A Delusion (Lee Jungkook)

14 5 0
                                    

Sudah dua tahun Lee Jungkook melajang. Tidak punya kekasih, tidak tertarik berhubungan dengan siapapun. Bukan, bukan karena dia gay atau semacamnya. Bukan juga karena ia tak rupawan, namun ia menunggu si jelita kesayangannya melihat ke arahnya. Bae Yumi.

Nama yang Lee Jungkook selalu sebutkan di dalam doa ketika ia beribadah. Bisa di katakan jika Bae Yumi adalah alasan Lee Jungkook rajin beribadah setiap minggunya. Nama yang juga selalu mengganggu pikiran Jungkook selama kurang lebih dua tahun ini. Pria itu mengagumi Bae Yumi lebih dari ia mengagumi malaikat baik diluar sana—jika ada.

Namun, sudah tiga hari ini Jungkook tidak bertemu sang tercinta.

Biasanya Yumi selalu datang pukul tiga tepat, duduk di taman universitasnya, berbagi cerita, berkeluh kesah berdua dengan Lee Jungkook.

Apa Yumi sakit? Batin pria itu, tersirat kekhawatiran disana.

Jungkook berinisiatif untuk menjenguk Yumi ke rumahnya kendati ia tahu bahwa Yumi tidak pernah membawanya masuk ke dalam rumah sang gadis. Pasti jika Jungkook berkunjung hanya akan di suruh untuk duduk di teras. Tidak tahu seluk beluk keluarga Yumi lebih jauh, hanya tahu jika orangtua Bae Yumi seorang pegawai biasa, dan Yumi anak tunggal. Seperti itu katanya, selebihnya Lee Jungkook tidak tahu lagi.

"Baik. Sampai disini pertemuan kita, jangan lupa tugas esai kalian di kumpulkan satu minggu dari sekarang." Dosen Kim lalu pergi meninggalkan kelas bersamaan dengan helaan napas para murid.

"Hey Jung, mau mengerjakan esai sekarang? Menyebalkan ketika kita harus mengerjakan dua ratus lembar esai dalam waktu satu minggu. Ingin kutinju kepala plontos milik Dosen Kim!" Lee Jungkook membereskan mejanya, lalu tertawa menimpali ocehan temannya itu.

"Memang menyebalkan, namun ia tetaplah ayahmu, Taehyung...," Jungkook memasukkan buku terakhirnya, lalu beranjak berdiri.

"Tapi maaf Tae, aku harus ke rumah Yumi sebelum petang."

Jungkook sampai di rumah Yumi lima belas menit kemudian. Menepikan motornya disamping bak sampah kecil, melepaskan helmetnya, lalu berjalan, tangannya mengepal guna mengetuk pintu rumah si cantik.

Terdengar suara parau dari dalam,
"Sebentar!" katanya. Tak berapa lama kemudian pintu terbuka, memunculkan Bae Yumi dengan wajah pucat, hidung, dan mata yang berair serta memerah. Sontak Jungkook berseru khawatir,

"Hey, ada apa denganmu, Yumi? Hidungmu merah sekali," Jungkook menyentuh pelan wajah Yumi, mengusapnya dengan penuh kehati-hatian.

Bae Yumi kemudian memegang tangan Jungkook yang ada di pipinya, mengusapnya demikian. "Hanya flu, Jung. Tidak usah berlebihan, sudah minum obat juga barusan," Jungkook alih menatap Yumi dengan tatapan meneliti, sedikit ragu.

"Aku bersumpah, Lee jungkook! Kau selalu berlebihan seperti itu ketika aku sakit."

"Bagaimana tidak? Wajahmu selalu mengkhawatirkan ketika sakit, sekalipun kau hanya terserang flu."

Yumi tertawa dengan suara sengau. Hidungnya jelas tersumbat.

"Tidak apa apa," Jungkook mengangguk, mendesah sedikit lega mendengar validasi meyakinkan dari Yumi. Kemudian menuntun sang gadis untuk duduk di kursi pelataran. Sudah biasa bukan?

"Ah, aku membawa kue kacang kesukaanmu. Kau makan nanti saja setelah aku pulang," Pria itu menyimpan barang bawaannya di meja bundar. "Lagipula aku tidak akan lama disini, jadi kau bisa cepat memakan pacarmu itu." Oh Lee Jungkook sedang mengejek Yumi rupanya.

Gadis itu berdecih kesal, lalu menyambar kue di atas meja, menelitinya dengan memutar mutar keresek bening, memastikan bahwa benar itu kue kacang favoritnya. Bingo! Itu benar-benar kue kacang kesukaannya.

Memorable (One Shot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang