Setiap sore, mungkin ini bisa di bilang sebagai rutinitas seorang Senja. Tepat pukul lima Senja akan pergi ke balkon kamarnya, menyandar pada pagar pembatas untuk menikmati langit jingga serta sorot hangat dari sang surya.
Bukan. Senja bukanlah seorang anak indie apalagi tengah kesurupan anak indie. Ini hanya kebiasaannya, itu saja.
Dan hari ini Senja kembali membuka pintu pembatas balkon dan kamarnya, seketika suasana remang dalam ruangan luas itu terang berkat sinar matahari yang masuk.
Senja duduk di teras menikmati suasana sorenya di hari libur sekolah. Ini minggu akhir, dan esok sudah kembali senin. Namun mengapa sangat menyenangkan? Batinnya bingung dan bertanya-tanya.
Mata yang kini menatap hamparan rumah-rumah, pepohonan, dan jalanan yang terlihat dari kamarnya yang memang ada di lantai dua itu kemudian beralih pada seseorang yang baru saja keluar dari balik pintu ruangan di sampingnya. Itu Fajar.
"Ngapain lo?"
"Ngeliatin senja."
"Ngapain ngeliatin gue?"
Fajar menoleh dengan kerutan di dahinya, "Ja, mau gue kasih tau sesuatu?"
"Apa?"
"Kalau mau pelihara tuh pelihara yang berfaedah seperti ayam, bebek, dan teman-temannya, jangan malah pelihara kebodohan!"
"Maksud lo?!"
"Lo. Bodoh."
"Bab- FAJAR LO NGAPAIN ANJING?" jeritnya kala Fajar mengeluarkan sebatang lintingan tembakau yang kemudian diselipkan di antara dua bibirnya.
"Ssstt...!" Fajar kembali melepas lintingan tembakau dari bibirnya. Meletakkan telunjuk di depan bibir, memberi kode agar Senja diam. "Berisik Ja, jangan teriak-teriak mulu. Kepala gue lagi pusing!" sambungnya lalu kembali menjepit rokok tersebut di antara dua bilah bibirnya.
"Sinting lo, ya? Sejak kapan lo ngerokok?!"
Fajar mengetuk-ngetuk telunjuknya di depan dagu, seakan mengingat-ingat kapan pertama kali ia menghisap lintingan berbahaya tersebut. "Sejak ... tadi siang, mungkin?"
Senja berdecak kemudian melompati teras balkon untuk sampai di balkon kamar sang kakak, jaraknya tidak jauh namun cukup membuat mata Fajar membulat dan terkesiap.
"Lo bodoh, hah?! Kalau jatuh gimana? Mau tuh kaki nggak bisa dipake buat futsal lagi?!" omelnya.
"Lo juga bodoh. Ngapain ngerokok? Mau mati muda-muda?!"
"Ya nggak lah, mimpi gue belum terwujud."
"Sejak kapan?"
"Apa sih, Ja?"
"Sejak kapan lo ngerokok lagi? Kalau Bunda tau gimana, hah?!"
"Awal kelas dua belas."
Senja menepuk dahinya tak habis pikir. Namun ia semakin bingung ketika lintingan yang masih menyisakan setengah itu di buang oleh Fajar setelah mematikan ujungnya yang terbakar.
"Kenapa di matiin? Habisin aja tadi mah, terus begitu sampe paru-paru lo makin rusak!" omel Senja sambil mengalihkan tatapannya ke arah lain.
Senja tidak suka Fajar seperti itu. Senja tidak suka ketika tahu kakaknya merokok. Sebab Senja tahu, Fajar memiliki masalah kesehatan pada paru-parunya. Dan merokok hanya akan membuat Fajar semakin menyiksa si paru-paru.
Fajar di vonis memiliki penyakit asma sejak ia naik ke kelas tiga SD. Maka dari itu Sonia dan Senja sangat menjaga kesehatan pemuda tersebut, terutama pada saluran pernafasannya. Tapi apa yang sekarang Senja lihat? Fajar dengan seenak jidat merokok dan bilang bahwa ia mulai mengkonsumsi lintingan tembakau itu sejak awal kelas dua belas. Itu artinya kurang lebih sudah enam bulan ia merokok.
Senja kesal dengan Fajar, tapi ia lebih kesal pada dirinya sendiri. Dari mana saja ia hingga tidak tahu bahwa sang kakak sudah nakal seperti itu lagi.
"Kalau paru-paru gue yang rusak nggak apa-apa, kan emang udah dari dulu. Tapi asal jangan paru-paru lo. Paru-paru lo masih sehat, jadi harus gue jagain." Fajar menyahut dengan santai menatap sang adik sambil tersenyum kecil.
Senja menghela nafas, lantas membalas tatapan sang kakak. "Sini rokoknya!" perintah Senja sambil mengulurkan tangan.
Tanpa banyak bicara Fajar menyerahkan bungkus rokoknya ke tangan Senja. Rokok tersebut Senja masukkan ke saku celana yang ia pakai, lalu kembali menatap Fajar.
"Satu tangan lo sini!"
Tanpa mau berdebat Fajar kembali menurut mengulurkan tangannya. Senja mendekat, lalu ikut mengulurkan tangan, meraih jemari sang kakak untuk menautkan kedua kelingking mereka.
"Lo harus janji sama gue!" tuntut Senja menatap lurus manik Fajar usai berhasil menautkan kelingking mereka.
"Janji apa?"
"Janji nggak akan ngerokok lagi, selamanya."
"Iya janji."
"Bilang dulu!" omel si manis sambil mendelik galak.
Fajar menghela nafas malas, "Tepat sore hari ini, gue janji sama lo buat nggak ngerokok lagi."
"Selamanya?"
"Selamanya."
Senja tersenyum penuh kemenangan lalu melepaskan tautan mereka. "Lo udah janji, jadi nggak boleh di langgar! Dan rokok ini bakal gue buang biar Bunda gak tau."
Fajar menggangguk pasrah sebagai jawaban lalu berjalan masuk ke kamarnya sebelum berujar sesuatu yang membuat Senja serasa terhipnotis hingga kepalanya mengangguk tanpa permisi lebih dulu.
"Masuk lo, udah mau malem. Udara makin dingin, entar masuk angin!"
Lantas lelaki jangkung pujaan banyak orang di sekolah mereka menghilang di balik pintu balkon kamar miliknya.
- t b c -
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] To My Star | HeeJay
Fanfiction"Terlalu digenggam, hingga keduanya berakhir terjerumus dalam lingkaran yang paling berbahaya." ---- Warning! ⚠ • Boyslove. • Bromance. • HeeJay area. Homophobic jangan salah alamat. Start : 03 Juni 2022 End : 26 Juli 2022