Canis Major

285 30 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌠🌠🌠

"Halo ayang!"

Seorang cewek yang mendapat sapaan seperti itu dari manusia sejenis Genta langsung bergidik. "Kesambet dimana lo?"

Genta yang semula tersenyum sangat lebar berubah masam. Ia menyamakan langkahnya di samping Vanya, siswi berambut pendek yang super duper jutek terhadapnya. "Lo kenapa sih, sama gue jutek banget? Awas nanti jatuh cinta loh …."

Vanya berhenti sejenak. Memandang Genta yang kini tersenyum manis padanya. Setelah itu, ia mendahului cowok sinting yang tentu saja mengikutinya. Mulutnya tak berhenti berkomat-kamit mengharapkan ada guardian angel yang akan menolongnya.

"Orion?"

Genta menepuk pundak Vanya dua kali bermaksud berpamitan kala melihat punggung sahabatnya yang sudah hampir meniti tangga ke lantai tiga. Ia lalu bergegas menghampiri Orion untuk melihat keadaannya.

Vanya yang ditinggal semakin kesal. Ia menghentakkan kakinya. "Ish … Dasar homo!" Cewek itu berbelok ke arah pintu kelas. Hampir bertabrakan dengan salah satu temannya.

"Dor!"

Orion nampak sangat terkejut hingga membuat Genta meringis karena merasa bersalah. Padahal, Genta tidak terlalu berteriak keras. Dan kalau dipikir-pikir lagi, Orion seharusnya bisa mendengar derap langkah temannya. "Mau bikin gue mati?"

Senyuman Genta luntur. "Lo kenapa?" tanyanya seraya mengetuk dua kali sudut bibirnya sendiri. Bermaksud meminta penjelasan atas apa yang dilihatnya pada wajah Orion. Sebuah area keunguan yang samar.

Orion menyentuh area yang dimaksud. "Oh … kemarin jatuh di kamar mandi," jawabnya, lalu terkekeh kecil.

"Lo mungkin bisa bohong ke semua orang, tapi nggak sama gue."

Langkah keduanya dalam menaiki anak tangga memelan secara kompak. Orion mendengus malas.

"Dipukul bokap. Puas udah gue jawab?"

Genta tidak bertanya lanjut, hanya terkekeh dengan anggukan ringan. Dan justru itulah yang membuat Orion nyaman. Genta tidak terlalu agresif dalam menggali informasi sensitif seperti ini. Ia akan melakukannya secara perlahan, sampai benar-benar Orion sudah siap untuk memberikan jawaban tanpa rasa tertekan.

Genta tidak tahu apa yang terjadi pada ayah dan anak itu. Tapi dari pengamatannya, penampilan Orion banyak berubah dalam satu minggu ini. Tubuhnya semakin kurus, dengan bibir pucat, serta langkah terkesan lemah.

"Ya udah sih, anggep aja sebagai bentuk latihan fisik lo. Jaga-jaga kalau nanti lo harus tanding sama si Aksa."

Langkah Orion terhenti melihat seorang cewek duduk di bangku depan XI C. Tengah mengobrol senang dengan salah satu teman sekelasnya.

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang