hai! sorry baru update lagi! kali ini, partnya gue panjangin ceritanya. okay, selamat membaca!
Shania mengetuk pintu di depannya dengan tenang. Setelah mendapat jawaban dari dalam, barulah Shania membuka pintunya. Terlihat sudah Ravenska dengan kaki tangannya dan kepala sekolah mereka yang notabenenya Om Shania sendiri.
"Kenapa manggil Shania, Om?" tanya Shania. Ya, kalau murid lain memanggilnya Pak Farsyah, kalau Shania cukup memanggilnya Om.
"Ini panggilan keenam yang kamu dapat di semester satu ini. Lumayan ada kemajuan. Mengingat pada saat kelas sepuluh sampai sebelas kamu selalu mendapat lebih dari sepuluh panggilan," ucap Pak Farsyah dengan penuh wibawa
"Om, gausah basa-basi. Om tau 'kan, Shania benci basa-basi?" ucap Shania sembari melipat kedua tangannya di depan dada
"Om dengar, kamu berantem dengan hebat sama Ravenska di kantin, betul?" tanya Pak Farsyah sembari melepas kacamatanya dan mengusap wajahnya pelan
Shania hanya mengangguk sebagai jawaban
"Kamu menampar Ravenska, Shania?" tanya Pak Farsyah lagi
Shania mengangguk lagi sebagai jawabannya
"Kenapa?"
"Karna dia ngatain Mama pelacur," ucap Shania lancar
"Sebaiknya kamu tidak menampar Ravenska seperti itu--"
"Tapi dia ngatain Mama pelacur, Om. Aku pasti langsung emosi kalau orang udah ngatain Mama aku!" ujar Shania memotong pembicaraan Omnya
"Tolong kamu diam dulu. Om sedang berbicara. Ravenska, tolong kamu jelaskan kejadiannya bagaimana."
"Ya gitu, Pak. Saya dikatain sama Shania saya gapantes duduk di kursi yang sama dengan dia. Saya dikatain cocoknya duduk di meja orang-orang aneh yang duduk di pojokkan. Lalu, karna saya tidak terima, saya mengatai Ibunya pelacur. Dan, tanpa saya duga-duga, dia menampar saya sampai saya jatuh tersungkur di lantai kantin," ucap Ravenska dengan tangisan di matanya
Shania langsung melotot. "Gue ga nampar lo sampe lo jatuh tersungkur di lantai kantin! Dan gue ngatain lo kayak gitu karna lo duluan yang ngatain gue!"
"Tapi gue tetep ga terima lo nampar gue! Sampe memar kayak gini tau ga?!"
"Tapi, lebih ga terima mana sama gue yang Ibunya lo katain pelacur?!"
"CUKUP!" seru Pak Farsyah sembari memandang kedua orang yang sedang adu mulut itu dengan geram
"Ravenska, kamu boleh keluar! Teman-temanmu juga boleh keluar!" ujar Pak Farsyah sembari menunjuk pintu keluar
Ravenska dan kawan-kawannya keluar dari ruangan kepala sekolah dengan senyum kemenangan yang terpampang jelas di mata Shania. Dan, senyuman kemenangan itu terlihat sangat licik!
"Shania, Om sudah lelah memberimu surat peringatan. Kamu sudah beratus-ratus kali bolak-balik ruang kepala sekolah. Hukuman yang pihak sekolah berikan tidak ada yang membuatmu jera. Om capek Shania, capek," ucap lelaki paruh baya itu sembari mengusap wajahnya untuk kesekian kalinya. "Kamu memang keponakan kandung Om. Tapi, bukan karna kamu keponakan Om, kamu bisa berperilaku seenaknya di sini."
Shania menatap Omnya dengan serba salah. "Terus, Om mau kasih aku hukuman apa lagi?"
"Pihak sekolah sudah tidak mau menampung kamu di sini lagi, Shania."
Shania terperangah. "Maksud Om?"
"Kamu terpaksa Om DO. Ketua yayasan yang notabenenya Tante Ravenska pun juga sudah menyarankan agar Om men-DO kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Mask
Teen FictionHidup Shania sudah hancur. Berawal dari kematian Ibunya, Papanya yang tidak berharap dia dilahirkan di muka bumi, hingga dibenci oleh Adiknya sendiri, Calvin. Shania yang hilang arah, akhirnya berubah menjadi bad girl. Menutup kenangan yang bisa mel...