Prolog

3.8K 72 0
                                    

"Ada apa denganmu?" Jesika menegur, memperhatikan Kirana yang dari tadi bersikap seperti cacing kepanasan.

"Kemaluan aku gatal nih," jawabnya pelan, takut didengar sama anak lain.

Jesika membulatkan dua matanya, setelah apa dia dengar dari mulut Kirana. "APA?"

Anak lain menoleh setelah Jesika bersuara sangat keras. Sadar apa yang dia lakukan. Dia pun berondok lalu ikut memelankan suaranya juga. "Kok bisa? Memang setiap mandi kamu gak cuci?" tanyanya kembali.

"Kamu pikir aku ini, cewek paling jorok gitu? Tiap mandi gak cuci gitu?" Kirana agak singgung dengan pertanyaan dari Jesika.

"Ya gak sih. Cuma tanya doang. Jadi masih gatal? Jangan digaruk! Mungkin jamur. Atau mau ke dokter?" usul Jesika.

Kirana membeku, dia seperti tidak suka dengan namanya kata dokter. "Gak usah. Mungkin aku kemarin terlalu banyak minum es. Jadi kebanyak keputihan bisa berefek juga. Apalagi ini sampai jam berapa mata kuliah selesai. Uda gerah sama bawah soalnya," gerutunya kemudian.

Kirana dan Jesika, satu jurusan. Jurusan mereka juga tidak penting amat untuk di jajah kan. Mereka menuruti permintaan orang tua. Orang tua mereka ingin anaknya sukses setelah selesai kuliah. Padahal orang tua mereka tidak tahu dibalik semua yang mereka berikan, adalah sia-sia.

Kirana, adalah sosok cewek yang sangat nakal. Selain nakal, dia juga suka sekali bergaul dengan manusia yang tidak beretika banget. Seperti teman yang punya masalah dengan kasus narkoba, ada juga punya teman yang sifat sangat berandalan banget, saking berandalan pernah terikat kriminal. Akan tetapi Kirana memang tergolong sangat barbar. Di depan orang tua. Dia terlihat sangat sopan, manis, pendiam, dan penurut banget.

Kirana tidak ingin menghubungkan status yang sekarang dia jalankan. Apalagi mengikut campur urusan pekerjaan yang sekarang dia jalankan juga. Profesi Kirana saat ini, tidak bisa dibilang pekerjaan yang wow. Kirana memilih pekerjaan yang sangat ilegal sekali. Kehidupan Kirana sudah hancur. Masa depannya juga. Bahkan, kehidupan semenjak dia di kuliah kan oleh orang tua, salah satu universitas ternama di kota kelahiran orang tuanya.

Dia pun bertemu dengan Jesika. Jesika, adalah cewek yang sangat barbar banget. Lebih barbar lagi, ketika dia mendapat sesuatu. Seperti tadi. Kirana mengatakan bahwa kemaluannya gatal. Dengan spontan itu pula Jesika mengeluarkan suara yang sangat keras. Tanpa melihat sekitar. Untung saja posisi tempat duduk mereka paling belakang. Jadi wajar, dosen yang sedang menerangkan tidak terdengar suaranya. Hanya anak lain saja menoleh karena sumber suara darinya.

Kirana kenal Jesika, karena pekerjaan dia dapatkan darinya. Pekerjaan itu sangat ilegal. Jesika sudah lama bekerja seperti itu. Jika ada panggilan dari seseorang. Lalu, Jesika akan siap datang di mana seseorang itu membutuhkan untuk dilayani. Pekerjaan Jesika itu sebenarnya bukan ilegal. Dia memang kerja sebagai pengawai melayani para pelanggan untuk minum-minum. Bukan layani pemuasan nafsu.

Karena Kirana bete, habis jam mata kuliah usai. Dia tidak mempunyai kegiatan lain. Maka dari itu Jesika pun menawarkan Kirana ikut dengannya. Tanpa diduga oleh Jesika sendiri. Jesika berpikir Kirana adalah cewek yang baik dan sangat menghormati harga diri dan martabat setelah dia membawa ke tempat kerjanya.

"Mungkin sebentar lagi selesai jam mata kuliahnya. Lima menit lagi. Memang masih gatal? Kamu gak pakai pembalut mini?" bisik Jesika. Sambil memantau sekitar. Takut juga sih, kalau dapat teguran dari dosen di jam sudah mulai berakhir.

Kirana malah memasang lesu. "Geli kalau pakai itu?" tebak Jesika. Seakan dia tau isi kepalanya Kirana.

Kirana mengangguk. Memang Kirana tidak suka pakai pembalut mini. Terkecuali pembalut untuk haid. Tangannya masih Menggaruk-garuk miliknya. Sampai terdengar suara desahan halus. Jesika pun mendengar itu. Kirana menenggelamkan wajahnya di meja. Dia keceplosan setelah apa dia lakukan tadi. Bel tanda mata kuliah telah usai pun berakhir. Dosen pun berlalu pergi. Sementara anak-anak lainnya juga bersiap bubar.

"Pak Tomi, sebentar!"

Pak Tomi adalah dosen yang mengajar di kelas Kirana. Pak Tomi tergolong pria yang sangat ramah dan tidak pernah merasa tersinggung kalau salah satu kelas dia ngajar tidak serius untuk ikuti mata kuliahnya.

"Ini, Terima kasih sudah meminjamkan buku untuk tugas saya," ucap muridnya.

"Sama-sama," balasnya kemudian.

Setelah itu Pak Tomi pun berlalu pergi. Kirana dan Jesika keluar dari kelas. Kirana sudah tidak tahan. Dia berlari kecil untuk segera ke toilet. Tidak melihat sekitar orang yang masih berjalan di Koridor. Kirana yang mendadak bersuara meminta anak lain menyingkir.

"Santai, Ana! Emang toilet kampus kita cuma satu doang?" tegur Jesika.

"Satu atau dua atau tiga, juga. Intinya aku harus ke toilet! Uda gak tahan, rasanya pengen aku tuntaskan di san--" 

Kirana menabrak seseorang tepat dia berbelok. Orang itu juga berjalan untuk keluar dari kampus. Kirana terpental mundur dan jatuh. Ada benda bungkusan di tangannya tadi ikut terjatuh. Orang itu sempat melihatnya. Tiba-tiba Kirana langsung memungut dan berdiri. Hanya menatap sinis pada orang yang dia tabrak. Jesika terdiam di posisinya. Karena dia tau siapa orang yang Kirana tabrak tadi.

***

√TERJEBAK KARENA NAFSU (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang