[18]
Oleh
kesinikesana•
Bagaikan badai yang tak berhenti berkecamuk dalam hatinya
Telapak tangannya nyaris berdarah karena rapalan tangannya terlalu erat
"Kala!" ucap Azka dengan raut khawatir, langkah kakinya menyamai gadis itu
"Kamu kemana saja!? Kami kahawatir seka-"
"Jangan bicara denganku." Ucap Kala ketusMenatap tajam ke petinggi penyihir, Kala menunjuk
Dengan jari telunjuk, dan badai yang berada dalam hatinya
Kini keluar dengan emosi yang tak terhentikan
Air mata, teriakannya, terluapkan seluruhnya"Kalian pembohong!" Kala berteriak
"Orang tuaku, kalian berbohong soal orang tuaku!"Tangis Kala menjadi histeris, sedangkan sang petinggi berusaha menenangkannya
Mereka tahu 'maaf' saja tidak cukup
Namun, mau bagaimana lagi?
Situasi memaksa mereka berkehendak seperti ini
Memaksa mereka menjadi pembohong pada Kala yang malang"Tidak ada yang memaksa kalian untuk berbohong!"
Kala sudah muak dengan omong kosong ini
"Kalian semua cuma pengecut yang tak berani berbuat apa-apa!"
Dengan kata-kata yang menyayat tidak hanya sang petinggi,
Namun juga seluruh penyihir di persembunyian,
Kala pun lari ke kamarnya sendiri•
BERSAMBUNG

KAMU SEDANG MEMBACA
Niskala Magi
FantasyApakah ini adalah akhir dari hidup para penyihir? Di dunia yang dikuasai oleh teknologi canggih, terciptalah sebuah batu yang bisa menangkal sihir. Batu yang merupakan kunci dari kemenangan manusia biasa dalam perang melawan para penyihir. Namanya...