Bagian 6

57 8 2
                                    

»»-- HV --««


Matahari telah tenggelam 2 jam lalu dan Hinata baru saja sampai di rumahnya. Tubuhnya terasa amat lelah setelah menemani kakak tingkatnya, Sugawara Koshi, berkeliling ke toko alat musik selama berjam-jam sampai lupa waktu.

Pemuda bersurai kelabu itu mengatakan jika sebagian alat musiknya di rumah ada yang sudah rusak dan harus ia ganti.

Bahkan Hinata masih menggunakan seragam sekolahnya karena Suga langsung menariknya tepat setelah menginjakkan kaki di gerbang sekolah.

Hinata tidak masalah, hanya saja ia sedikit khawatir dengan Sora, ibunya. Sejak tadi sore, perasaannya tidak karuan. Pikirannya terus tertuju pada wanita kesayangannya. Apalagi ia tidak bisa menghubungi Sora karena baterai ponselku lowbat.

Kepalanya mendongak menghadap langit yang nampak begitu gelap tanpa ada benda angkasa yang biasa terlihat. Sudah pasti akan turun hujan.

Setelah terdiam beberapa saat, Hinata kemudian membuka daun pintu rumahnya yang tidak di kunci. Saat langkahnya menapak lantai didalam rumah, netranya tidak menangkap apapun selain gelap.

Apa Okaasan sedang tidak di rumah? Tapi pintunya tidak terkunci. Aneh sekali. Monolog Hinata dalam hati.

Dengan hati-hati, pemuda orange itu mencari letak saklar guna menyalakan lampu. Jujur saja, Hinata tidak bisa bertahan lama dalam ruangan gelap.

Duakg

Srekk

Hinata meringis tanpa suara, saat tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu entah apa. Bukan hanya itu, kedua telapak tangannya tergores yang Hinata yakini itu adalah pecahan kaca. Padahal ia sangat yakin tidak menjatuhkan apapun.

Segera mungkin pemuda itu menekan saklar yang tidak berada jauh darinya. Saat setelah seluruh ruangan menjadi terang, Hinata sontak terkejut mendapati seisi rumah porak-poranda.

Pecahan guci dan vas bunga ada dimana-mana, tirai jendela sebagian sobek. Meja, sofa dan kursi lainnya sudah tidak berada di tempat sebelumnya.

Apa yang terjadi?

Okaasan...

Mengabaikan rasa perih di kedua tangannya, Hinata berlari kencang menuju kamar Sora. Pintunya sedikit terbuka membuat ia bisa melihat sebagian isi kamar sang ibu. Hinata mendorong pintu tersebut tanpa perasaan.

Setelah melihat apa yang ada didalam kamar Sora sepenuhnya, seluruh tubuhnya menjadi lemas. Kedua kakinya gemetar tak karuan hingga akhirnya luruh begitu saja diatas lantai.

Pemandangan dihadapannya seakan ikut membunuhnya. Dimana tubuh Sora tergantung dengan tali tambang mengalungi lehernya. Rambut yang biasanya lurus terawat, kini terlihat acak-acakan.

Okaasan...

Tiba-tiba suara bariton memasuki rungunya. "Oya, ternyata putra tercintaku sudah pulang dari sekolah, heh"

Tubuh Hinata refleks menegang di tempat. Bola matanya bergetar gelisah, napasnya seolah tertahan di paru-paru membuatnya sesak.

Pemilik suara tersebut berjalan mengitari tubuh Sora yang tergantung. Senyum penuh kepuasan terpatri di kedua sudut bibirnya. Kemudian ia berjongkok dihadapan Hinata, "Hm... Shoyo tidak senang, ya, Otousan pulang?" -tanyanya seraya menarik dagu Hinata dan menekannya kuat.

HIDDEN VOICE || FRIENDSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang