Barra mengancingkan lengan kemeja batik yang ia kenakan. Merapihkan sedikit kemeja tersebut yang sudah terpasang pas di tubuhnya. Kemudian menyisir rambut agar lebih rapih. Tak lupa juga ia menyemprotkan parfum ke beberapa titik di tubuhnya. Setelahnya, pria itu memasang jam di pergelangan tangan. Begitu selesai baru lah ia menyambar dompet, ponsel dan kunci mobil sebelum akhirnya berjalan keluar kamar.
Pria itu mengambil sepatu dan kaus kaki lalu memilih duduk di sofa. Ia melirik jam tangan yang menunjukkan pukul delapan pagi kurang sepuluh menit. Weekend ini, ia bersama Manda memang akan menghadiri acara pernikahan Susan—sepupu istrinya. Akad nikah diadakan jam sembilan nanti tetapi ia memang sengaja mengajak Manda untuk berangkat satu jam sebelumnya. Lalu lintas mungkin memang tidak macet separah saat weekday tetapi jarak tempat acaranya cukup jauh dari apartemen mereka.
Begitu selesai, Barra langsung meninggalkan unitnya dan menuju unit Manda. Setiap kali mereka harus pergi bersama, memang dirinya yang selesai lebih dulu dan sudah pasti ia yang akan menunggu. Terkadang ia merasa seperti dua anak kecil yang harus menjemput temannya jika ingin main bersama. Padahal nyatanya mereka suami istri. Namun, langkahnya terhenti dan terbersit untuk menghubungi istrinya tanpa harus menuju unit gadis itu. Ia pun mengeluarkan ponsel dan mencari kontak Manda.
"Udah selesai?" Tanyanya to the point, tanpa harus menyapa lebih dulu.
"Sepuluh menit lagi."
"Ditunggu di mobil."
Tanpa harus menunggu jawaban dari Manda, pria itu langsung mematikan sambungan telepon lalu menuju lift. Benar saja dugaannya jika Manda pasti belum selesai bersiap. Gadis itu akan selalu membutuhkan waktu lama untuk bersiap-siap. Bahkan bukan hanya untuk ke acara pernikahan seperti ini saja, untuk pergi berbelanja bulanan ke supermarket pun begitu. Entah apa saja yang dilakukannya. Padahal menurut Barra, tanpa harus memoles banyak make up di wajahnya, ia tetap terlihat cantik.
Karena pada dasarnya perempuan memang cantik, kan.
Begitu lift tiba di lantai basement, Barra langsung menuju mobil. Dibandingkan menunggu di unit Manda, ia lebih memilih menunggu di mobil. Jika bukan karena ada hal penting, ia memang tidak pernah memasuki unit istrinya. Terlalu menyesakkan mendapati kenyataan ia berada di unit istrinya sendiri. Sementara mereka masih berstatus suami istri. Manda masih sah menjadi istrinya tetapi mereka tinggal terpisah.
Barra meletakkan ponsel begitu memeriksa beberapa notifikasi yang masuk. Ia menyandarkan kepala ke bantalan kursi seraya menghembuskan nafas melalui mulut. Acara keluarga, suatu hal yang ingin sekali ia hindari. Selalu berakting, berpura-pura menjadi pasangan yang bahagia di hadapan para keluarga bukan lah suatu hal yang mudah. Dan pastinya sangat melelahkan. Namun, sayangnya sulit sekali menghindari sebuah acara keluarga. Kedua orang tuanya selalu saja memaksanya untuk datang. Dan yang membuat Barra kesal, entah keluarganya atau pun keluarga Manda senang sekali mengadakan acara kumpul bersama.
Kepala Barra menoleh saat dari ekor mata ia melihat seseorang yang berjalan menuju mobilnya. Seorang perempuan dengan balutan kebaya modern berwarna maroon, rok lilit berwarna krem yang terlihat begitu pas di tubuhnya. Rambutnya ditata sederhana yang mampu membuatnya terlihat begitu cantik. Wajahnya terlihat natural seperti tanpa make up tetapi kecantikan terpancar dari wajahnya. Barra nyaris tak berkedip melihat Manda—istrinya sendiri.
Gadis itu terlihat berjalan terburu-buru meskipun ia harus tetap berhati-hati karena rok lilit dan heels yang ia gunakan. Ia membuka pintu penumpang bagian depan lalu duduk di kursi. Kepalanya menoleh mendapati Barra yang masih belum melepas pandangannya. Begitu Manda balas menatapnya, ia langsung mengalihkan tatapan. Penampilan Manda hari ini benar-benar membuatnya sulit mengalihkan tatapan. Ia terlihat begitu cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [Completed]
ChickLitDewangga Barra; dokter gigi. Putra sulung dari keluarga Budiatma. Memiliki tubuh tinggi, bola mata kecoklatan, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas dengan brewok tipis. Senyumnya manis yang mampu memikat banyak perempuan. Amanda Ayudita; pegawai...