8

264 37 5
                                    

"Mau bagaimana lagi..."





Sepanjang hidup, baru kali ini Jeno merasakan jika nyawa memang salah satu hal paling berharga dalam hidupnya karena sejak dibawa pergi ia selalu merasa bahaya mengintai dari segala sisi penjuru. Dan salah satunya saat ia menaiki layang-layang yang menggunakan pikiran untuk mengendalikannya, sial sekali saat ia mendapat senjata dan kendaraan yang mengharuskan otak untuk mengendalikannya.

Sama sekali bukan tipe Jeno.

Setelah mengambil nafas dalam-dalam, Jeno meletakkan layang-layang yang otomatis melayang sekitar 15 cm lalu Jeno menaikinya. Dalam sekejap layang-layang itu berubah menjadi semi transparan, Jeno mulai fokus menerbangkan layang-layang itu meski kecepatannya tak secepat milik para guardian karena belum terbiasa, setidaknya Jeno cukup cepat beradaptasi.

Layang-layang itu melayang lebih tinggi hingga sekitar dua meter dari kapal lalu menukik cukup tajam hingga hampir menyapa permukaan laut dan terbang lebih tinggi hingga enam meter. Terus melaju hingga dapat menyusul Lucas yang sengaja melambatkan layang-layangnya agar dapat menjaga serigala itu bila ada kendala dengan layang-layang miliknya.

Meski kecepatan layang-layang Jeno cukup lambat, tapi masih cukup mampu untuk melawan angin yang cukup kencang. Dari jaraknya yang mulai dekat, pertarungan itu dapat dilihat cukup jelas daripada melihatnya dari kapal. Cukup ngeri melihat petir terus menyambar disertai lima topan yang terus memutari pulau tengkorak, seolah topan-topan itu menjadi tameng yang terus bergerak.

Jeno mengeluarkan sepasang kerambit dan memutarnya selama beberapa detik sebelum menggenggamnya dengan erat, bersiap-siap untuk menerima aba-aba sebelum menyerang. Semakin dekat jaraknya dengan lokasi pertempuran, semakin membuat Jeno menahan nafasnya, ia bahkan sampai kagum pada para guardian yang bahkan tak tegang seolah pertarungan ini bukanlah hal yang menyulitkan mereka.

"Wow... Pulau itu benar-benar bangun, kita harus segera menenggelamkannya," celetuk San yang berhasil menyusul Mark.

"Pastinya, jangan sampai naga ini juga kalah, kita akan kesulitan nantinya," kata Mark cukup gugup.

Minji manuver beberapa kali untuk menghindari angin kencang yang bisa membuatnya jatuh. "Dan jangan lupa kita harus menyelamatkan penjaga samudra, dia berada di kedalaman 3000 meter dan detak jantungnya semakin lemah setiap menit," ucap Minji mengingatkan anggotanya.

"Apa kita bisa menyelam sedalam itu? Aku bahkan ragu dikedalaman 200 meter nafasku bisa bertahan!" tanya San yang ragu untuk menyelam.

Sang kapten guardian diam memperhatikan laut yang berwarna merah darah. "Siyeon, bisakah kau memerangkap udara dalam waktu cukup lama dan membawa penjaga ke permukaan?"

"Akan butuh waktu cukup lama untuk mengumpulkan udara untuk diriku hingga sedalam itu, tapi aku bisa melakukannya," jawab Siyeon yang menyanggupi perintah Minji.

Jeno membungkuk kala sebuah petir hampir saja menyambar dirinya dan terbang lebih cepat hingga ia tiba di belakang para guardian yang berkumpul di satu titik, dan melakukan komunikasi lewat mind link dengan muka serius.

Tampak Minji cukup puas dengan jawaban Siyeon, lalu bertanya, "Bagus. Jeno kau tahu sesuatu tentang pulau itu, bukan?"

The Shadow King's Precious Gem || JaemJen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang