10. Penolakan

383 51 0
                                    

"Apa yang tengah kau pikirkan hingga melamun seperti itu?" tanya Nico membuat Selina yang tengah melamun, tersentak karena benar-benar terkejut. Selain karena sebelumnya ia tengah melamun, perkataan Nico yang terkesan lebih bersabahat tersebut membuat Selina merasa sangat terkejut. Sebab sebelumnya Nico belum pernah berbicara dengan santai seperti ini.

"Ah, saya hanya sedikit memikirkan pekerjaan saja, Tuan," ucap Selina tetap menggunakan bahasa formalnya.

Karena ia benar-benar tidak ingin hubungan di antara dirinya dan sang ketua tim berkembang lebih daripada seorang atasan dan bawahan saja. Terlebih, akhir-akhir ini Nico selalu muncul dalam mimpinya. Membuat Selina secara alami merasa bahwa dirinya kini tengah berada dalam bahaya. Ia pun berpikir untuk waspada dan semakin menarik garis agar hubungan mereka tidak berkembang ke jalur yang salah.

"Kalau begitu, mari pergi makan siang di kantin perusahaan. Sebab semua orang sudah pergi makan siang bersama di sana," ucap Nico.

Selina terlihat ingin menolaknya, tetapi ia sendiri merasa sangat lapar. Karena terlalu sibuk, tadi pagi Selina bahkan tidak bisa menyiapkan makanan entah itu untuk sarapan atau bekal makan siangnya. "Mari," ucap Selina pada akhirnya bangkit dari posisinya.

Nico dan Selina melangkah menuju kantin kantor mereka. Ternyata Jacob dan anggota tim pemasaran juga sudah ada di sana. Pada akhirnya, kedua tim pun makan di satu meja yang sama. Karena meja tersebut panjang, maka bisa untuk memuat mereka semua.

Posisi saat ini Nico dan Selina duduk berdampingan dan berhadapan dengan Jacob serta Lia yang sama-sama mulai memasang ekspresi yang tidak bersahabat. Hal tersebut terjadi karena terlihat dengan sangat jelas bahwa Nico memperhatikan Selina dengan sangat baik. Bahkan perhatian Nico tersebut belum pernah ia tunjukkan pada siapa pun sebelumnya.

"Kau bisa memberikan asparagusnya padaku," ucap Nico saat Selina menyisihkan asparagus yang berada di piring makan siangnya.

Tentu saja Selina yang mendengar hal itu terkejut, karena sebelumnya pun ia belum pernah berbagi makanan dengan seorang pria terutama dengan Nico. "Tapi, ini—" Selina tidak bisa melanjutkan perkataannya karena Nico sudah lebih dulu mengulurkan tangannya dan mengambil asparagus yang memang tidak dimakan oleh Selina.

Nico memakan asparagus tersebut lalu menggantikannya dengan sepotong daging untuk Selina. Nico pun tersenyum dan berkata, "Makanlah lebih banyak. Kau perlu banyak energi karena pekerjaan kita sepertinya akan semakin banyak karena proyek yang tengah kita kerjakan kini."

Tentu saja orang-orang yang berada di meja tersebut menyadari interaksi antara Selina dan Nico yang sangat manis tersebut. Secara alami, mereka pun berpikir jika sepertinya Selina dan Jacob sudah tidak memiliki hubungan apa pun lagi. Di mana hubungan di antara keduanya memang sudah menjadi masa lalu, dan kini Selina tengah menjalin hubungan dengan Nico. Mengingat Nico sendiri memang tidak pernah terlihat memberikan perhatian sebanyak ini pada rekan kerjanya.

Bahkan beberapa dari mereka tidak bisa menahan diri untuk berbisik membicarakan interaksi antara Nico dan Selina tersebut. Hingga Jacob pun tidak bisa menahan diri dan bertanya, "Sepertinya hubungan kalian terlihat lebih dekat daripada sebelumnya. Apa mungkin kalian tengah menjalin hubungan?"

Nico pun mengangkat pandangan dan menatap Jacob yang terlihat memasang ekspresi yang sangat buruk. Tentu saja, Nico tahu jika saat ini Jacob marah padanya. Selain secara terang-terangan menaruh perhatian pada Selina, hal tersebut juga berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan Nico sebelumnya pada Jacob. Wajar saja jika Jacob terlihat marah seperti ini pada Nico, sebab orang yang ia anggap bukan saingannya, kini ternyata mengkhianati kepercayaannya. Nico pun menyunggingkan senyuman yang terasa seperti ejekan bagi Jacob.

Mimpi Panas 3 : Selina & NicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang