Chapter III

45.7K 2.8K 9
                                    

🦋HAPPY READING🦋
•••••••••••••••••••••••••••••••


Pagi ini Via sudah membuka awalan dengan sebuah umpatan.

"Sialan, ni orang lagi meluk atau nge bunuh gue sih" gumam Via kesal.

Bagaimana Via tidak kesal, sejak ia terbangun setengah jam yang lalu, Via sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan lengan kokoh revandra di perut nya.

Tapi bukannya terlepas, lelaki yang masih terlelap itu seolah tidak mengijinkan Via untuk beranjak sedikitpun. Jangan kan untuk bangun, bergerak saja rasanya ia sudah kesusahan.

"Gue tau Lo udah bangun. Lepasin gue vandra" Via yang sudah kepalang kesal memukul dan mencubit lengan revandra dengan keras.

"Jangan banyak gerak Via, ini masih terlalu pagi untuk bangun"

Namun, Revandra tak peduli. Bukanya kesakitan,Tangan revandra justru semakin semakin merengkuh pinggang Via dengan posesif.

"Akh!" Via dibuat terkejut tat kala revandra merapatkan tubuh keduanya, tak ada jarak sedikitpun antara Via dan Revandra, bahkan punggung kecil gadis itu dapat merasakan betapa kerasnya dada bidang lelaki yang tengah mendekapnya erat.

"Shhtt, tidur lagi ya. Gue masih ngantuk" revandra membenamkan wajahnya pada tengkuk Via.

"Vandra, lepasin sekarang juga atau gue gak bakal mau tidur sama Lo lagi" ancam Via sedikit menggeliat karena risih.

Revandra tahu Via akan memberontak kerena merasa tidak nyaman, kendati melepaskan pelukannya revandra justru memilih mengabaikan ancaman gadis itu.

"Hanya sebentar, gue cuma mau peluk Lo sepuasnya hari ini. Anggap aja sebagai hadiah ulangtahun gue"

Terhenyak dalam diam, Via yang telah membuka matanya kembali menatap kosong kearah depan. Seolah terhipnotis oleh perkataan Revandra, Via yang mulai merasa nyaman dalam dekapan Revandra akhirnya membiarkan lelaki itu mendekap nya erat.

"Hanya hari ini Sivia, tenang. Lo hanya perlu pikirkan rencana untuk mencegah kematian Lo hari ini" lirih Via kemudian ikut terlelap.

🦋🦋🦋

Hujan yang cukup lebat mengguyur bumi pagi ini. Hampir jam 10 pagi, udara dingin menyusup masuk kedalam kamar membuat Via terusik dari tidur nya. Membuka kedua netra nya secara perlahan. Via mencoba menarik kesadaran dan mengumpulkan nyawanya kembali.

"Dia kemana?" Via meraba sisi samping tempat tidur, kosong tidak mendapati sosok siapapun disana. Ia bernafas dengan lega, gadis itu mengedarkan pandangan nya ke sudut kamar, mencari keberadaan lelaki itu.

Sesaat kemudian, Via mendengar suara mesin mobil yang dipanaskan.

"Jangan-jangan si Revandra mau pergi?, Oh no! Gak bisa dibiarin, gue harus buat Revandra tetap dirumah hari ini. Kalo Revandra pergi otomatis dia akan ngajak si Sivia dan bisa jadi kecelakaan itu juga akan terjadi." Via langsung bergegas menuruni ranjang dan melangkah menuju lantai bawah. Mencari keberadaan Revandra.

"Vandra! Revandra! Revandra Bagaskara!" Via berteriak seraya menuruni anak tangga.

Mendengarkan suara Via yang berteriak panik memanggil sang tuan rumah, para maid yang ada di rumah itu lantas berkerumun menghampiri Via. Mereka takut jika nona muda itu akan kembali celaka seperti waktu itu.

"A-ada apa Nona, Nona mencari tuan muda?" Hilda-salah satu maid termuda di rumah itu bertanya dengan cemas.

Via bernapas ngos-ngosan. capek juga ternyata lari-larian, kaya nya gue harus sering olahraga. Via membatin.

The Male Lead's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang