31. "Rencana Tersirat."

457 37 12
                                    

Jam setengah 10 Willem-Alexander, Mark Rutte dan Netherlands menuju World Center. NATO juga memacu mobilnya ke sana dengan otak yang penuh pikiran dan pertanyaan.

Saat jam 10 kurang 15 ia telah sampai dan mengemasi barang-barangnya untuk rapat. NATO menuju ruang rapat dengan berjalan cepat. Saat ia membuka pintunya sudah ada tiga orang, UN, ASEAN dan EU.

"Lho ASEAN?"

"Jangan nanya, aku dipaksa ikut rapat ini."

ASEAN melirik tajam EU, ya sepertinya kita sudah tau jawabannya. NATO hanya menghela nafas dan menatap UN, kok makin-canda. Ia memberikan beberapa berkas kepada UN, tentu saja ia menerimanya dengan senang hati.

"Akhirnya tidak terlambat."

"Hooh, lagi niat gue."

Padahal kagak. Pukul 10 tepat rapat pun dimulai, sebenarnya lebih ke forum diskusi sih. Mark Rutte hanya tersenyum kepada dua lawan bicaranya, dan dua lagi? Mereka tanpa ekspresi.

"Ya Tuhan, kenapa anda memasukkan saya dalam kondisi begini terus-menerus?"

Ya kita melihat orang pasrah. Alexander menghela nafas sebelum membuka diskusi ini. Pertanyaan yang sudah sering ia tanyakan diulang kembali di sini. Dan jawabannya juga selalu sama. Yaitu:

"Apakah kau bisa menanyakan hal lain selain itu? Kau hampir setiap diskusi menanyakan hal seperti itu."

Dan mereka pun melakukan dialog sama seperti rapat sebelum ini. ASEAN menghela nafas. Orang-orang bilang ini adalah jalan buntu, kedua pihak bersikeras dengan pendirian mereka masing-masing. Intinya masalah ini ga akan selesai jika mereka tetap ngotot.

"Ini memang sudah mentok dari awal dan kau sama saja bukan? Kau sama keras kepalanya seperti kami," ucap Alex terus terang. "Kalau sudah begini aku akan keluar."

Raja Belanda tersebut berdiri dari kursinya dan meninggalkan ruangan, yang disusul oleh Netherlands. Mark Rutte menghela nafas melihat 3 organisasi dengan tatapan seperti bertanya.

"Kalian sudah tau tapi—"

"Diam."

"..."

EU membulatkan matanya yang membuat Rutte langsung mingkem. ASEAN beranjak dan mengambil segelas kopi lalu duduk lagi.

"Kau selalu jatuh di lubang yang sama, EU. Tapi kau sama sekali tidak belajar dari kesalahanmu."

"Sudahlah, sepertinya tak ada gunanya, selain mereka mau membuang ego mereka."

Aula Utama

Mereka saling membuang muka. Senasib tapi tak mau dibilang begitu. Mereka berdua sama-sama terjebak dalam masalah dan satu-satunya cara adalah merubah diri mereka masing-masing.

"Aku akan pulang, aku ingin berbicara dengan Jokowi."

Alexander mempercepat langkahnya yang membuat Neth tertinggal di belakang. Neth menarik nafas panjang lalu berteriak, "Kau kira Tuan Jokowi itu psikolog hah?!"

"Setidaknya dia mau lebih mendengarkanku daripada dirimu!" balasnya dari pintu keluar.

Alexander berlari dan menghilang dengan cepat dari pandangan Neth. Neth menghela nafas. Tiba-tiba ponselnya bergetar, ada panggilan masuk dari Indonesia.

"Ind—Indo? Ada apa?"

- "Aku ingin berbicara denganmu. Apakah kau bisa menemui ku di sekolah jam 12 siang hari ini?"

"Tentu saja, aku akan ke sana. Ngomong-ngomong apa yang mau kamu bicarakan?"

- "Aku akan menjelaskannya nanti. Sampai jumpa."

Please, Help me...|| Countryhumans Netherlands x Indonesia [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang