Pacar? Apa sih arti sebenarnya dari kata'Pacar'. Kata orang pacar adalah seseorang yang sangat berharga, pacar adalah belahan jiwa.
Aku membayangkan bagaimana rasanya bisa memiliki seseorang yang dinamai 'Pacar'. Kata Anindya kalau cowok yang kita suka belum menyatakan cinta, yasudah kita sebagai cewek yang menyatakan. Mungkinkah?
Dalam keadaan gelap, aku bersembunyi. Terlalu malu mengatakannya apabila terang.
"Aku suka sama Kak Reyner. Mau nggak jadi pacarku?"Lampu kembali terang, seluruh perumahan tidak gelap. Padahal aku belum memberi kode pada Bayu dan Anindya yang saat ini sedang menjaga panel listrik.
Aku menjadi kaku, karena Kak Reyner terus menatap wajahku. Kalau lama di jawab berarti kemungkinan besar ditolak. Aku berbalik badan, tapi saat aku hendak melangkah tanganya memegang tanganku. Menghentikanku.
"Aku juga mencintaimu," Ucapnya.
Aku langsung berbalik badan menghadapnya, lalu memeluk tubuhnya. "Makasih ya kak!"
Dari arah lain, Bayu dan Anindya sedang lari menghampiri kami. Anindya berteriak, "Woy Ann lari, rencana gatot alias gagal total."
Awalnya aku heran, karena rencanaku justru berhasil. Kini aku dan Kak Reyner pacaran. Tapi kok mereka berdua lari ketakutan.
Lalu dari belakang Bayu dan Anindya ada dua orang satpam yang mengejar, waduh bahaya rupanya mereka ketahuan memainkan panel listrik.Tangan Kak Reyner menarik tanganku, mengajakku berlari. Kami berempat berlari sejauh mungkin. Sebuah mobil putih berhenti, kupikir siapa. Rupanya Kak Andi. Kak Andi datang di waktu yang tepat.
Di dalam mobil, nafasku dan yang lainnya masih belum stabil. Kami kecapean. Kak Andi menepikan mobilnya di depan Indomiret. Kami membeli minum untuk mengatasi dahaga yang kering bagai gurun.
"Gimana? Pacaran?" Tanya Kak Andi.
Aku mengangguk,lalu mataku menatap wajah Kak Reyner. Kak Reyner tersenyum. "Iya baru jadian," Ucapnya tapi sedikit agak sendu. Entah kenapa begitu. Mungkin dia lelah.
"Wah masih anget-anget nya nih, "Celetuk Bayu.
"Cie, "ucap Anindya sambil menyenggol lenganku.
Ke esokan harinya, kami memulai kencan pertama. Rencananya kami ingin membaca buku di taman yang dekat danau. Lalu kami berkemah bersama.
Aku dan Kak Reyner memasuki supermarket untuk membeli cemilan, belanja ini dan itu.
Kak Reyner memakai kemeja putihnya dengan celana panjang berwarna coklat muda, makin ganteng dengan adanya topi berwarna sama dengan celananya.Outfitku juga sama aku memakai kemeja putih untuk bawahannya aku memakai rok skirt pendek. Tak lupa dengan topi yang sama dan senada dengan yang dipakai Kak Reyner.
"Kak beli chiki potato ini ya?"
"Iya ambil aja, "
"Yang ini juga ya, "
"Ann, itu kan potato juga. Cari yang lain aja. "
"Tapi inikan rasa BBQ, jadi beda. "
"Yaudah iya, kamu mau makan apa buat makan malam?"
Aku berfikir sejenak, memikirkan makanan yang cara buatnya simpel. "Kak kita bbq an daging sapi aja gimana? "
"Ok," Ucapnya tanda setuju.
Kami belanja ini dan itu, selesai berbelanja saat kami hendak keluar menuju parkiran, sayang seribu sayang diluar justru hujan besar.
"Kayaknya kemah nya batal, kamu nggak papa kan?"tanya Kak Reyner.
"Yaudah gimana lagi, jadi kita mau ngapain nih kak?"
"Nggak tau, "
Alhasil kami berdua duduk di dalam mobil, di parkiran ini untungnya beratap jadi kami tidak kehujanan.
Karena lapar aku dan Kak Reyner hanya memakan sosis dan chiki potato."Bosan, "gumamku pelan.
Seolah mendengar ucapanku, kak Reyner lalu mengajak untuk masuk kembali ke dalam supermarket.
Awalnya kupikir mau apa, ternyata disana ada berbagai mainan yang bisa di mainkan.Di Timezone kami bermain basketball. Aku awalnya excited tapi bola nya susah sekali masuk. Kak Reyner bermain dengan hebat, dari tadi bolanya masuk terus ke ring.
Kak Reyner tertawa melihatku yang sedang kesal, dia lalu mengajarkan Bagaimana caranya agar bola-nya masuk. Kak Reyner memperbaiki postur tubuhku, tangannya membantuku memegang bola. Dalam hitungan ketiga, bola yang kulemparkan masuk.
Aku bahagia tak terkira sampai memeluk tubuh kak Reyner. Kami tertawa bersama. Dering Handphone berbunyi, rupanya milik kak Reyner.
Ternyata dari pihak jasa kemah, rupanya disana masih hujan. Terpakasa dibatalkan.Kami akhirnya memutuskan untuk pulang, di perjalanan pulang. Kak Reyner mengajakku ke rumahnya, aku memasuki salah satu ruangan dekat studionya.
Aku takjub melihat sebuah teleskop, kini hampir malam, aku mencoba melihat langit. Bintang memang sedikit terlihat tapi bulan tidak.
Sambil menunggu agak malam, kak Reyner memasak steak. Aku meragukannya. "Emang bisa kak masaknya?" tanyaku.
"Kalau urusan steak saya ahlinya, nona manis bisa duduk dan lihat chef ganteng ini masak. " Ucapannya menggodaku.
"Iya chef-ku, "
35 menit berlalu steak yang sejak tadi ditunggu matang,dari wanginya membuat cacing diperutku berdemo. Kelihatannya enak.
"Steak spesial untuk Nona manis." godanya.
"Terimakasih, " Ucapku.
Kami memakan habis steaknya, beneran enak ternyata, Kak Reyner tidak bohong.
Aku pun mencuci piring, bekas kami berdua. "Nona manis duduk saja biar abang yang mencuci piring."
Aku menolak, "Kan tadi abang gantengku udah masak sekarang giliran saya yang mencuci piring. "
Kak Reyner menurut, dia tetap saja membantuku dengan mengelap piring yang sudah aku cuci.
Tak terasa langit berubah gelap, aku diajak Kak Reyner melihat bulan. Aku melihat dengan teleskop, bulan sangat indah. Kupikir dia akan tetap bercahaya namun ternyata tidak begitu.
Menurutku ini kencan pertama yang istimewa, "Makasih ya Kak!"
"Sama-sama Nona manis!"
"Kak udah ih, aku jadi geli sendiri dengernya. "
"Haha maaf ya! "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Language of the sky and Love
Teen FictionHai, namaku Nur Anna. Gadis remaja dengan banyak cita-cita. Di akhir masa SMA,ceritaku di mulai. Berawal dari kasus Ayahku, aku juga tidak bisa menyangka ada hutang yang besar, yang Ayah sembunyikan. Dari pahitnya hari itu, ada sejumput manis yang...