Tiga puluh empat

6.4K 498 54
                                    

Happy reading and enjoy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading and enjoy~

Tau apa yang paling menyakitkan di dunia ini? Bukan kelaparan, bukan juga kesendirian, tapi dibuang. Karena dibuang mencakup segala penderitaan. Tidak dipedulikan, diabaikan dan dihinakan.

Malam itu ia terbangun saat mendengar keributan. Sebenarnya itu hal yang biasa dilihat. Ucapan kasar, pembunuhan, penyiksaan. Selagi semua hal menakutkan itu tidak mengarah padanya, Nathalie bisa menahannya.

Malam itu udara terasa dingin, ia keluar dari kamarnya untuk mencari ibunya. Satu-satunya orang yang selalu membela dan memasang badan untuk melindunginya. Ibunya tidak ada di kamar. Nathalie kecil memeluk bonekanya yang sudah usang. Berjongkok menunggu ibunya.

Lama menunggu, ibunya tidak kunjung datang. Ia mendengar suara ibunya menjerit dari kamar ayahnya. Ibunya dan ayahnya berada di dua kamar yang berbeda. Tidak seperti keluarga lain yang sering bercengkrama dengan hangatnya, keluarganya sama sekali tidak pernah melakukan itu.

Setelah berpikir lama, akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri kamar ayahnya.

Prang!

Nathalie terlonjak, tapi tidak membuatnya mundur. Ia memutuskan untuk tetap melangkah. Ia butuh hangatnya belaian ibunya.

"Siapa yang menyuruhmu untuk melahirkannya? Dia tidak bisa menjadi pewarisku, kau tau sendiri bahwa adat keluarga ini harus diturunkan secara turun menurun. Ini semua salahmu!"

Ibunya dimarahi lagi. Nathalie memberanikan diri membuka pintu itu. Ibunya terduduk di lantai, sedangkan ayahnya berdiri dan menjambak rambut ibunya.

"Kuberi kau dua pilihan. Buang dia dan lahirkan lagi anak laki-laki atau aku membunuhmu."

Mungkin karena terlalu sering mendapat perlakuan kasar, ibunya tidak pernah menangis lagi. Dulu saat bersamanya pun ibunya selalu menangis, tapi kali ini tidak. Tau-tau mata ibunya sudah membengkak.

"Katakan mana yang kau pilih!"

"Mem-membuangnya."

"Bagus, lakukan dengan tanganmu sendiri."

Nathalie buru-buru menuju kamarnya, ia tidak ingin ketahuan mengintip. Meski tidak terlalu paham pada pembahasan orangtuanya, tapi ia tau itu bukan hal yang baik. Sejak dulu ayahnya tidak pernah bersikap lembut padanya. Tidak apa-apa, Nathalie sudah terbiasa. Ia kembali ke tempat tidur dan menyelimuti dirinya sendiri.

Lampu kamarnya mati, di luar hujan turun dengan derasnya. Tirai kamarnya bergoyang tertiup angin, lalu cahaya petir menyelinap masuk. Nathalie ingin dipeluk, ia takut. Pintu terbuka, tapi ia tidak bisa melihat dengan jelas. Pasti itu ibunya.

"Sayang, kita kabur dari sini, yuk."

Mendengar suara ibunya, ia langsung membuka selimut dengan antusias.

"Di sini bukan tempat yang tepat untukmu."

Dengan riang dan tanpa ragu-ragu, ia mengangguk. Rambutnya yang digerai turut bergoyang.

Slave BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang