Penantian lama telah berakhir. Sebuah keajaiban mengetahui dirinya diperbolehkan pulang meski baru dirawat selama sepekan. Yang pasti bukan berarti dirinya sembuh total atau angkat tangan dari penyakitnya. Ethan hanya ingin dirinya bisa bebas dari bagunan bercat putih yang membuatnya depresi itu. Dan kini dirinya sudah berada kembali ke rumah dan kembali bertemu dengan barang-barang vampirnya itu. Ia benar-benar merindukan mereka.
Tak sampai disitu, kehebohan pun terjadi. Pasalnya Bumi yang mengetahui tentang ke pulangan Ethan langsung membicarakan ini pada teman sekelasnya. Alhasil saat jam istirahat pertama mereka langsung meluncur ke rumah Ethan. Benar-benar ramai. Ethan sempat berfikir mungkin hanya setengah atau hanya perwakilan saja. Tapi tidak, teman sekelasnya bahkan wali kelasnya pun datang berkunjung. Membuat seisi rumah begitu ramai. Bahkan ibu Ethan sampai kewalahan menangani mereka.
"Wah, itu cerita yang menarik!"
"Ya, kau sangat berani saat itu! Seperti tokoh pahlawan."
Benar, dirinya merasa bangga dipuji seperti itu. Tidak hanya vampir mungkin ia juga akan menggemari Marvel setelah ini.
Tok! Tok!, Bumi mengetuk gips yang terpasang dikedua kaki Ethan.
"Kapan benda ini akan dilepas?"
"Minggu depan, dokter bilang tulangku bagus jadi pemulihan dilakukan dengan cepat." balas Ethan.
"Anak-anak, waktu membesuk sudah habis. Mari kita kembali ke sekolah dan berpamitan pada Ethan." tutur walasnya tiba-tiba
"Yahhh." balas semua siswa kompak
"Yess!" dan ini yang ada dipikiran Ethan.
"Ethan, cepatlah sembuh dan kembali ke sekolah." lanjut sang walas.
"Ya, pulang sekolah nanti kami akan kembali." sambung salah seorang siswa.
"Lagi?!"
"Ya tentu saja, kapan lagi bisa sarapan gratis disini- AWW!" pekiknya setelah mendapat layangan tangan dari Bumi.
"Ya, cepatlah sembuh. Kau pasti 'merindukannya', kan?" ucap Bumi menaik turunkan alisnya.
"Aa... Hmm, tentu saja." mengosok tengkuknya.
"Hei hei! Pipinya memerah seperti tomat!"
"Jangan memancing emosiku!"
"Bumi," ucap walasnya memperingati tingkahnya. "Kalau begitu Ethan kami pamit pulang dulu ya."
"Iya Bu, terima kasih. Kalian juga, terima kasih telah berkunjung."
"Ya, tidak masalah selagi kami mendapat jamuan- AWW!" lagi, siswa itu kembali dapatkan pukulan dari Bumi.
Semua temannya pun telah pergi kembali ke sekolah. Suasana tiba-tiba hening dan sangat aneh. Dirinya kembali sendirian. Tidak, sebenarnya masih ada ibunya. Hanya saja masih terasa aneh yang awalnya begitu ramai mendadak sunyi.
"Ethan?"
Merasa terpanggil, Ethan pun segera mencari sumber suara. "Iya Bu, ada apa?"
Menatap wajah Ethan yang tingginya sudah sangat melebihinya, "Ibu membuatkanmu jus buah pisang. Diminum, ya."
Mengangguk, "Hmm, nanti aku akan minum."
"Ethan?"
"Iya Bu?"
"Jangan mencari bahaya jika itu akan membuatmu terluka." mengusap surai hitam Ethan.
Tersenyum hangat pada sang ibu, "Tidak akan Bu, aku tidak akan terluka. Tapi aku tidak bisa berjanji untuk terus menghindari bahaya. Bahaya selalu ada disekitarku, bahkan mungkin saja itu menyangkut akan nyawaku." tutur Ethan dengan lembut. "Tapi aku tidak akan mati. Aku ini vampir, aku tidak bisa mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak || Lee Heeseung
ФанфикEthan tidak menyangka dunia fantasinya terasa nyata setelah ia bertemu dengan Sissy, gadis yang dapat mengalirkan aliran listrik dari tubuhnya. . . . Ethan Mahendra, seorang pemuda yang mengidolakan sosok vampir di dunia fiksi. Tidak hanya itu, semu...