7

444 65 12
                                    

Bastian dan sukma menemui gempa dan bumi yang baru saja sadar di UGD. Dokter bilang mereka baik-baik saja, hanya saja bumi ketakutan dan trauma dengan apa yang ia alami. Beruntung bumi bisa di tenangkan karena ia selalu merasa sesak saat ingat bagaimana ia tenggelam.

bastian dan sukma juga memutuskan agar bumi tidak lagi di biarkan berenang, begitu juga dengan bumi yang memang tidak mau lagi berenang setelah ia tenggelam.

untuk memastikan bahwa tidak ada masalah dengan paru-paru kedua anaknya, bastian meminta agar gempa dan bumi di lakukan rontgen thorax dan hasil menunjukan semuanya dalam batas normal. Baru bastian merasa lega.

“Pa, bunda, pulang yok!” ajak bumi yang duduk menyandar bahu gempa.

Gempa tak banyak bicara, ia hanya diam saja setelah sadar dan itu membuat bastian dan sukma bingung, hanya saja mereka tidak mau memaksa gempa untuk cerita karena gempa memang bukan tipe anak yang bisa di paksa.

“Gempa, kamu mau jalan atau di gendong?” Tanya bastian yang masih memanjakan anaknya walaupun sudah berusia 12 tahun.

“Jalam aja, pa” jawab gempa, lalu menatap bumi yang terlihat masih lemas.” Papa gendong bumi aja” lanjutnya, lalu berdiri dan pergi lebih dulu. Ia bahkan tak menanggapi panggilan bumi.

“Bang gempa kenapa?” tanya bumi pada sukma dan bastian.

“Kayaknya abang lagi capek, makanya diem aja. Yok pulang” ajak sukma seraya menggandeng tangan anaknya dan di jawab anggukan olehnya.

Bastian mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju hotel. Berbeda dengan bumi yang terlelap tidur di pangkuan sukma, gempa hanya diam melihat jalanan dari kaca jendela, sesekali ia melirik bumi dengan murung.

___________ ooo ___________

Bastian dan sukma yang baru saja membaringkan bumi di kamar menyusul gempa yang duduk melamun di ruang tengah. Dengan lembut, sukma mengusap kepala gempa yang kini telah menjadi anak sambungnya itu. 

“Keanapa? Kok bunda perhatiin gempa murung terus? Apa ada yang sakit?” Tanya sukma 

Gempa menunduk membuat sukma dan bastian saling pandang sebentar,lalu kembali melihat gempa.” Boleh bunda tau kenapa kamu kayak gini?” sukma masih berusaha membujuk.

“Maaf” ucapan gempa membuat sukma dan bastian bingung. 

“Maaf buat apa? Kan, gempa nggak ada salah”Tanya sukma, sementara bastian hanya menunggu jawaban gempa.

Gempa tidak menjawab, melainkan memeluk sukma dengan tangis yang keras membuat sukma dan bastian bingung juga khawair.

“Maafin gempa bundaaa, gempa nggak bisa jagain adek, gempa nggak bisa jangain bumi sampe bumi tenggelam. Gempa nggak bisa nolongin bumi, maaf ya bundaaa” ucap gempa dalam tangis membuat air mata sukma langsung jatuh, namun tidak dengan bastian yang tersenyum. Ia senang karena gempa setulus itu menyayangi bumi layaknya adik kandung.

“Sayang, kamu nggak salah, bumi tenggelam bukan salah kamu. Kamu juga sampe pingsan tadi karena nolongin bumi, jadi jangan salahin diri kamu sendiri ya”kata sukma, lalu melepas pelukan gempa.

“ Makasih ya karena udah sayang sama bumi, bunda harap gempa bisa selalu jagain bumi dan jadi superheronya, ya?” lanjutnya dan gempa mengangguk dengan isakan yang masih terdengar.

“Gempa janji akan jaga bumi, bunda. Gempa nggak akan biarin bumi tenggelam lagi” ucapnya yang membuat sukma kembali memeluknya.

“Makasih ya, sayang.” Ucap sukma, lalu mencium kening gempa. 

Bastian mengusap matanya yang berair, lalu bergabung memeluk mereka berdua. 

“Bunda, gempa laper”gempa mengeluh tiba-tiba membuat sukma terkekeh.

Gempa & Bumi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang