"Duh. Cewek pemarah dateng tuh." Brian terkekeh, menepuk Jamal. "Kiw kiw cewek... jangan cemberut terus napa." Lama-lama, dua-tiga orang ikut menggoda Kaning.
Kaning hanya diam. Terus berjalan kearah kursinya sambil menahan emosi yang membuncah. Sederhana, dia bisa membanting orang-orang itu bila dia mau. Namun dia mati-matian menghapus bayangan itu. Kaning tahu, dia akan kalah lagi bila mengikuti keinginannya.
Kaning menghempaskan tas-nya ke meja, sebagai pelampiasan. Kepalanya meringkuk di atas tas yang dia gunakan sebagai bantal. Tidur, dengan satu mata terbuka."Anak-anak cowok kelas sebelah deket sama dia, kan?"
"Iya, geng-nya si Ezra."
"Sialan. Kenapa anak-anak ngetop kayak mereka malah deket sama Kaning, sih? Buta apa ya."
Nadine, cewek modis yang barusan bergosip melirik sekilas kearah Kaning yang duduk di baris paling depan. Lalu berbisik pada teman-temannya.
"Apa berharganya lo sih. Nggak pantes deket sama Ezra tau nggak. Ezra pasti di pelet sama tu cewek..."
"Bajingan. Ayo bilang yang keras." Kaning tiba-tiba sudah ada di hadapan Nadine dengan wajah datar.
Nadine tersentak. Rasanya bisikannya tak terlalu keras? Tapi bodo amatlah, malah akan seru kalau dia menghadapi cewek aneh di hadapannya ini. Kaning langsung menantangnya, diluar dugaan sekali.
"Oh kurang keras, ya?" Nadine menyampirkan rambut panjangnya kesamping. "Kalo mau jadi cewek murah, cewek aneh, lo salah tempat. Mainnya pelet pula. Lo nggak pantes buat ada disini."
Kaning diam. Ketegangan itu memancing anak-anak kelas yang lain.
Nadine terkekeh. "Kenapa diem? Andai aja Ezra tau kelakuan cewek dia yang nggak bener, dikucilin, apa yang bakal dia bilang ke elo?"
"Gua bukan cewek Ezra. Gua nggak pernah pelet dia buat deket sama gua." Balas Kaning. Tangannya mengepal."Terus apa yang bikin Ezra deket banget sama orang kayak lo? Gue kasih tau ya, jauhin Ezra, nggak usah caper and tebar pesona ke dia. Kelakuan cewek uler emang gini yah-"
Dengan satu gerakan, tangan Kaning mencengkram rambut panjang Nadine. Membuat yang punya rambut memekik tertahan, kaget setengah mati."Lepasin bangsat!"
"Cewek uler kata lu?" Bukannya melepas, Kaning semakin menarik untaian rambut itu kedepan. Tangan Nadine yang menggapai-gapai di halaunya dengan mudah.
"Iya, gua emang uler." Kaning menyeringai. Bahkan Nadine bisa bersumpah aura Kaning saat ini begitu mengerikan. "Bokap nyokap lu ngajarin nggak buat nggak ngusik binatang buas?"
"Lepasin sialan!" Wanda, sahabat Nadine mencengkram pergelangan tangan Kaning. Kaning justru menghempasnya dengan kuat. Nadine merintih, namun mulutnya masih mengeluarkan sumpah serapah.
"Bangsat lo... hhh cewek sialan.. lepasin rambut gue anjing!!!"
"LEBIH KERAS LAGI. GUA SUKA DENGER LU KESAKITAN." Seruan Kaning menggelegar.
"Juno, panggil guru cepetan!!" Suara Wanda melengking. Juno rupanya sudah pergi dari kelas beberapa menit lalu, ketua kelas yang bertindak cepat.
"Itu kenapa, sih, rame banget." Ganda mendongakkan kepalanya.
"Pada ketawan main gaple, kah?" Sahut Kalingga, menyandarkan siku-nya di pundak Baim. "Anjir lu berat, kambeng! Turunin siku lu! "
"Udahlah, masuk kelas aja. Udah mau bel masuk." Ezra mengangkat bahu.
"Tapi Zra, firasat gua kaga enak." Ganda terus melongok kedepan kelas IPA 2 itu. Kalingga merangkulnya, "palingan rebutan ayang."
"Rebutan Kaning."
KAMU SEDANG MEMBACA
Najakala
Teen FictionHanya ada satu kata yang terlintas di benak mu jikalau bertemu dengan Kaning; aneh. Ya. Gadis yang aneh. Aneh penampilan? Bukan. Tampilannya normal-normal saja buat ukuran anak SMA. Selera makanan? Bukan juga. Yang aneh itu kelakuannya. Mood...