Chapter 1

9 3 2
                                    

Alea terbangun di sebuah ruangan, ia tidak tau ini ruangan apa, banyak bangku dan meja yang berjajar, sepertinya ini ruang kelas. Namun, Alea seperti tidak asing dengan bangunan ini. Ia terdiam sejenak, bukannya ini SMA Garuda? Alea beberapa kali sering melihat sekolah ini di TV, sekolah ini mempunyai bangunan yang khas.

Ketika melihat sekeliling, ia menemukan gadis remaja seusianya sedang duduk di bangku paling pojok, tetapi wajahnya terlihat ketakutan. Gadis itu melihat kearah Alea, seperti meminta pertolongan.

Tiba-tiba datang seorang pemuda menghampiri gadis itu, dan yang dilakukan pemuda itu membuat Alea membelalakan matanya. Ia melihat sendiri di depan matanya bagaimana penyiksaan itu terjadi.

Pemuda itu memukul kepala gadis itu menggunakan kursi, menjambak rambutnya, dan memukul bagian tubuh gadis itu berkali-kali. Alea ingin berteriak dan menolong gadis itu, tapi badannya seolah tak bisa di gerakkan, mulutnya benar-benar tidak bisa mengeluarkan suara apapun.

Air matanya tiba-tiba luruh, ia tidak suka melihat perempuan disiksa seperti tidak ada harga dirinya, tapi ia tidak bisa melakukan apapun selain menangis. Tiba-tiba pemuda itu menodongkan sesuatu kepada gadis yang sedang disiksanya, sembari menyeringai menatap Alea.

DORR!

***

"ALEAAA BANGUNN"

Alea menggeliat merasa terganggu dengan teriakan mamahnya yang seperti toa masjid itu. Samar-samar, ia melihat ke jendela kamarnya, gelap. Matahari bahkan belum menampakkan sinarnya, tapi mengapa mamahnya membangunkannya se pagi ini.

"Alea, ayo bangun, kan kita mau pindahan." kata mamahnya dengan nada pasrah.

Mungkin mamahnya sudah lelah melihat anak gadisnya yang tidak bergerak sama sekali, padahal suaranya bahkan hampir habis akibat membangunkan kebo betina yang satu ini.

"iya, mah." ucap Alea dengan muka pasrah.

Sejujurnya, ia tidak mau pindah dari rumah ini, apalagi ditambah ia juga harus pindah sekolah. Ah, yang benar saja sekolahnya di Bandung sudah sangat nyaman dan asyik. Namun Alea tidak punya kuasa apa-apa.

"Ayo cepat mandi, dan beresin tuh tumpukan sampah di meja rias kamu."

Alea mendelik sinis, enak saja, kumpulan skincare kesayangannya di sebut sampah.

***

"KAMU BISA DIAM GAK SIH?!" Bentak Alea kepada bocah laki-laki berusia 9 tahun, yang sedari tadi tidak berhenti memainkan rambutnya.

"Marah-marah mulu, teh" ucap Daffa dengan bibir di manyunkan.

Alea hanya melirik sinis ke arahnya. Siapa suruh dia mengganggu macan yang mood-nya sedang buruk. Salahkan mamah Alea yang memaksanya untuk pindah ke Jakarta, padahal ia tidak perlu ikut ke Jakarta, Alea bisa nge-kos disini tanpa pindah sekolah, tetapi mamahnya tetap bersikeras dengan alasan Alea selalu boros.

"Teh, jangan marah-marah mulu sama adeknya." Tegur mamah Alea.

Alea tidak berniat membalas ucapan mamahnya,

"Kamu akan pindah ke SMA Garuda ya, Lea," Ucap papah Lea

"HAH?! SMA GARUDA?!" Teriak Lea heboh.

"Iya, memang kenapa sih? Ada yang salah? Tanya papah Alea.

"Gak! Alea gak mau!"

"Kamu jangan aneh-aneh deh, Lea. Papah sudah urus semua berkas perpindahan kamu, besok kamu hanya perlu masuk sekolah." Ucap papahnya seraya fokus menyetir.

"Pahh, SMA Garuda tuh terkenal banget, bahkan beberapa kali Alea lihat ada di TV, Alea gak mau masuk sekolah famous itu, nanti kalau Alea di bully disana gimana? Lagipula sekolah itu mahal banget dan orang yang sekolah disana tuh, udah jelas orang kaya, pah." Terang Alea

"Pikiran kamu itu terlalu lebay, Lea."

"Lagian papah dapat uang dari mana sih, Sampai bisa daftarin Alea ke SMA Garuda?" Tanya Alea.

"Kamu gak usah memikirkan biaya, Alea, sekolah yang bener aja, lagipula tante Vania kan salah satu guru di sekolah itu, kamu bisa tanya apapun ke Tante Vania." Jelas papah Alea.

"Apapun alesanya, Alea gak mau sekolah disana!"

Papah Alea mengerem mobilnya secara mendadak, rahangnya mengeras.

"Alea, sekali saja kamu bisa gak sih nurutin kemauan papah?! Papah tau yang terbaik untuk kamu!" Bentak papahnya

"Alea hanya takut, pah," Lirihnya

Kemarin malam, sejak papahnya memberitahu Alea bahwa mereka akan pindahan ke Jakarta, dan ia harus pindah sekolah juga, entah mengapa perasaan Alea jadi tidak enak. Semalam, Alea juga mimpi buruk tentang sekolah barunya, padahal ia belum pernah mengunjungi sekolah barunya itu. Ia hanya takut, kalau kepindahannya ke sekolah yang baru menjadi bencana buruk untuknya.

"Apa yang kamu takutkan, Alea?" Tanya papahnya dengan lembut.

Alea tidak menjawab, ia memalingkan wajahnya, ia diingatkan Ketika mimpi buruk semalam. Mimpinya begitu nyata, ketika ada seorang gadis cantik yang meminta tolong kepadanya, ketika ada seorang pemuda berwajah menyeramkan yang menyeringai ke arahnya seraya memberikan peringatan.

Alea sudah beberapa kali melihat SMA garuda di TV, ia jadi tahu sedikit bagaimana penampakan sekolah itu, dan mimpinya semalam tempatnya sama persis seperti... SMA Garuda?

***

Tak terasa, mereka sudah tiba di Jakarta. Alea membantu Papahnya membereskan barang-barang di rumah barunya.
"Lah, mau kemana lagi?" Baru saja duduk, tangannya sudah ditarik oleh Papahnya menuju ke mobil.

"Ayo kita lihat-lihat sekolahan kamu,"

"Buset dah Pah, apa gak capek?" Rengek Alea.

"Diem ah, berisik."

Alea hanya menurut saja, meski bibirnya mengerucut kesal.

Tiba-tiba di tengah perjalanan

JDUGG

Ya, itu suara kepala Alea yang beradu dengan dashboard mobil.
"PAPAH IHH JANGAN REM MENDADAK!" Teriak Alea.

"Kok marahin Papah?! Tuh, kamu gak liat ada anak SMA yang berhenti mendadak?!"

Alea melihat ke arah depan, ternyata ada seorang lelaki yang keluar dari mobilnya dengan santai. Alea menyingkap lengan bajunya dan membuka pintu mobil dengan kasar, ia menghampiri pemuda itu yang sedang asyik ber-swa foto.
"Langitnya bagus banget," Tutur pemuda itu sembari memotret langit.

"Woy! Lo tuh punya otak gak, sih?Berhenti di tengah jalan kaya gini?!"

Lelaki itu terkejut mendengar suara Alea yang menggelegar.
"Wey santai dong, boss, gue cuma mau foto awan doang kok,"

"Lo liat kan?" Tanyanya sambil menunjuk ke atas. "Awannya bagus banget!" Jelasnya dengan wajah yang antusias.

Alea hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal, merasa aneh dengan lelaki di hadapannya ini. Ia melihat ke seragam yang lelaki itu kenakan, ternyata dia murid SMA Garuda.

"Pinggirin mobil lo," Suruh Alea.

"Sebentar," Jawab lelaki itu yang masih asyik memotret awan.

"Astaghfirullah, gue mau lewat bambang!"

"Lo gak usah nyuruh gue, gue orang kaya!"

Alea menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan kasar, lelaki di hadapannya benar-benar mempermainkan kesabarannya. Orang yang satu ini kenapa sangat sombong dan menyebalkan, Alea berharap ia tidak akan bertemu orang ini lagi.

Alea membalikkan tubuhnya dan berjalan memasuki mobil, ia melirik Papahnya yang sedang asyik chattan dengan mamahnya sambil tersipu. Bisa-bisanya Papah Alea asyik pacaran sedangkan dirinya harus berhadapan dengan lelaki aneh. Terpaksa Alea dan Papahnya menunggu lelaki itu menyelesaikan kegiatannya.

Tiba-tiba terdengat suara klakson dari arah belakang, sepertinya suara pengendara yang protes karena jalannya terhalangi, siapa suruh lelaki itu berhenti di jalan kecil seperti ini.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who's She? #NumiEuETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang