" Aaaaaaa!!! Forn yang agung. Berkati kami semua, kami adalah pengikut setia mu. Kami akan memberikan segala nya untuk Forn yang agung" teriak seseorang bapak tua yang kini tengah menari di tengah jalan.
" Forn yang agung, kami menari memuja Forn yang agung. Maka dari itu berkati kami Forn yang agung.
" Tuan Forn yang agung dan suci, tarian ini kami persembahkan kepada anda tuan Forn yang agung"
Sahutan demi sahutan terdengar, teriakan yang menyiksa dan pemujaan tanpa henti terus dikumandangkan. Suara tangisan dan rintihan yang amat menyeramkan terdengar di seluruh penjuru kota Strasbourg. Ronald yang terbangun oleh bisingnya suara di kota tersebut kemudian membuka jendela dan mendesah kesal. Namun yang dilihatnya bukanlah suasana pagi yang cerah nan sejuk, melainkan darah dan mayat yang terbujur lemas tergeletak di sepanjang jalan penginapan. Hampir 200 orang sudah menari sejak kemarin malam hingga saat ini di seluruh kota Strasbourg.
Ronald bertanya-tanya dalam benaknya tentang apa yang terjadi pada kota ini. Mengapa mereka semua menari? Mengapa mereka menari tanpa henti? Mengapa semua orang menyebut tuan Forn yang agung? Siapa dia? Pertanyaan yang bertubi-tubi itu mengisi seluruh pikiran Ronald. Sehingga hal ini membuat Ronald pergi menuju pusat kota Strasbourg untuk mengunjungi walikota dan berbicara mengenai masalah wabah menari ini.
Sepanjang perjalanan, Ronald melihat banyak sekali orang yang menari tanpa henti. Dari yang menari diatas pohon, diatas rumah, bahkan ada dari mereka menari berpasangan dan juga membuat sebuah kelompok dan menari dengan riang gembira. Tanpa sadar hal itu dapat membunuh mereka secara perlahan. Ronald meludah kesal, menyesal telah datang ke kota ini.
Sampai pada pusat kota, Ronald sekali lagi melihat puluhan orang menari tak karuan dan beberapa mayat dan orang tak sadarkan diri tergeletak dimana-mana. Melihat ketidak warasan itu, Ronald bergegas menuju balai kota untuk menemui walikota.
" Permisi pak walikota, kondisi diluar sana sangatlah kacau. Banyak orang menari dan beberapa dari mereka tak sadarkan diri serta banyaknya mayat yang sudah berserakan di mana-mana pak." Ucap Ronald melaporkan kondisi diluar sana.
" saya sudah tau akan kabar itu. Saya saat ini sedang mencari solusi dan jalan keluar dari permasalahan ini" ucap Walikota selagi ia memegang dahinya karna sudah pusing akan situasi ini.
Seseorang masuk dari pintu kantor sambil tergesa-gesa. Keringat membasahi tubuh pria kekar itu. Dengan panik ia menceritakan kondisi yang sangat mencekam di luar balai kota. Walikota yang sudah bingung akan kejadian aneh yang terjadi pada kota tercintanya memberikan sebuah solusi bisa dibilang bukan jalan keluar dari permasalahan ini. Yaitu dengan menyewa musisi dan beberapa penari untuk menemani para warga yang kini tengah menari di sepanjang kota. Bukannya meminimalisir para warga yang menari, tetapi membuat jumlah orang yang ikut menari semakin banyak. Sehingga hampir setengah populasi warga kota Starsbourg ikut menari tanpa henti. sehingga kejadian ini dikenal dengan The Dancing Plague.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dancing Plague
Ficção HistóricaDiambil dari kisah nyata. Strasbourg, kota kecil padat penduduk yang damai harus mengalami serangan wabah misterius yang membuat warga yang terjangkit terus menari sembari mereka menyebut nama seseorang tanpa henti hingga kehilangan nyawa. Roland...