"Jelaskan. Sebenarnya apa yang kau lakukan selama ini?"
Setelah bersusah payah mengangkat tubuh Yoongi yang terkapar ke dalam apartemen, Hyegi memenuhi panggilan sidang keluarga di dapur. Ia menunduk. Tidak berani menatap netra temaram akibat usia yang semakin baya.
"Aku bekerja di klub malam." Hyegi sedikit memberanikan diri menatap wajah sang ayah. Guratan-guratan halus tercetak jelas di bawah sinar lampu, menampilkan sepercik kecewa di sana.
"Jadi yang membuatmu ingin pindah secepatnya karena kau bekerja di sana?" Hyegi mengangguk pelan.
Pria itu menderu nafas semu sebelum menunduk. Sesekali iris yang tidak sejernih pewaris netra jelaga di depannya melirik pada seonggok makhluk pucat terbaring lelap di atas sofa. Dengkurannya terdengar tenang dan damai, membuatnya teringat pada bungsunya yang dengan mudah tertidur di mana saja terkhusus sofa.
"Kau mengenalnya?"
"Dia anak pemilik pabrik perhiasan tempatku bekerja dulu."
"Dekat?" Hyegi menggeleng lagi.
"Dia tidak berbuat aneh-aneh padamu, 'kan?" Jika Min Yoongi berbuat aneh bisa-bisa ayahnya sudah membunuh pria itu sejak tadi. Beruntung pria Min hanya meracau sejak tadi. Lagipula, kalaupun Yoongi benar-benar berbuat sesuatu, Hyegi tidak akan langsung jujur pada Kwon Taesung.
Tidak kunjung mendapat jawaban dari si Sulung, Taesung bertanya lagi. "Apa yang kau kerjakan di klub malam? Apakah ada banyak pria yang menggodamu?" Sungguh jika itu benar, ia tidak rela jika gadis kecilnya disentuh.
"Tenang, Ayah. Tidak ada yang berani mendekatiku. Kalau ada yang berani menyentuh, orang itu akan dimarahi pemilik klub. Para pegawai di klub tempat bekerjaku memang tidak boleh diganggu. Itu sudah pertaruran dari sana. Kasihan juga mereka kalau seumpama diganggu pengunjung. Pasti banyak yang mengundurkan diri." Hyegi berujar dengan cepat. Ia berusaha membuat ayahnya mengerti. Lagipula gadis itu bukan seorang kanak lagi.
"Sungguh? Tidak bohong?"
"Aku bersungguh-sungguh."
"Lalu, bagaimana dengan mantan bosmu itu?"
Bagaimana, ya? Hyegi sendiri tidak tahu di mana rumah mantan bosnya yang satu ini. Beberapa jam setelah kesusahan mengangkat tubuh sedikit berisi itu, Hyegi sempat lancang membuka ponsel pintar Yoongi namun terkunci. Butuh kata sandi untuk membuka. Ia sempat menilik ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan dari seseorang di sana. Banyak sekali sampai seratus lebih sepertinya.
Taesung menatap nanar pada Yoongi. "Melihat dirinya yang tidur tenang begitu, dia pasti sedang ada masalah. Apa kau sudah mengecek ponselnya?"
"Dikunci. Aku juga tidak kenal siapa pun yang dekat Tuan Min. Kalau aku mengantar ke kantornya yang ada malah mempermalukan dia."
"Kau, 'kan, juga dipermalukan olehnya." Labium yang dihiasi guratan lembut baru saja melucut diksi yang cukup menikam seorang Kwon Hyegi. Apa maksud pria paruh baya di depannya ini? Ya, Hyegi pernah mengadu sedikit jika ia merasa malu karena banyak pasang mata tertuju pada gadis itu ketika hendak keluar dari lingkungan industri sambil menenteng dua tas besar dengan ransel besar pula di punggung. Mirip orang yang diusir.
Entah mengapa rasa ingin menyalahkan Min Yoongi lenyap begitu saja. Ia jadi berpikir lagi siapa yang sepatutnya disalahkan atas waktu itu? Lama-lama gadis itu malah menyalahkan diri sendiri karena memang tak becus dalam bekerja.
"Mabuk berat, ya? Sampai tak mau bangun sama sekali. Atau memang pura-pura tidur saja karena malu?" sindir Kwon Taesung sambil membenarkan handy talkie yang hendak melorot dari ikat pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐈𝐒𝐂𝐇𝐈𝐄𝐕𝐎𝐔𝐒 𝐌𝐑. 𝐌𝐈𝐍
Fanfiction[M] ㅡ 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠. Kwon Hyegi berpikir hidupnya akan tenang-tenang saja selama ia tidak membuat masalah seperti di tempat kerjanya dulu. Namun, ekspetasi berkata lain. Kwon Hyegi tidak sengaja melempar sandal pada seorang pria pucat tepat di kep...