Chap 44

4.4K 433 42
                                    

"Tempat ini telah dikepung. Jangan coba-coba untuk kabur!!"

Peringatan keras dari luar mengagetkan anak buah six brother's yang ditugaskan untuk menjaga mayat kedua orang tua Jisung. Bermaksud kabur dari tempat itu namun batal saat para polisi bersama detektif Jae Seok dan Kwang Soo serta Jaehyun, Taemin, dan Taeyong masuk ke dalam gedung itu.

"Angkat tangan!!" perintah dari salah satu polisi itu pada anak buah six brother's.

"Ada dua mayat di ruangan ujung, pak" lapor salah satu polisi yang masuk lewat pintu belakang.

Mendengar itu Jae Seok, Kwang Soo, Jaehyun, dan Taeyong segera menuju ke tempat itu bersama polisi yang melapor tadi. Sesampainya di ruangan yang dimaksud, bak tersambar petir Taeyong berteriak histeris saat melihat tubuh adiknya yang terbujur kaku. Taeyong berlari mendekat memeluk adiknya -Winwin- yang sudah tidak bernyawa. Disampingnya ada Yuta yang merupakan adik iparnya yang nasibnya sama seperti Winwin.

"Hiksss maafkan aku. Aku gagal menjadi seorang kakak dan orang tua yang baik, aku gagal memenuhi janjiku padamu, maafkan aku hiksss" Taeyong menangis, menumpahkan segala penyesalan nya. Mencium kening adiknya yang sangat disayanginya itu lama. Taeyong sangat menyesal.

"Sayang sudah cukup. Ayo kita bawa mayat mereka dan kuburkan dengan layak" Jaehyun menenangkan Taeyong. Seperti Taeyong, Jaehyun juga sangat terpukul saat melihat ini semua. Ia sudah menyayangi Yuta dan Winwin seperti adiknya sendiri sama seperti Taeyong.

"Kenapa harus seperti ini, Jaehyun? Kenapa takdir ku seperti ini?" Taeyong masih menangis. Tidak ingin melepaskan sang adik yang masih berada di pelukan nya.

"Takdir tidak ada yang tahu, Taeyong. Hidup itu penuh kejutan. Apapun yang terjadi itu sudah menjadi rahasia takdir dan kita hanya menjalani sesuai alur takdir kita masing-masing" Jae Seok berucap.

Tangis Taeyong semakin pecah saat Jaehyun menarik Taeyong menjauh dari Winwin. Taeyong memberontak dan berteriak, ia tidak rela saat beberapa orang membawa tubuh Winwin dan Yuta pergi.

"Cukup, sayang. Tenangkan dirimu. Sekarang kita tepati janji kita. Selamatkan Jisung dan hukum six brother's sesuai perbuatan mereka" ucap Jaehyun yang membuat Taeyong berhenti memberontak. Taeyong semakin menangis, di lain sisi hatinya sakit saat mendengar anak-anak yang ia sayangi akan dihukum tetapi dilain sisi ia harus melakukan itu untuk mengakhiri ini semua.

Jae Seok dan Kwang Soo memilih diam. Membiarkan Taeyong untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu. Setelah Taeyong tenang, mereka berempat pergi dari situ untuk membawa mayat kedua orang tua Jisung kembali ke rumah keluarga Jung sebelum kemudian dikuburkan dengan layak.











Billie terus melajukan mobilnya sampai akhirnya ia harus terhenti karena dengan tiba-tiba mobil lain menghadang jalannya. Dari mobil di depannya keluar Renjun dan Chenle dan di mobil belakang nya ada Jeno, Mark, dan Haechan. Billie mengumpat dalam hati sebelum akhirnya keluar dari mobilnya.

"Mana Jisung?" tanya Mark to the point.

"Ada urusan apa dengan Jisung?" Billie balik bertanya, memandang remeh Mark dan melipat tangannya di depan dada.

"Ku akui nyali mu hebat juga, sungguh tipe ku. Tetapi untuk sekarang aku tidak berselera menusuk lubang perempuan, jadi serahkan saja Jisung dan kau dapat pergi dari negara ini dengan aman" ucap Mark datar.

"Jawab dulu pertanyaan ku, sialan!" bukannya takut, Billie semakin menantang.

"Listen bitch, Jisung itu adik kami dan kami punya hak untuk membawa dia kembali" Haechan berucap.

"Adik? Kalian berbohong, bukan? Kakak mana yang tega memperkosa adiknya sendiri dan menghancurkan hidupnya tanpa rasa bersalah sedikitpun?"

"Kau itu orang baru, tidak seharusnya ikut campur dalam permainan kami" Jeno berucap dingin.

"Lalu kau ingin apa? Membunuhku?" Billie tertawa remeh diakhir kalimatnya membuat Jeno mengepalkan kedua tangan kuat. Jeno menunjukkan senyum nya seolah-olah ia tidak terpengaruh oleh Billie walaupun ia sangat ingin memutilasi tubuh perempuan London itu sekarang.

"Berikan saja Jisung dan kau aman" Renjun berucap. Ia terlalu malas untuk mengotori tangannya sekarang.

"Aku tidak akan memberikan Jisung pada iblis dalam rupa malaikat seperti kalian. Sudah cukup dia menderita karena kalian, sekarang biarkan dia pergi"

"Jisung tidak akan pernah pergi kemanapun. Kami adalah rumahnya dan dia harus kembali pada kami" ucap Chenle yang diam memperhatikan sedari tadi.

"Kalian bukan rumah, kalian neraka. Jisung tidak mendapatkan kebahagiaan nya, dia tersiksa. Saat seorang anak kehilangan orang tua yang ia sayangi disitu separuh jiwanya sudah hilang dan kalian semakin membunuh nya sehingga separuh jiwanya yang tersiksa itu sudah mati nam--"

"Aku tidak peduli dengan itu. Jisung hamil anak kami dan sudah seharusnya kami membawanya kembali. Berhentilah berbicara dan serahkan Jisung atau aku akan merobek mulut mu itu sampai ke telinga, bitch! Aku tidak main-main!" Jeno berucap dingin.

'Fuck!'










"Ayo Jisung, bertahan lah" Jisung menyemangati dirinya sendiri. Kepalanya sangat sakit dan ia merasa mual. Cairan hangat mengalir dari lubang hidung nya. Jisung mimisan lagi.

"Sial!" Jisung refleks mengumpat saat mobil Jaemin mendahului nya dan menghadang jalannya. Hampir saja mereka bertabrakan jika Jisung tidak segera menghentikan mobilnya.

"Hoekkk" Jisung mual. Ia mengambil beberapa helai tisu untuk mengelap darah yang mengalir lubang hidung nya itu.

Kepalanya sangat sakit, matanya berkunang-kunang, darah terus mengalir dari lubang hidung nya, ditambah lagi ia mual karena faktor kehamilan nya. Rasanya Jisung tidak kuat lagi untuk bertahan lebih lama.

Jisung memejamkan matanya namun tidak lama aroma parfum milik seseorang yang sangat ia kenali itu tiba-tiba tercium jelas olehnya. Sial! Jisung lupa mengunci pintu mobilnya.

"Sudah cukup bermain petak umpet dan kejar-kejaran nya, sayang. Ayo pulang" suara lembut itu menyapa indra pendengaran Jisung. Jisung tidak ingin membuka matanya. Kenangan-kenangan buruk masa lalunya kembali terputar dengan jelas saat tangannya digenggam.

"Sayang, ayo pulang ke rumah kita..."

Jisung menggeleng kuat saat Jaemin ingin menariknya keluar. Melihat penolakan Jisung membuat senyum lebar Jaemin hilang tergantikan dengan ekspresi dinginnya yang membuat siapapun yang melihatnya takut.

"Kak Jaemin, untuk kali ini tolong lepaskan aku kak. Aku tidak meminta apapun tapi tolong lepaskan aku dan biarkan aku pergi dengan menguburkan kedua orang tuaku dengan layak. Aku mohon biarkan aku pergi" Jisung menyatukan kedua telapak tangannya memohon, menumpahkan tangisnya dihadapan Jaemin karena sungguh berat yang ia rasakan sekarang.

"Baby, kau lupa satu hal...... semua ini tidak akan terjadi jika orang tua mu menerima tawaran kami dulu. Semua yang terjadi ini karena kau. Jika kau memilih pergi maka lebih baik kita mati bersama-sama. Jika memiliki mu adalah kemustahilan maka tidak ada gunanya sebuah kehidupan. Kau mengerti sampai sini?"














TBC........................................................

Terimakasih bagi yang setia menunggu book ini up :)

Please respect 🙏

See you

Salam hangat dari Semenya Jisung

- Ria



Eres Mío🔞 [END] ✅✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang