kenapa balik?" tanya Gala tercekat.

Navisa tersenyum lebar, "Aku kesepian di Bali, soalnya gak ada kamu. Dan aku udah mutusin buat kuliah disini, bareng kamu."

Gala terdiam, merasa bingung dengan situasi saat ini.

"Kok diem? Kamu gak suka ya kalau aku pindah kesini? Aku kira kamu bakal seneng kalau aku balik," Navisa cemberut, merasa kecewa. "Malahan aku berharap kita bisa balikan, Gal."

"Aku tau kok kamu udah punya pacar lagi. Tapi sebelum janur kuning melengkung, aku masih ada kesempatan dong?" imbuh Navisa penuh tekad.

Gala menggeleng, "Gak bisa,"

"Bisa kok, asal aku berusaha dan kamu mau nerima aku lagi." kata Navisa santai. "Udah ah, aku mau nemuin tante Soraya."

Dengan senyum mengembang, Navisa berlari kecil masuk kedalam rumah Gala.

"Kenapa harus balik disaat kayak gini, Sa?"

•••
Hayoloh, mbak mantannya Gala balik. Kira-kira Gala bakal milih mana ya? Navisa or Vinara?

Kalau nemu typo, tandain ya.
tq u!

Gavin: Gala × Vina (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang