"Hati-hati saat melewati awan badai."
•
•
•
•
•Pagi sekitar pukul enam waktu setempat, di tengah lautan kini cuaca masih cerah. Kelompok lumba-lumba berukuran dua meter terlihat meloncat ke permukaan, searah dengan kapal milik sang guardian. Minji serta Siyeon sedang sibuk di ruang kapten, membahas sesuatu yang cukup penting, terlihat dari banyaknya surat dan peta yang dibuka di atas meja sang kapten.
"Menurutmu kita bisa melewati daerah ini nanti?" tanya Siyeon sembari menunjuk sebuah kumpulan karang yang membentuk tengkorak di peta.
Sang kapten memejamkan mata, seperti mendengarkan suara dari tempat yang sangat jauh. Ia menghela nafas dan membuka mata. "Entahlah, di depan sana ada banyak awan badai. Sial sekali karena malah bangun di saat seperti ini," katanya dan menatap lokasi peta yang ditunjuk Siyeon.
Di sisi lain kapal...
San menatap laut dengan muka khas bangun tidurnya, ia baru saja bangun ketika Lucas mendobrak kamarnya dan meminta dua koin perak yang ia pinjam. Tak tanggung-tanggung, pemuda jangkung itu bahkan sampai mengungkit hutangnya pada Mark tiga tahun lalu. San jamin, jika Lucas bukan anggota guardian, pemuda itu pasti menjadi seorang penagih hutang.
"Padahal bisa diganti saat kita tiba di kerajaan, bisa-bisanya diungkit saat masih terombang-ambing di laut begini? Sial sekali pagiku kali ini," ujar San yang sebal karena paginya telah dirusak.
Merasa bosan dengan laut serta matahari yang sedang beranjak naik, San berbalik badan. Matanya memperhatikan para Imperfect Fairy yang sibuk dengan tugas mereka yang tertunda karena membersihkan dek kapal yang terkena cairan hitam Kraken semalam. Karena perannya sebagian besar hanya ada di medan pertempuran, selain itu ia akan menjadi beban tim yang akan bertugas menghabiskan persediaan makanan tim.
"Dan kapan kita akan mendapatkan adegan pertarungan lagi? Aku bosan terombang-ambing di sini!" gerutunya lumayan keras pada lautan luas yang hanya memberi jawaban berupa ombak yang bersahut-sahutan.
Niat hati ingin pergi ke ruang kendali, tiba-tiba sebuah tangan mendarat di bahu San. Hal itu membuat San terkejut setengah mati, ia bahkan hendak mengangkat busur yang selalu ia bawa di pundaknya.
"Astaga... kau membuatku terkejut, sialan."
Mark memunculkan diri dengan tawa khas burung camarnya yang membuat San menutup kedua telinganya. Jangan salah, suara Mark itu sangat menganggu bahkan masuk dalam list penyebab pencemaran suara tiap tahunnya. Lagipula Minji menyetujuinya tanpa disuap 10 koin emas seperti biasanya oleh San.
"Oke, berhentilah tertawa burung camar," kata San yang terdapat ejekan bahwa tawa si pemilik kekuatan celare omnia sangat memekakkan telinga.
Akhirnya Mark berhenti tertawa dan tersenyum mengejek. "Aku ingat, saat kita bertemu para elf, dan kau tahu sesuatu?" pancing Mark.
Saat itu pula, Jeno keluar dari ruang kamar dan mendekati mereka berdua, tidak bisa dibilang jarak mereka dekat karena Jeno berdiri sekitar tiga meter dari dua manusia berisik itu. Lebih baik menatap gelombang laut yang dibelah oleh kapal.
"Apa?" tanya San penasaran lalu menatap Mark serius.
Jentikan jari yang dilakukan Mark secara tiba-tiba membuat San mengerutkan dahi bingung.
"Sudah ku duga! Kau memang ada apa-apa dengan putra ketua elf itu!" katanya dengan nyaring. "Kau jarang sekali bersikap tidak sopan seperti itu saat di depan orang lain, kecuali tim kita tentu saja," lanjutnya dengan raut muka mengejek khas seorang penjahat dalam cerita.
Jeno yang mendengar itu teringat pada San yang spontan memuji Wooyoung tempo hari, bahkan dengan berani bersikap manis sebelum mereka berpisah di pantai. San sendiri yang menjadi topik utama sudah memerah malu, bahkan ia tersenyum dan menggaruk kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow King's Precious Gem || JaemJen
FanfictionHanya karena menemukan permata misterius saat mencari bahan ramuan, bukan berarti ia harus mendapatkan misteri baru yang belum pernah ia tangani sebelumnya! Jeno hanya manimal ras serigala biasa, bukan makhluk dengan kekuatan super yang bisa membela...