Bab 2- Awal Dari Sebuah Bencana

6 1 0
                                    


Seorang wanita tengah menari di perempatan jalan. Tidak adanya pesta atau musik yang mengiringi tarian tersebut. Betapa asiknya jika dilihat dari wajahnya yang cantik dan berseri sembari menikmati tariannya. Wanita itu mengenakan daster berwarna merah dengan menggunakan sepatu hak tinggi berwarna putih, bagaikan sang putri cinderella sedang menari dengan gembira di perempatan jalan kota. Orang itu adalah Troffea, orang yang ditemui Ronald kemarin. Seorang wanita cantik kini tengah menari sendirian di tengah kota, namun orang orang yang berlalu lalang tak menghiraukan tersebut, dan menganggap Troffea sedang menampilkan tariannya hanya karena iseng. Namun 30 puluh menit telah berlalu dan kini Troffea masih saja menari. Wanita yang terlihat gembira dan ceria tadi, kini terlihat lelah dan mulai berkeringat. Keringatnya menetes berjatuhan dan membuat daster yang dikenakannya menjadi warna merah pekat karna basah. Meski begitu, Troffea tetap saja menari. Tariannya yang sudah terlihat menawan sejak awal kini menari berantakan tidak beraturan. Troffea hanya bergerak secara acak bagaikan seseorang yang kini tengah dirasuki oleh mahluk ghaib.

4 jam sudah berlalu, namun troffea masih saja menari. Orang-orang yang tadinya cuek, kini mulai khawatir dengan kondisi Troffea. Para warga mulai meneriaki Troffea dengan lantang untuk menyuruhnya berhenti menari. Bukannya mendengar teriakan warga, Troffea semakin menjadi jadi dalam tariannya. Mata Troffea terpejam rapat menandakan menahan rasa sakit di kakinya yang tak henti hentinya menari. Warga yang sudah cemas akan keadaan Troffea segera memanggil suami Troffea untuk menyuruh Troffea berhenti. Namun sebelum suami nya sampai di tempat kejadian, Troffea yang sudah hampir menari selama kurang lebih 5 jam tanpa henti akhirnya ia terjatuh pingsan tak berdaya. Warga yang melihat hal itu bergegas menggotong Troffea dan mengantarnya pulang.

Panas matahari yang menyengat hingga menembus atmosfer menuju Strasbourg di musim panas ini membuat sebuah kejadian aneh sejak pagi tadi. Dimana seorang wanita yang menari tanpa henti ini sudah menjadi rumor yang telah beredar luas di seluruh kota. Banyak gosip berdatangan dari mulut ke mulut. Troffea yang pingsan setelah menari selama kurang lebih 5 jam, saat ini masih belum sadarkan diri. Suaminya yang berada diluar sedang berbicara dengan salah satu seseorang yang ikut membawa istrinya pulang.

" bagaimana bisa istri saya menjadi seperti itu?" tanya sang suami dengan penuh rasa kekhawatiran

" setau saya istri bapak hanya menari di perempatan kota dan tiba tiba beliau pingsan saat dia sedang menari" jelasnya

" bagaimana bisa istri saya bisa pingsan hanya karna dia sedang menari?" nadanya naik setengah oktaf karna tidak mendapat informasi yang jelas

" istri bapak sudah menari sejak pagi tadi pak, dia menari tanpa henti sampai dia pingsan" jawab dari pria lain yang kebetulan dia juga yang membawa Troffea

" kenapa kalian tidak menyuruh istri saya untuk berhenti!?" emosi sang suami

Tak ada jawaban yang keluar dari mereka menandakan mereka tidak tau akan apa yang telah terjadi dan tak berani mengambil tindakan atas kejadian tersebut. Di tengah kekhawatiran sang suami, tiba tiba pintu terbuka. Sang suami yang melihat istrinya sudah siuman ini langsung menghampiri istrinya. Tapi sebelum sampai ke pelukan istrinya, Troffea mulai bertingkah aneh, tiba-tiba saja ia mulai menari kembali sembari berjalan keluar rumah menuju perempatan jalan. Tempat dimana Troffea mulai menari sejak pagi. Suaminya yang bingung akan tingkah istrinya ini langsung mengejar Troffea bersama orang yang menggotong istrinya tadi. Tapi ketika istrinya sudah sampai di perempatan jalan, apa yang dilihat sang suami adalah semua orang sudah mulai ikut menari bersama Troffea di tengah perempatan jalan. Ada sekitar 20 orang yang kini ikut menari dengan gerakan dan irama yang sama seperti tarian Troffea. Orang orang disana yang melihat banyaknya orang menari berpikir bahwa mereka akan menyambut festival yang akan segera datang pada akhir pekan minggu depan.

***

Ronald kini sedang berjalan pulang menuju penginapan setelah sebelumnya ia pergi dari pusat kota Strasbourg. Berjalan pulang sembari membeli beberapa makanan di sepanjang jalan, karena perutnya sudah lapar sedari pagi tadi tidak dapat menahan diri setelah melihat begitu banyak nya stand makanan di sepanjang jalan pulangnya. Hingga akhirnya dia membeli beberapa makanan sehingga kini tangannya penuh dengan tas belanjanya. Sebelum sampai ke penginapannya, matanya tertuju kepada sekumpulan orang yang kini sedang menari di tengah perempatan jalan tanpa adanya iringan musik yang mengiringinya. Penasaran akan apa yang dilihatnya, Ronald pun bertanya kepada orang disebelahnya.

" permisi pak, itu ada apa ya? Kok banyak orang nari disana tanpa adanya musik?" tanya Ronald Penasaran sembari meletakkan belanjaan nya dan mengambil sosis bakar lalu melahapnya.

" saya tidak tahu pak, mereka sudah sedari tadi menari seperti itu"

Namun sebelum Ronald kembali bertanya, bapak itu tiba-tiba saja menari mengikuti para warga yang sudah menari di tengah perempatan jalan tersebut. Mulutnya yang kini sedang mengunyah makanan merasakan adanya keanehan yang terjadi pada situasi tersebut. Ronald manajamkan tatapannya sehingga ia dapat melihat seseorang yang tak asing baginya. Ternyata benar, orang yang di maksud Ronald adalah Troffea, orang yang ditemuinya di kios roti kemarin kini tengah ikut menari di antara kerumunan itu. Memerhatikan dengan seksama, Ronald terkejut bahwasanya ia melihat Troffea sudah merasa sangat kesakitan akan tariannya sendiri. Troffea yang melanjutkan tariannya kembali setelah siuman dari pingsannya ini sudah menari lagi selama 4 jam penuh. Rasa letih dan sakit dirasakan oleh Troffea, kakinya yang tampak cerah dan berseri sudah tampak merah dan sepatu yang dikenakannya sudah berwarna merah pekat dan darah mengalir keluar dari sepatu hak tingginya itu.

Tidak hanya Troffea saja yang mengalami hal itu, tapi warga lain juga. Beberapa dari mereka sudah ada yang tergeletak pingsan dan beberapa dari mereka meringis menahan rasa sakit di kakinya, selain itu ada dari mereka yang berteriak memuja nama seseorang. Para warga disekitar segera menyuruh orang orang disana itu untuk berhenti menari. Tapi orang yang sedang menari itu tidak mendengarkan mereka seolah olah telinga mereka di tutup oleh tangan dengan begitu kuatnya sehingga mereka tak mendengar para nasihat warga. Tidak bisa menghentikan tarian massal itu membuat warga memilih untuk mengangkat orang yang sudah tergeletak pingsan dan membawanya ke rumah sehat. Ronald yang sudah habis dengan makanannya itu bingung dan merasa aneh akan situasi yang terjadi tersebut, sehingga Ronald menghiraukan hal itu dan berharap para warga dapat menyelesaikan kejadian tersebut. Ronald pergi dari kejadian itu dan memilih kembali ke penginapannya untuk beristirahat, setelah kejadian yang dilihatnya sekembalinya dari pusat kota Strasbourg membuatnya kelelahan dan tertidur pulas di kamar penginapannya.

(Rumah sehat itu kayak rumah sakit, tapi ini abad 15 ) 

The Dancing PlagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang