Part 27 - Tes DNA

431 63 0
                                    

Di kediaman Adinata, Pras menatap sang Istri tak percaya. Setelah acara makan usai, wanita itu baru berani berkata jujur pada Pras jika ia kemarin bertemu dengan Kirana.

"Aku menggertak Yurika, tapi ia tetap bersikukuh bahwa Kirana adalah anaknya."
"Dan aku juga punya kabar buruk ... "kata Kamila.

Pras memijat pangkal hidungnya, "kenapa kamu tidak mengatakan yang sejujurnya padaku kemarin? Dan ... Kabar buruk?"

"Bagaimana aku bisa mengatakan hal tersebut, jika Laura masih di rumah? Aku tidak ingin menyakiti hatinya, Mas." Kamila terlalu memikirkan perasaan Laura, ia tak ingin Laura merasa bersedih. Hari ini Laura sedang pergi ke opera, jadi Kamila baru mengatakan yang sejujurnya pada Pras.

"Lalu, kabar buruk apa yang kamu maksud?" tanya Pras.

"Kirana ... Hamil," lirih Kamila.

Mata Pras membola. "Apa maksud mu?"

Pada akhirnya, Kamila menceritakan semua kejadian tak mengenakkan itu pada suaminya. Awalnya Pras sangat marah, ia karena ia adalah orang tua yang buruk, dan ia juga marah kenapa Kirana memilih aborsi? Namun, Kamila menenangkan Pras.

"Ia sedang mengalami masa sulit, apalagi kemarin aku melihat Yurika menamparnya karena pulang bersamaku. Mungkin Yurika tak tahu saat aku melihat kejadian itu, yang bisa ku lakukan sekarang hanya mengamatinya dari jauh." Entah sampai kapan, namun Kamila yakin ... Jika ia mengatakan pada Kirana sekarang, bahwa Kamila adalah Ibu kandungnya, maka Kirana tidak akan percaya. Cukup dua kali Kamila bertemu, tapi ia sudah bisa membaca sikap Kirana.

Saat Pras dan Kamila sedang sibuk berpikir, bel rumah berbunyi beberapa kali. Tak berselang lama, seorang asisten rumah tangga datang. "Tuan, Nyonya ... Ada anak SMA yang mencari anda."

"Siapa?" tanya Pras.

Sang Asisten menggeleng. "Tidak tahu, Tuan. Tapi sepertinya seumuran dengan Nona Laura."

"Jangan-jangan ... " Kamila segera bangkit dari tempatnya.

"Mila!" panggil Pras, pria itu juga menyusul Kamila. Sang Asisten menggeleng pelan, setelah itu pergi dan melanjutkan tugasnya di rumah ini.

Kamila menatap tak percaya dengan siapa yang datang, itu adalah Kirana dan mungkin temannya? Kamila berjalan mendekati mereka yang duduk di ruang tamu.

"Nak Kirana?"

Kirana berdiri, memberi salam hormat, begitupun dengan Ellena. "Silahkan duduk, ingin minum?" tawar Kamila.

"Mila, sia ... "
" ... Kirana?" Pras tak menduga jika Kirana yang datang. Kirana cukup terkejut dengan kedatangan pria tinggi itu, maksudnya ... Kenapa pria itu mengenal dirinya? Bahkan mereka baru pertama kali bertemu.

"Tidak, terima kasih. Kedatangan saya kemari hanya ingin memastikan sesuatu." Karina memantapkan hatinya untuk cepat menyelesaikan masalah ini.

"Maksudnya, Nak?"

Kirana menghela napas panjang, "siapa orang tua saya sebenarnya?"

Oh jadi ... Kirana menyadarinya lebih awal dari yang Kamila prediksi, Pras dan Kamila saling tatap. Kamila tersenyum samar. "Mari ikut saya!"

****

"Lo yakin, Der?" tanya Malvin, setelah penampilan panggung tadi. Derran mengatakan pada Malvin untuk menemaninya datang ke rumah Kirana.

Derran mengagguk. "Yakin, gue gak tahu kedepannya kayak apa ... Tapi, gue harus tanggung jawab, kan?"

Malvin lega sekaligus bangga dengan sikap Derran, cowok itu berani mengambil resiko.  "Tenang aja, ada gue. Ayo, ke sana!"

I'm Sorry | Completed [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang