CHAPTER 162

55 7 0
                                    

CHAPTER 162

Pada tengah malam, temperatur suhu di kastil Sekte Iblis sangatlah dingin. Di sisi barat kastil, ada rumah besar milik klan Racun. Di atas atap setiap bangunan, dan berjarak sekitar 300 kaki dari rumah itu, ratusan prajurit dari klan Bijaksana sedang bersembunyi, mengamati segala sesuatu yang mencurigakan di sekitar mereka.

Dan tak berselang lama, mereka melihat sesosok orang berjalan menuju kediaman Klan Racun. Seorang pemuda mengenakan stelan berwarna hitam dengan sulaman merah, rambut hitam panjang dengan wajah putih pucat.

"Dia tidak membawa senjata."

Dia tidak membawa blade ataupun pedang yang selalu dia bawa kemana-mana. Prajurit dari klan Bijaksana menyimpulkan bahwa dia tidak membahayakan, lalu mengibarkan bendera untuk memberi kode.

Dan bersamaan dengan itu, beberapa prajurit mulai ikut mengibarkan bendera, hingga berlanjut sampai ke rumah besar milik Klan Racun.

Dihalaman depan rumah besar itu, sudah bersiaga ratusan prajurit yang menunggunya dengan senjata ditangan. Dan di atap gedung, ada puluhan pemanah, yang siap membidik begitu mereka melihat bendera dikibarkan.

Di bagian dalam gedung, ada meja dengan Nyonya Mu sedang duduk menunggu di kursi, sambil minum teh. Di sisinya, seorang pria tua dan seorang pria berjanggut panjang berdiri layaknya seorang pengawal.

"Dia sedang menuju kesini."

Klan Bijaksana telah memutuskan untuk menunggunya di kediaman Klan Racun. Mereka sudah bersiap selama hampir satu jam yang lalu. Mereka telah mempertaruhkan segalanya demi untuk mengirim Chun Yeowun ke kematiannya.

Dan tak berapa lama, Yeowun melangkah memasuki halaman.
'Mereka sudah bersiap untuk segalanya.'

Saat Yeowun masuk, dia bisa merasakan lebih dari 200 prajurit di sekitarnya. Sudah pasti bahwa orang-orang ini siap untuk apa pun. Dan saat Yeowun masuk, Nyonya Mu tersenyum.

'Bocah itu sekarang telah menjelma jadi seorang pria. Pria yang sekarang ingin mengancamku.'

Wanita itulah yang telah memaksa dirinya untuk tidak mempelajari energi internal sedikitpun sebelum dia memasuki akademi. Dia juga yang memperalat Klan Racun dan Klan Sword dari belakang untuk membunuhnya dengan segala metode yang ada.

Tapi Yeowun mampu bertahan melalui segalanya, dan akhirnya datang kesini untuk membalasnya.

Yeowun telah meninggalkan kedua senjatanya seperti yang diperingatkan, tetapi energinya yang terpancar dari tubuhnya menunjukkan betapa perkasanya dia. Sulit dipercaya bahwa dia sekarang sudah menjelma jadi prajurit level Superior, tetapi setelah merasakan pancaran kekuatan seseram itu, barulah Nyonya Mu menyadari bahwa Yeowun sekarang mungkin sudah berada di peringkat lima besar dalam hal kekuatan dalam Sekte Iblis.

Semua pemanah membidikkan panah mereka, bersiap untuk menembak kapan saja untuk membunuh Chun Yeowun.

Nyonya Mu melambai pada Yeowun.
"Akhirnya kita bertemu. Kemarilah."

'Wanita itu...'
Yeowun melotot. Wanita itu adalah orang yang datang dengan bersama wanita lain, sebelum ibu Yeowun, Lady Hwa meninggal, untuk memaksa Yeowun agar berjanji bahwa dia tidak akan mempelajari energi internal sebelum dia memasuki akademi.

'...Jadi, rupanya dia yang mengejarku bahkan setelah bertahun-tahun.'

Kebencian mulai membakar hati Yeowun, dan bahkan membuat air liurnya mengering. Tapi Yeowun bukan lagi anak kemaren sore yang masih bersikap gegabah. Dia dengan santai menjaga sikap dinginnya dan menghadap Nyonya Mu di seberang meja. Nyonya Mu tersenyum.

"Sudah lama sejak aku melihatmu ketika kau masih muda. Waktu berlalu... kau sangat mirip dengan ibumu."

Ini pertama kalinya Nyonya Mu melihat Yeowun setelah waktu berlalu begitu lama. dia benar-benar teringat akan Nona Hwa. Menjijikkan melihat Yeowun lebih mirip ibunya, daripada ayahnya, Chun Yujong.

"Kau dan ibumu yang kotor itu sama saja, sama-sama dalam membuatku kerepotan, hingga menambah kerjaan yang tidak perlu. Aku kira kalian berdua hanyalah petani yang sama, bisa jatuh dalam perangkap yang sama karena alasan cinta yang tidak berguna. Kau tidak cocok untuk tujuan yang lebih besar."

Wanita itu benar-benar mengejek Chun Yeowun, yang menurutnya rela datang menjemput kematiannya hanya demi nyawa prajurit penjaga yang tidak berharga.

Dan pada Nyonya Mu, Yeowun bertanya dengan wajah tanpa emosi. "Di mana Penjaga Jang dan 2 orang bawahanku?"

"Apakah kau begitu naif? Apakah kau benar-benar percaya aku akan membawa mereka ke sini? Bodoh sekali."

Sedari awal, Nyonya Mu sama sekali tidak berniat untuk membebaskan mereka begitu saja. Setelah dia berhasil membunuh Yeowun di sini, dia juga akan membunuh Penjaga Jang, dan membujuk para bawahannya untuk bergabung dengan Chun Muyeon.

Tapi sikap Yeowun yang datar terlihat aneh dimatanya.
'Kenapa emosinya tidak terganggu sama sekali?'

Itu benar-benar skakmat, tapi Chun Yeowun sepertinya tidak mempermasalahkannya. Bahkan, sepertinya dia yakin bisa membalikkan situasi ini.

"Matamu... aku tidak suka itu. Mari kita segel energi internalmu terlebih dahulu, dan kita akan berbicara lebih banyak."

Ketika Nyonya Mu mengangkat tangannya, pria paruh baya dengan janggut panjang berjalan mendekat ke arah Yeowun.

"Jika kau ingin menjaga penjagamu tetap hidup, maka jangan melawan."

Pria itu mengancam Chun Yeowun dengan berbisik. Dan pada saat yang sama, Yeowun menatap dingin pada pria itu dan berbicara dengan suara dingin pula.

"Ternyata, kaulah orangnya."

Suara pria berjanggut, sama persis dengan suara pesan telepati yang mengancam Yeowun di restoran. Nyali pria berjanggut itu tiba-tiba menciut karena Yeowun masih mengingatnya. Dia segera mengulurkan tangannya menggunakan energi.

"Waktumu sudah selesai!"

Dan ketika tangannya hampir mencapai perut Yeowun, Yeowun dengan cekatan menyambar pergelangan tangan pria itu.

"A-apa?!"

Pria itu mencoba menarik tangannya dengan menggunakan energi, tetapi pergelangan tangannya seperti terkunci, tidak bisa ditarik lagi seolah-olah tangannya terjebak di bawah himpitan batu raksasa.

"Biarkan aku pergi! Kau...! Aaaaaaargh!"

Dan saat Yeowun meremaskan genggaman tangannya, pergelangan tangan pria itu patah ke arah yang berlawanan, dan tulang yang patah menyembul keluar dari dagingnya.

Nyonya Mu berteriak dengan marah kepada Yeowun.
"Jadi, kau tidak peduli jika penjagamu mati! Aku hanya tinggal menjentikkan jariku saja dan dia akan..."

Tapi sebelum Nyonya Mu bisa menyelesaikan kalimatnya, Yeowun mengambil sesuatu dari sakunya dan melemparkannya ke atas meja. Itu adalah kotak kayu kecil. Nyonya Mu menjadi curiga dan bertanya.

"Apa ini?"

"Periksa saja sendiri."

Nyonya Mu seketika jadi ragu-ragu karena dia merasa ada yang tidak beres, tetapi dia tetap mengambil kotak itu dan membukanya. Matanya bergetar saat dia mendapati apa yang ada di dalamnya.

"...Apa artinya ini?"

Jika dia bukan seorang seniman beladiri dari sekte utama, atau jika dia hanya wanita awam biasa, sudah pasti dia akan menjatuhkan kotak itu. Apa yang ada di dalamnya adalah biji mata manusia. Sepertinya biji itu ditarik keluar secara paksa beberapa saat yang lalu, sebab darah yang menempel terlihat masih menetes.

Nyonya Mu sangat terkejut dengan isinya. Yeowun kemudian berbicara dengannya dengan suara yang menyinggung.

"Bagaimana? Menurutmu itu bola mata siapa?"


NANO MACHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang