Koleksi

66 7 0
                                    

"Hai." sapa Rifki ramah pada Ara.

Ara tersenyum kikuk. Mengingat kejadian yang kemarin, sebenarnya Ara masih belum sanggup ketemu Rifki. Tapi jika abang kelasnya bisa sesantai itu menyapa nya, kenapa dia harus nervous.

"Hai, bang Rifki." balas Ara sambil tersenyum hangat.

"Nggak rugi juga ternyata jadi jomblo." batin Ara senang.

"Tuhan itu baik ya, gue mau nya bang Rifki, eh di kabulin." batin Ara semakin senang.

Merasa jadi obat nyamuk. Gempi pamit undur diri. "Ra, gue duluan ya." pamit nya yang enggan lama-lama jadi obat nyamuk.

Ara mengangguk. Lantas Gempi segera pergi meninggalkan kedua nya. Saking nggak mau nya jadi obat nyamuk, Gempi lari sekencang mungkin.

"Mau ke kelas bareng?" tawar Rifki.

"B-boleh." sahut Ara salting.

"Sial. Ngapa jadi salting gini." batin Ara yang mulai deg degan.

"Senyum terus dari tadi. Ada yang buat bahagia ya?" tanya Rifki sambil menautkan jemari nya ke jemari Ara.

Ara speechless melihat tangan nya bersatu dengan tangan abang kelas nya itu. Biasanya kejadian kayak gini kan hanya untuk orang yang berpacaran, atau orang yang lagi pdkt. Nah dia sama Rifki kan nggak sedekat itu?

"Ada yang buat bahagia, abang di sisi Ara contohnya." celetuk Ara jujur.

"Eh-" tangan kiri Ara menutup mulutnya saat ia sadar telah keceplosan.

Ara dan Rifki saling pandang, lalu kedua nya tertawa.

"Bisa nggak sih lo ngehargain perasaan cowok?" sentak Nanta melepas genggaman Rifki dan Ara.

Sentakan dari Nanta membuat Ara, Rifki dan orang di sekitar memandang Nanta dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Sadar. Lo itu udah punya pacar. Jadi nggak usah kecentilan."

"Ada yang pedas, tapi bukan cabe." batin Ara yang di cerca Nanta

"Ara jomblo kok bang." jawab Ara bikin Nanta makin sensi.

"Cih." Setelah mendecih, Nanta melenggang pergi dari kedua nya, menuju ke arah Sinta dan mengajak pacarnya pergi.

"Sumpah ya aneh banget jadi orang." gerutu Ara.

"Cemburu kali." goda Rifki yang mendengar gerutuan Ara.

Kini mereka berdua, berjalan berdampingan menuju kelas Ara.

"Yakali cemburu. Suka aja dia nggak sama Ara, bang."

"Kalau misalnya dia suka sama kamu?"

"Ah. Berarti dia kena azab kalau sampai suka sama Ara."

"Haha. Ada-ada aja kamu."

"Kalau misalnya abang yang suka sama kamu gimana?"

"Nah, kalau abang yang suka sama Ara, itu sih abang anugerah terindah yang di kirim tuhan untuk Ara." sahutnya membuat Rifki melengkungkan sudut bibirnya membentuk senyuman.

My Ultimate HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang