Suasana yang cukup ramai dengam ciri khas musik yang berdentum kencang dan bau alkohol yang menyengat. Disinilah dua orang pengusaha besar sedang merayakan keberhasilannya. Enatah apa yang mereka rayakan yang jelas terlihat gurat bahagia di wajah mereka.
"Mari kita rayakan keberhasilan ini!" seru pria yang lebih muda dari pria yang berada di hadapannya.
"Haruskah kita merayakannya?" tanya pria yang lebih tua dari pria tadi
"Tentu saja. Setidaknya aku terutama kau sudah langkah membuat jiyoung menderita" pria yang lebih muda itu memberikan satu gelas wine kepada pria di hadapannya.
"Kau benar-benar licik" dia menerima wine yang di beri oleh pria muda yang ia anggap seperti adiknya.
"Bukan hanya aku... Tapi kau juga"
"Tapi kau dalangnya" elak pria yang lebih tua
"Ck... Sudahlah mari kita rayakan ini saja"
Ia mengangkat gelas wine itu ke udara. Paham apa yang di lakukan pria yang lebih kuda di hadapannya ini. Ia juga mengangkat gelasnya ke udara sampai gelas mereka bersentuhan di udara.
Chearssss.. 🍻
"Ahh.... Wine di sini benar-benar nikmat" tutur pria muda itu.
Sedangkan pria yang berada di depannya hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu. Pasalnya dulu dia tidak menyukai alkohol dan sejenisnya. Tapi lihatlah sekarang, dia menjadi pecandu alkohol.
"Ya... Hyeong. Kau buang kemana bayo iti?" pria yang lebih muda membuka obrolan serius. Ia menaruh wine itu di meja. Kini tatapannya fokus pada pria yang ia panggil hyeong.
Setelah mendengar pertanyaan itu pria yang lebih tua itu menyandarkan punggungnya ke sofa yang ia duduki.
"Ku taruh dia di jalanan yang jauh dari kota seoul" balas pria itu.
Entah mengapa rasa bersalah selalu muncul saat ia mengingat apa yang telah ia perbuat dua minggu yang lalu.
Perasaan yang di hantui rasa bersalah dan rasa sedih mengingat yang ia buang adalah seorang bayi yang baru beberapa jam di lahirkan.
Tidak ada jalan lain untuk menjatuhkan jiyoung selain dengan cara ini. Bagi jiyoung keluarga adalah kelemahan utamanya. Maka dari itu dengan menculik cucu pertamanya adalah satu-satunya cara untuk melemahkan jiyoung. Dan berharap dengan kejadian ini membuat ayah dua anak itu tidak fokus kepada perusahaannya dan di sanalah pria ini akan menyingkirkan perusahaan kim.
Tapi jauh dari keserakahannya. Ia benar-benar terpaksa dengan semua ini, terlebih melihat jiyoung yang sudah menganggapnya saudara. Ini benar-benar bukan keinginannya, di balik semua ini ada hal-hal yang mengharuskan dan mendorongnya untuk melakukan ini.
Dari tadi pria muda yang melihat raut sedih dari pria yang lebih tua darinya yang ia anggap hyeongnya ini. Ia berusaha menenangkan dan meyakinkan hyeoungnya untuk tetap tenang dan membuang semua rasa bersalahnya itu. Bagi dia ini adalah jalan yang benar dan hyeongnya itu tidak perlu merasa bersalah.
"Sudahlah hyeong. Jangan merasa sedih. Ini demi harga dirimu. Kau tidak ingin kan, di banding-bandingkan dengan dengan si jiyoung terus?" dia hanya menganggukan kepalanya sebgai jawaban.
"Kau punya harha diri hyeong! Jangan sampai mereka menginjak-injak harha dirimu" ucap pria yang lebih muda darinya, ia memukul pelan pundak hyeongnya. Mencoba menenangkannya.
"Thankyou" ucap seorngyang di panggil hyeong itu.
Pria muda yang mendegar ucapan itu, hanya membalas dengan anggukan dan senyum tipisnya. Tanpa hyeongnya tau setelah senyum tipis pria yang lebih muda itu mengeluarkan senyum smirknya. Entahlah ada maksud tertentu dari senyum itu.