Sebelumnya aku tidak mengerti akan makna dari kata MENGENANG. Sampai kuputuskan untuk menulis potongan potongan cerita dan suara yang selalu berteriak nyaring dikepalaku.
Kau tau bagaimana rasanya menjadi anak pertama ?
Aku tambahkan lagi detail yang ku miliki.
Anak pertama perempuan.Tidak ?
Biar kubertahu benturan pengalaman yang kualami selama 20 tahun menduduki posisi itu.
Aku tumbuh dikota besar yang tertelak diluar pulau jawa. Dari pasangan yang baru belajar memulai hidup tanpa warisan harta apapun dari orang tua mereka. Aku dibesarkan selama lima tahun dengan kasih sayang hangat, dipriritaskan, dan selalu menjadi kebanggaan oeang tua muda kala itu.
Lima tahun. Dan setelahnya adik laki-lakiku lahir. Setahun kemudian adik perempuanku lahir. Pada saat itu kondisi perekonomian orang tuaku sangat pas-pasan untuk sekedar kebutuhan sehari-hari kami. Kami tinggal dirumah petak yang hanya memiliki satu kamar. Sehingga terpaksa aku, papa, dan adik laki-lakiku tidur diruang depan tv yang terhubung langsung dengan ruang tamu kami.
Klise memang. Seperti kebanyakan anak pertama perempuan pada umumnya. Awal-awal menjalani kisah sebagai anak perempuan pertama terasa berat. Belum lagi aku pernah memergoki ibuku berselingkuh dengan teman sekantornya di rumah kami tatkala papaku sedang bekerja. Aku tak berbicara apapun saat itu. Otakku bekerja keras untuk menyembunyikan hal tersebut kepada papaku.
Bahkan sampai saat ini. Ketika umurku memasuki umur seperempat abad, aku masih tutup mulut akan hal itu. Tau apa yang kupikirkan saat itu ?
Aku tidak ingin menghancurkan keluargaku. Aku ingin mempertahankan keutuhan dan kelengkapan keluargaku.
Tau apa akibat yang kudapat ?
Ibuku mulai mengabaikan serta mendidik ku dengan sikap yang arogan dan keras. Hingga saat ini. Sikapnya tak berubah sedikitpun padaku.