I don't want to hurt you

178 25 5
                                    

Aku menghela napasku panjang. Rasanya aku tidak tega harus melakukan itu pada Joohyun, namun ucapan Seungwan yang bilang bahwa aku harus memproritaskan semuanya membuatku kembali meneguhkan hati. Aku berpikir bila aku ingin menolong Joohyun, maka aku harus menolong diriku terlebih dahulu. Walaupun begitu bukan berarti aku akan lepas tangan mengurusnya.

Tepat setelah Joohyun istirahat, aku memberikan informasi terkait kondisi Joohyun pada orang tuanya. Pada awalnya orang tua Joohyun sangat khawatir, dan berniat untuk ingin segera menjemputnya pulang ke rumah. Hanya saja, aku menenangkan mereka dan meminta agar mereka mengizinkan Joohyun untuk di apartemen selama beberapa hari. Setidaknya dengan bersama kami walaupun sebentar dapat mengobati rasa rindunya pada para member. Dengan begitu harapannya Joohyun bisa lebih cepat untuk pulih.

"Apakah benar tidak apa-apa, Seul?"

"Benar, tidak apa-apa, Eomma. Aku bisa menjaganya di sini. Selain itu kami ada libur selama tiga hari. Jadi kami bisa menemani Joohyun di sini."

"Baiklah jika kau bilang tidak apa-apa, tapi tolong kabari kami mengenai kondisi Joohyun ya."

"Tentu Eomma. Aku akan mengabarimu mengenai perkembangannya."

"Baik, terima kasih Seul. Maaf karena selalu merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, Eomma. Itu sudah tanggung jawabku."

Seungwan yang duduk di sampingku kini menatapku ragu. "Lalu, sekarang apa yang ingin kau lakukan, Seul?"

Aku mengatupkan bibirku rapat. "Hmm... Jujur aku tidak tahu, tapi mungkin aku akan jujur pada Joohyun mengenai apa yang ku rasakan."

Gadis bermarga Son itu mengernyitkan alisnya. "Apakah kau yakin kondisi Joohyun sudah stabil untuk kalian membicarakan itu?"

"Itu yang aku juga khawatirkan, tapi aku akan mencoba untuk menjelaskannya dengan perlahan. Joohyun juga butuh penjelasan akan sikapku belakangan ini padanya. Tidak adil rasanya bila memperlakukannya seperti ini terus."

"Baiklah, Seul. Aku akan mendukung keputusanmu bila kau rasa itu yang terbaik."

Aku mengatupkan bibirku rapat. 'Apakah itu yang terbaik? Mengapa setelah mengatakannya pada Seungwan justru dirikulah yang meragu?'

'Apakah aku harus jujur, atau tidak?'

***

Joohyun meneguk minumnya dengan cemas. Di depannya, aku menatapnya dalam diam. Kami berdua sedang menghabiskan waktu di apartemen dengan memasak. Kali ini akulah yang memasak. Aku membuatkan jjajangmyeon untuk disantap berdua. Apartemen nampak sepi dan lengang karena penghuni yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing. Seungwan menemani Sooyoung untuk pergi berbelanja sementara Yerim pergi dengan senior kami, Taeyeon.

Cukup lama Joohyun memperhatikanku hingga dia tidak menyadari bahwa kini aku sudah selesai menyajikan makanan yang telah di masak di piring sajian.

"Makanlah selagi masih hangat." Ucapku sembari menyodorkan sepiring jjajangmyeon pada Joohyun.

Gadis berambut hitam itu menatap makanan di depannya sembari mengangguk pelan. Kemudian kami menyantap hidangan itu dalam diam. Joohyun menyantap hidangan tersebut dengan lahap. Sekelebat ingatan menyapa pikiranku ketika aku mengingat bahwa dulu dia lah yang mengajarkanku memasak. Awalnya skill memasakku tidaklah seperti ini. Bahkan memasak hidangan sederhana pun aku tidak bisa. Berkat usahaku untuk belajar, kini aku bisa memasak beragam masakan.

"Sudah lama sekali aku tidak memakan masakanmu, Seul."

Aku refleks menengok ke arahnya. "Iya kah?"

It has been a whileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang