"Inilah waktunya, saya akan menjemputmu segera.!"
**
Perjalanan, malam tahun baru 2023
"Inilah waktunya, saya akan menjemputmu segera.!"kalimat dalam hati itupun menggema memenuhi ruang hatinya. Dan burung besi ini membawanya pergi ke Yogyakarta dari Jakarta. Senyuman di bibir Rans tak berani pria itu sembunyikan, entah terlalu sulit atau memang tidak mau.
Dua bulan sudah berlalu. Setelah sibuk mengambil cuti dan lembur setiap hari, Rans berhasil kembali. Menjemput Ayah Bundanya untuk mengantarnya melamar Faiha. Dan untuk dua bulan ke depan, Rans akan bebas dari pekerjaannya.
Kepalanya bersender di kursi penumpang, berdampingan dengan jendela tepat di baris belakang Ayah Bunda. Langit gelap itu sempurna terlihat oleh mata telanjangnya. Senyumnya seperti bersaingan dengan gemerlap cahaya yang sedikit tampang di ujung dunia sana. Rans, dia membawa keluarganya, akan ia minta Faiha untuk menjadi teman hidupnya, yang InsyaAllah, sampai surga-Nya.
Bibir Rans tak berhenti merintihkan rasa syukurnya, kalimat doa agar segala rencananya di permudah. Tapi, sekilas bayangan membuat bibir merekah itu menyusut perlahan. Pelan, dia mulai merasakan takut, takut akan kebenaran yang bisa saja akan menghancurkan rencananya. Fauzi, hanya nama itu yang selalu berhasil membuat Rans merasa resah saat mengingatnya. Tapi, tak bisa Rans tepis rasa bahagia selalu menyertainya bersamaan dengan kalimat Faiha yang akan berusaha mencintainya.
"apakah kamu bahagia dengan Faiha, sayang?" tanya Bunda dengan kepala yang mendadak menyembul ke belakang menatap Rans.
"tentu saja. Bahkan aku takut kalau saja semuanya akan berakhir."kata Rans.
Tia mengembuskan napasnya begitu pelan, lalu kembali menyenderkan kepalanya di bahu suaminya "entahlah, aku merasa sangat khawatir," bisik Tia membuat Agis mengerutkan keningnya.
"ada apa?"tanya Agis dengan suara berat khasnya.
"kemarin malam, semalaman dia tidak pergi tidur. Aku takut ada yang membebani pikirannya.!"
Agis mengusap kepala istrinya yang masih bersandar di bahunya. "tidak apa, dia sudah dewasa."
"tentu saja aku mengkhawatirkannya. Bagaimana kalau dia memang ada masalah dan tidak berani cerita ke kita, ke aku, Bundanya!"kata Tia setengah berbisik dan menekan.
Agis hanya membuang napasnya, memutar kepalanya untuk melihat putranya. Dimata Agis, tidak ada apa-apa dengan lelaki itu. Pria dewasa itu hanya sibuk menatap ponselnya dengan raut yang sama sekali tidak berubah, sama saja datar.
"biarkan saja. Dia bukan anak kecil lagi, kalau nanti dia meminta kita untuk membantunya, kita maju saat itu juga. Tenanglah! Dia juga punya pendirian sekarang, terbukti menentangku hanya karena sudah menemukan gadis itu."
Tia menatap suaminya yang berbicara sungguh-sungguh. Memang benar kalimat itu. Tapi, naluri seorang ibu tidak bisa di hilangkan, bukan?
Sementara bagi ArRans, malam itu adalah perjalanan dalam hidupnya selama dua puluh tujuh tahun ini yang paling berkesan. Meski wajahnya terlihat begitu tenang setelah lelah terenyum, tapi, tak pernah ia sebahagia ini juga segelisah ini, dalam waktu yang sama di tempat yang sama. Dan untuk keputusannya kali ini, dia hanya ingin menjalani segalanya dengan pelan.
Mengamati ponselnya sejenak, tak ada pesan masuk. Dua bulan kemarin dia memang rutin menerima laporan dari orang suruhannya yang mengawasi Fauzi. Tapi, sejak dua hari kemarin dia tidak mendapatkan laporan, mungkin karena itu juga dia cukup merasa tenang meski hanya sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dzikir Sendu Sang Perindu ✓
Novela JuvenilJika cinta meninggalkanmu, biarlah cinta pula yang melepasnya pergi.🍁 _________@@@_________ 🌸Fauzi, menjadi seorang militer masuk di Tim pasukan khusus, membuatnya mempertaruhkan nyawanya di Medan perang. Berhadapan dengan musuh bersenjata, dan di...