28. Pelajaran

206 38 4
                                    

"Aduh," erang Selina pelan ketika Nico menghentak dengan terlalu kuat hingga membuat punggung terantuk rak berkas di belakang punggungnya yang kini menjadi tempatnya menumpukan punggungnya.

Nico yang menyadari hal itu pun seketika menghentikan gerakannya dan bertanya, "A, Apa kau terluka?"

Selina pun tersenyum dan menggeleng. Ia melingkarkan kedua tangannya pada leher Nico sebelum memeluknya dengan erat. Selina berbisik, "Lanjutkan."

Nico tentu saja tidak membuang waktu untuk kembali bergerak dengan lihai dan memburu kenikmatan bersama dengan Selina yang sama-sama bergairah seperti dirinya. Kini, Selina memang sudah sangat terbiasa dengan kontak fisik bahkan bercinta di luar kamar tidur. Kali ini, mereka kembali memanfaatkan waktu luang mereka untuk bercinta. Karena beberapa hari ini mereka terlalu sibuk dan tidak bisa memiliki waktu untuk sekedar melepas rindu.

Selain itu, saat ada waktu, Selina kedatangan periode menstruasi dan hal itu membuat Nico harus berpuasa lebih lama lagi. Kini, saat memiliki kesempatan, tentu saja keduanya pun memanfaatkanya dengan sebisa mungkin. Jadilah, mereka pun menghabiskan waktu bergairah mereka di gudang kantor yang untungnya memang hanya dikunjungi di waktu-waktu tertentu saja. Setelah dua puluh menit, keduanya pun sama-sama mendapatkan kepuasan. Seperti biasanya, Nico menjadi pria yang penuh pengertian yang membantu Selina untuk membersihkan area intimnya yang basah karena bukti gairah mereka.

"Jangan macam-macam!" ucap Selina saat Nico akan kembali menggodanya. Tentu saja Nico yang tertangkap tangan pun mengerucutkan bibirnya.

"Apa kau merasa cukup hanya bermain satu ronde denganku?" tanya Nico seakan-akan tengah merajuk padanya.

Selina menghela napas lalu mengenakan celana dalamnya sendiri dan menolak untuk dibantu oleh Nico. "Kita tengah berada di tempat yang tidak memungkinkan kita bisa leluasa menikmati kegiatan ini, Nico. Sudah cukup. Nanti kita bisa melakukan sepuasanya jika kita memiliki waktu yang leluasa," ucap Selina membujuk Nico agar tidak lebih merajuk daripada itu.

Untungnya, Selina berhasil untuk membujuk Nico. Dirinya mengangguk. Namun, ia berkata, "Kalau begitu, aku meminta ciuman sebagai gantinya."

Selina menangkup wajah Nico dan memberikan kecupan singkat. Tentu saja Selina memang hanya berniat untuk memberikan kecupan saja, tetapi Nico menahan belakang kekasihnya itu untuk melanjutkan ciuman tersebut dalam-dalam dan dalam waktu yang lama. Ia melepaskan ciuman tersebut saat menyadari Selina hampir kehabisan napas. Saat itulah, Selina kembali memukul dada Nico karena kesal dengan tingkahnya yang sesuka hati ini. Nico sendiri terkekeh dan merapikan rambut Selina dengan penuh kasih.

Keduanya pun bergegas untuk ke luar dari gudang tersebut, setelah memastikan jika tidak ada jejak mencurigakan yang mereka tinggalkan di sana. Sebelum kembali ke ruangan kantor di mana tim mereka bekerja, Nico mengajak Selina untuk membeli minuman soda dan jus segar pada mesin penjual otomatis yang memang tersedia di setiap lantai gedung perusahaan. Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, barulah keduanya kembali ke ruangan mereka. Baru saja masuk ke dalam area kantor, keduanya pun sama-sama mendengar kabar yang menurut mereka tidak terlalu penting.

Hal tersebut adalah, kabar bahwa Jacob mengambil cuti secara tiba-tiba dimulai dengan sebelum waktu makan siang tadi. Sebab Jacob ternyata jatuh sakit. Karena itulah, Jacob mengambil cuti sakit karena ia harus pergi ke rumah sakit dan dinyatakan harus istirahat total. Jadi, cuti sakitnya pun berlanjut untuk beberapa hari. Tentu saja hal tersebut menjadi topik hangat yang dibicarakan oleh para wanita yang mengagumi Jacob. Mereka cemas mengenai keadaan pria itu.

Saat Lia dan Eria sama-sama melihat Selina yang baru saja masuk ke area kantor, keduanya pun saling berpandangan untuk melemparkan kode. Lalu Eria memulai dengan berkata, "Padahal, Tuan Jacob terlihat sangat bugar dan sehat. Tapi, secara mengejutkan ia jatuh sakit dan kini bahkan harus beristirahat dalam waktu yang lama."

Lia yang mendengar hal itu menyangga dagunya dan menghela napas panjang. "Orang yang sehat sekali pun akan dengan mudah jatuh sakit, ketika luka hatinya kembali terusik," ucap Lia menimpali.

Tentu saja para wanita yang mendengar hal itu dengan mudah menyimpulkan jika Jacob jatuh sakit karena tekanan batin yang muncul sebab masalah percintaannya dengan Selina yang belum tuntas sepenuhnya. Para wanita pun secara terang-terangan melirik pada Selina dan mencibirnya. Namun, Selina sama sekali tidak peduli mengenai hal itu.

Selina malah dengan santai mengecup pipi Nico dan berkata, "Selamat bekerja."

Nico yang melihat sikap santai yang ditunjukkan oleh kekasihnya itu pun menghela napas lega. Sebab dirinya benar-benar berharap jika Selina bisa hidup bebas, tanpa merasa terbebani dengan rasa tidak suka yang ditujukan oleh orang-orang padanya. Sebab rasa tidak suka itu pada akhirnya akan memudar seiring dengan berjalannya waktu, dan saat semua orang tahu jika Selina memang bukan orang yang jahat. Nico yang mendengar hal itu pun mengangguk dan mengecup kening Selina.

"Kau juga, selamat bekerja, Sayang," balas Nico dengan santai, membuat Lia yang mendengar ucapan manis tersebut terbakar oleh rasa cemburu.







***







"Sampai jumpa esok pagi," ucap Selina lalu mengecup pipi Nico dengan lembut. Nico mengangguk. Ia pun melambaikan tangannya dan mengemudikan mobilnya saat sudah melihat Selina sudah masuk ke dalam gedung apartemennya.

Sementara Selina sendiri masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai unit apartemennya. Namun, baru saja berpindah dua lantai, lift berhenti karena ada seseorang yang ingin ikut naik ke lantai yang sama dengan Selina. Tentu saja Selina segera menepi untuk tidak terlalu dekat dengan orang yang akan masuk. Namun, Selina seketika menahan napas, saat dirinya melihat seseorang yang sangat ia kenali.

Sosok itu segera masuk ke dalam lift tersebut dan menutup pintu dan bertanya, "Apa kau senang karena sudah membuat diriku marah seperti ini, Selina?"

"Apa yang kau lakukan di sini, Jacob?" tanya Selina.

Benar, orang tersebut tak lain adalah Jacob. Selina benar-benar mulai merasa ketakutan karena situasi ini. Selina sudah ingin menekan tombol darurat tetapi hal itu sudah lebih dulu ia blokir dengan sangat sigap. Ia mencengkram rahang Selina, dan berkata, "Kau sepertinya sudah meremehkanku, Selina. Bukankah aku sudah mengatakannya padamu? Hentikan hubungan pura-puramu dengan Nico, karena aku sangat membencinya."

Selina sadar, jika saat ini dirinya sangat terdesak. Namun, ia juga sadar bahwa ia tidak bisa terus takluk dan patuh pada Jacob. Sebab itu hanya akan membuat Jacob terus bersikap seenaknya dan berpikir bahwa dirinya memiliki kuasa atas hidupnya. Selina dengan susah payah berkata, "Aku sama sekali tidak berpura-pura saat menjalin hubungan dengan Nico. Kami saling mencintai!"

Jacob tentu saja terpancing saat Selina mendengar pernyataan cinta yang ia tujukan pada pria lain. Ia pun semakin mengetatkan cengkramannya pada rahang Selina dan berbisik, "Kau membuatku benar-benar kehabisan kesabaran, Selina. Maka aku tidak memiliki pilihan, selain memberikanmu pelajaran."

Selina gemetar saat dirinya melihat sorot mata Jacob yang benar-benar mengerikan. Lalu Jacob pun dengan sekuat tenaga menghantam kepala Selina ke dinding lift. Beberapa saat kemudian pintu lift pun terbuka karena baru sampai ke lantai yang dituju oleh Selina. Namun, karena tidak ada siapa pun, tentu saja tidak ada yang mengetahui kondisi Selina yang sudah terkapar dengan darah yang melukai pelipisnya.

Jacob menutup pintu lift lalu berkata, "Tenang saja, aku juga penghuni di apartemen ini. Jadi, aku tahu dengan betul jadwal ramainya digunakan lift ini oleh para penghuni. Karena jam ini sangat bebas, maka aku juga akan dengan leluasa untuk memberikan pelajaran padamu, Selina."

Jacob jelas berniat untuk menghajar Selina di lift karena nantinya ia lebih mudah untuk membereskan kamera pengawasnya.

Jacob pun merenggangkan tubuhnya sebelum mengeluarkan sebuah tongkat hitam yang biasanya digunakan oleh para petugas keamanan. Ia pun memanjangkan tongkat tersebut dan tanpa banyak kata segera memukuli Selina dengan sekuat tenaga. Namun, tatapan mata Jacob sama sekali tidak berubah. Tampak begitu dingin, saat dirinya menatap Selina yang tampak tidak berdaya dengan kondisi yang berlumuran darah. Tidak berhenti hanya memukuli dengan tongkat dan menginjaknya, Nico juga berulang kali menghantamkan kepala Selina pada dinding dan lantai lift.

Saat Selina hampir hilang kesadaran, Nicoberbisik pada Selina yang kini rambutnya tengah ia cengkram kuat, "Selina, akuakan memberikan pelajaran yang lebih berharga daripada pelajaran yang pernahkuberikan beberapa tahun sebelumnya."

Mimpi Panas 3 : Selina & NicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang