Jangan lupa untuk meninggalkan vote dan komen di setiap paragraf! Komen dan vote dari kalian itu sangat berarti bagi seorang author.
Kalian menemukan cerita ini dari mana?
Kalau cerita ini terbit. Apa kalian mau beli novelnya? Isinya bakal jauh berbeda dari versi Wattpad.
Doain biar bisa dipinang sama penerbit impian aku yaitu akad redaksiakad
Happy Reading
"Eh buset! Kenapa gue mulu yang kena?" protes Zidan.Cowok yang paling menggemaskan diantara anggota Graxtual yang lainnya itu tidak terima. Karena, sejak tadi dia selalu kalah dalam permainan ludo. Cowok yang mengenakan hoodie warna hitam memilih untuk pergi meninggalkan sahabatnya yang asyik bermain.
"Baperan banget lo, buaya darat!" ejek Ratu.
"Gak asik! Gue mulu yang dicoret mukanya."
"Namanya juga permainan pasti ada menang dan kalah wahai Zidan Prakasa Adijaya," kata Ratu merasa gemas.
"Terus kenapa harus gue yang kalah? Gue yakin banget kalau lo pada itu iri sama gue." Sudut bibirnya terangkat.
"Berarti takdir lo kalah. Gitu aja bingung," celetuk Erland.
Zidan memutar bola matanya malas. Dia rasa kalau diam di kelas hanya akan membuat perasaannya tidak nyaman. Zidan memilih untuk menghampiri kekasihnya yang ada di kelas XI. Cowok yang mengenakan hoodie hitam berjalan dengan angkuh. Dia memberikan kedipan kala adik-adik kelasnya mengapa Zidan.
"Hai sayang," sapa Zidan.
"Sayang pala lo peyang!"
Zidan tersenyum. "Nelly mau balikan sama Aa?"
"Ogah!" tolak Nelly mentah-mentah.
Zidan menghentikan langkahnya kala orang yang berdiri tidak jauh di hadapannya seperti tengah asyik bertelepon. Entah kenapa, Zidan merasa ada yang janggal dalam hal ini. Cowok itu pun memilih untuk menghampiri gadis yang tidak jauh dari hadapannya.
"Pokoknya lo harus bisa."
"Bisa apa?"
"Bukan apa-apa," balas Salsa.
***
Jam menunjukkan pukul sembilan. Sekitar tiga puluh menit lagi bel istirahat berbunyi. Seharusnya sekarang ini jam pelajaran matematika. Namun, karena gurunya ada acara keluarga jadi siswa-siswi kelas XII IPS 3 diberikan tugas mengerjakan soal secara berkelompok.Lia, Ratu, Dimas, dan Erland memilih untuk mengerjakan tugas kelompok di kantin. Berbeda dengan kelompok Bagas yang memilih di perpustakaan. Hari itu, Lia harus rela kalau teman barunya itu satu kelompok dengan cowok yang selalu jadi penyemangat hidup Lia.
"Cepetan dong ngerjainnya!" gerutu Lia.
"Sabar bego! Lo pikir ini soal gampang? Lama-lama gue tendang juga lo dari sini!" ancam Erland menggebu.
"Nanti papa sama mama gak bakal merestui hubungan lo sama adik gue," balas Lia tidak mau kalah.
Setelah melewati berbagai perdebatan, akhirnya soal yang berjumlah sepuluh nomor telah diisi dengan sempurna tanpa ada lahan kosong yang tersisa.
"Nanti yang mau menjelaskan siapa?" Lia menatap teman satu kelompoknya secara bergiliran.
"Lia! Lo harus ke perpustakaan sekarang!"
***
Salsa sejak tadi, tidak henti-hentinya tersenyum. Memandang wajah seorang Bagas benar-benar membuat Salsa semakin semangat."Kerjain Salsa! Jangan malah lihatin Bagas!" tegur Deo.
KAMU SEDANG MEMBACA
A&B | Kita Belum Usai [Ending]
Fiksi RemajaYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "Kalau kita usai, aku boleh kangen pelukan kamu yang bikin nyaman? Aku boleh kangen kamu?" Agrilia atau kerap disapa Lia, tidak pernah menduga kalau dirinya akan kembali...