🌻🌻
Kringg!
Bel istirahat berbunyi. Semua murid pergi menuju kantin. Tak terkecuali dengan Khanara dan Jihan.
Kini mereka berjalan berdampingan dengan Khanara yang terus menggenggam lengan Jihan layaknya seorang pacar.
"Lo mau makan apaan?" Tanyanya. Jihan menggeleng seraya menyilangkan kedua tangannya.
"Ck! buruan lo mau makan apa? Gue yang bayar" Lagi-lagi Jihan menggeleng. Hal itu membuat Khanara makin kesal kesal.
Ia lalu pergi meninggalkan Jihan untuk memesan makanan. Ia tak tahu apa yang di sukai Jihan, oleh sebab itu ia memesan menu yang sama untuknya dan Jihan.
"Nih makan" Ucapnya. Meletakan semangkuk bakso dan segelas es teh manis di hadapan Jihan.
"Kayaknya lo lebih milih di bully dari pada makan bakso ya?" Jihan lagi-lagi menggeleng. Dengan segera ia memakan bakso miliknyaーdari Khanara.
Jihan spontan mengeluarkan bakso dari mulutnya ketika merasakan perih bercampur panas di mulutnya. Ia tak sadar jika baksonya masih sangat panas.
"Pelan-pelan makanya, nih, minum dulu" Ucap Khanara. Memberikan es teh manis itu untuk meredakan rasa yang menjalar di lidah Jihan.
Drrtt Drrtt
Getaran dari sakunya berhasil mengalihkan perhatiannya. Ia mengambil benda tipis itu dari saku dan melihat siapa yang menelepon.
"Kakak?" Gumam Khanara. Tumben sekali kakaknya menghubungi dirinya, apalagi ini masih jam sekolah.
"H-Hallo?" Suara lirih dari sebrang sana membuat Khanara mengerutkan keningnya bingung.
"Kak? Lo gapapa kan?" Tanyanya.
"Lo bisa pulang sekarang gak? Ada yang gue mau sampein ke lo" Ucap Karina. Suaranya terdengar sangat lemah.
"Han, gue balik ya" Khanara pergi meninggalkan Jihan, yang ingin bertanya. Namun Khanara sudah lebih dulu meninggalkannya.
🌻🌻
Tokk! Tokk! Tokk!
"Kak ini gue! Buka pintunya!" Khanara terus mengetuk pintu rumahnya yang terkunci.
Sadar tak ada sautan sama sekali dari dalam. Ia bersiap-siap untuk mendobrak pintu rumahnya.
Dughh
Pintu rumahnya terbuka hanya dengan sekali tentangan. Khanara lalu berlari menuju kamar kakaknya. Tak biasanya kakaknya seperti ini.
"KA KARIN!" Ia berteriak. Kakaknya tak ada di dalam kamarnya. Ia terus berlari menyusuri rumahnya. Namu nihil, kakaknya tak ada dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
General FictionKatanya, cinta itu seperti bunga mawar. Indah namun juga menusuk, namun mengapa kenyataannya berbeda? Cinta yang ini sama sekali tidak indah apalagi menusuk, hanya saja... Cinta kali ini seperti berada di labirin dengan luas dua hektar, sangat meny...