Bab 3 - Khawatir

1.2K 267 55
                                    

Hai ... hai... Balik lagi.

Jangan lupa baca di karyakarsa yee. Udah bab 8 soalnya plus 2 bagian NC 21+

hehehehe...

Ada bagian sedikit hitam dan berasa asin. Apa itu?

 Apa itu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pokoknya dibaca aja yaww


--------------------------------------------


Pikiranku tidak pernah sesibuk ini memikirkan seseorang yang bahkan masih terlihat dikedua mata ini.

Panik. Itu yang Dara rasakan kini ketika ia melihat Dante merintih begitu lemahnya sembari memegang bagian perut kirinya. Pandangan Dara langsung dia edarkan ke sekeliling. Setidaknya dia butuh seseorang yang bisa memberikan pertolongan pertama untuk Dante saat ini.

"Pak ... kenapa? Sakit?"

"Perut saya."

"Aduh, kenapa perutnya? Emang Bapak makan apa sih sampai didemo gitu sama perutnya?"

Masih bisa bicara konyol disaat kondisi Dante tidak main-main, kedua manik mata Dante menatap Dara dengan sebal.

Karena tidak ada orang yang bisa menolongnya, Dara langsung ambil sikap tegas. Dia bergerak ke kasir secepat yang ia bisa, kemudian membayar semua pesanan yang telah dirinya dan Dante makan tadi.

Setelah semua urusan di tempat ini selesai, Dara langsung melangkah ke sisi Dante, mencoba memapah Dante dengan kedua tangannya. Sekalipun dia tahu tubuhnya tidak sebanding dengan Dante, namun setidaknya dia sudah berusaha membantu.

"Mau ngapain kamu?"

"Ayo, Pak."

"Mau ngapain?"

Dante merasa risih ketika Dara, dengan kondisi tubuhnya yang mungil, berusaha membantunya berdiri dan berjalan keluar dari tempat ini.

"Dara ...."

"Saya bantu pak Dante. Tadi Bapak merintih sakit, kan?"

Sembari melepaskan rangkul Dara pada tubuhnya, Dante mencoba menjelaskan walau ekspresi di wajahnya tidak bisa menutupi bila ada bagian yang sakit di tubuhnya.

"Saya masih bisa jalan, Dar. Kaki saya baik-baik saja. Yang ada masalah saat ini bagian kiri perut saya. Sepertinya karena efek kopi hitam yang saya konsumsi terlalu banyak pagi ini."

Sedikit mengangak, Dara tidak percaya dengan kalimat yang baru saja Dante katakan. Ternyata pria berbadan besar di depannya ini merasa sakit karena ulahnya sendiri. Sedangkan dia, sejak melihat kesakitan di wajah Dante, sudah merasakan khawatir luar biasa, sampai otaknya penuh memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Dante. Tapi nyatanya, orang yang dia khawatirkan membuat penyakitnya sendiri.

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang