Bagi Yatha, jika di ibaratkan sesuatu, maka Hanna Zephyra adalah boneka. Bagi orang-orang Hanna mungkin hanya antagonis keji tanpa hati, namun bagi Yatha, Hanna itu lebih seperti boneka hidup tanpa ekspresi.
Hanna itu boneka. Tidak masalah seberapa buruk hidupnya dan sebanyak apapun lukanya, Hanna hanya akan bertindak seolah tidak terjadi apa-apa, lalu membiarkan dirinya sembuh sendiri. Itu karena ... Hanna itu boneka, dan boneka tidak bisa merasakan sakit, juga memang tidak mampu merasakannya.
Jadi ... sesakit apapun Hanna, gadis itu akan selalu sembuh. Itu karna Hanna adalah boneka.
Namun yang menjadi beban pikiran Yatha adalah ... Hanna-nya berubah.
Apa yang terjadi?
Gadis berambut pendek itu jelas Hanna, namun dalam waktu bersamaan gadis itu juga bukan Hanna. Yatha jelas mengenal Hanna lebih dari apapun.
Hanna adalah boneka---bonekanya tidak pernah merasa terganggu dengan apapun. Seberapa banyak pun usaha yang Yatha keluarkan untuk melihat Hanna yang 'manusiawi', tidak akan ada yang terjadi.
Hanna itu tidak pernah marah, meskipun dengan wajah datarnya gadis itu bisa membuat orang ketakutan setengah mati.
Hanna itu tidak pernah menangis, meskipun seringkali Yatha melihat gadis itu akan berniat meloncat dari Rooftop sekolah.
Hanna itu tidak pernah tertawa dan tersenyum, meskipun gadis itu berada disamping dan bersama tunangannya Shaka.
Hanna itu bukan manusia.
Tapi, apa-apaan ini?
Yatha menggigit pipi bagian dalamnya, nyaris tidak bisa menahan gejolak euphoria yang ia rasakan. Melihat Hanna yang tergeletak dilantai UKS dengan ekspresi kesakitan yang tidak pernah gadis itu tunjukkan, membuat sudut bibir Yatha tidak bisa tertahan untuk tidak terangkat.
Drama murahan ini, kalau tahu dengan cara begini Hannanya bisa jadi 'manusia', Yatha pasti sudah melakukannya dari dulu.
Apalagi saat Melihat Hanna yang meringkuk kesakitan memegangi perutnya, Yatha bahkan tidak ingin bersusah payah menyembunyikan senyumannya yang semakin lebar.
Jika saja Yatha tidak berinisiatif keluar dari UKS segera mungkin, cowok bergingsul itu kemungkinan tidak akan segan-segan untuk menyemburkan tawanya saat itu juga.
Namun untuk satu dua alasan, Yatha lebih memilih ke toilet dan berdiam diri disana.
Menatap bayangannya di cermin besar yang tersedia, Yatha mengusap wajahnya sedikit gusar. Wajah cowok itu agak memerah, Yatha bahkan sempat berpikir akan mimisan.
"Ahkkk ... sialan." Yatha bergumam pelan, lalu langsung membasuh wajahnya yang semakin memanas di wastafel---sesekali akan menggerutu karena bayang-bayang Hanna berputar diotaknya.
Hanna mungkin tidak ingat---atau memang tidak tahu, tapi awal pertemuan mereka adalah 10 tahun lalu. Saat itu Yatha untuk pertama kali dalam hidupnya menginginkan sesuatu dan bersamaan juga tak bisa mendapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE TO SURVIVE
Teen Fiction#TransmigrasiSeries1 Rukmi Humeera masih bisa 'baik-baik saja' ketika pacar dan sahabatnya mengkhianatinya dari belakang. Bahkan setelah pulang dari pemergokkan perselingkuhan sahabat dan pacarnya, Rukmi masih bisa menyumpah serapahi Bram---ayahnya...