Sebuah Fakta

8.4K 88 2
                                    

Aku memandangi lekat wajah Rose yang masih tertidur pulas dipelukanku. Untung saja hari ini libur kerja, jadi aku tak perlu tergesa-gesa untuk segera berangkat kekantor.

Wajah cantik ini memang sudah melekat didalam lubuk hatiku. Bagaimana tidak, sejak pertemuan pertama kami saat itu aku tak bisa melupakan sosoknya.

Aku memindai wajahnya dengan seksama, rambutnya yang berantakan sedikit itu ku singkirkan agar tak lebih leluasa memandanginya.

Dibalik selimut tebal, tubuh kami saling bertautan. Aku memeluknya erat, begitu pula Rose yang sepertinya tak menolak bahlan terlihat nyaman.

"Jangan memandangiku seperti itu " ucapnya lirih, ternyata Rose sudah bangun namun masih menutup matanya. Langsung kuciumi keningnya secara bertubi-tubi hingga membuatnya menggeliat dan berusaha untuk melepaskan diri. Baru saja hendak dia pergi aku sudah merengkuhnya lagi dari belakang.

"Jangan katakan kamu akan pergi seperti waktu itu?"

"Aku harus kekamar mandi." Ucapnya hingga aku mengalah untuk melepas pelukanku.

Sembari menunggunya, aku mengecek ponselku yamg belum kubuka lagi sejak kemarin sore. Pesan dari Robbi tentang rincian Job ku hari ini. Lumayan sekali ternyata yang ingin aku puaskan.

"Kemana acaramu hari ini?" Tanya Rose yang sudah mengenakan kemejaku, entah dimana dia menemukannya seingatku kemarin aku membuangnya asal ketika masuk ruangan ini. "Berapa tarif yang harus kubayar untuk meminta waktumu seharian ini?" Aku mendongak memdengar ucapanya barusan.

"Bagaimana dengan suamimu? Apa dia tak mencarimu?" Rose menggeleng pelan lalu ikut berbaring disebelahku.

"Dia biasa pergi keluar negeri selama berhari-hari. Dirumah hanya akan membuatku kesepian." Rose adalah salah satu dari para istri yang ternyata kekurangan kasih sayang dari para suaminya. Rata-rata pengguna jasaku adalah mereka yang sangat ingin diperhatikan namun tak pernah didapatkannya dari pasangannya.

Wanita disebelahku nampak memandang langit kamar dengan seksama.

"Aku membeli tempat ini untuk kujadikan tempat kerja, siapa sangka malah menemukanmu." Dia tertawa menutup wajahnya. Langsung saja aku berubah posisi diatasnya, kami berdua saling terpaku tanpa seucap katapun hingga suara ponsel Rose berbunyi.

Dia berjalan menjauh kesebelah pintu balkon, kemudian membuka tirai hingga nampak pemandangan tengah kota yang penuh dengan bangunan menjulang. Aku masih mengamati sosok tersebut yang juga tetap sibuk dengan ponselnya.

Rose tersenyum kearahku saat dia mengakhiri teleponnya. Senyum yang begitu menawan. Sepertinya aku sudah terpikat oleh Rose.

Rose kembali menghampiriku. Dengan brutalnya aku langsung menerjang tubuhnya tersebut, menarik kedua lengannya keatas. Aku sangat menyuka posisi ini, merasa bahwa aku adalah penguasa permainan namun sebagian wanita yang bersamaku lebih suka mendominasi sehingga membuatku kurang menikmatinya.

"Rasanya sudah sangat lapar untuk menyantap menu sarapanku ini." Aku menatapnya menggoda. Senyum kembali terukhir dari bibir Rose.

"Tapi sepertinya aku harus pulang." Ku tautkan kedua alis, memandang wanita dibawahku ini lekat.

"Bukankah kamu ingin menghabiskan waktu seharian denganku?"

"Mertuaku datang hari ini. Aku harus menyambutnya." Rose berusaha melepaskan genggamanku pada pergelengan tangannya, namun sekuat tenaga aku masih menahannya. Tidak, aku tidak mungkin melepaskan mangsaku kali ini. Sejurus kemudian, bibirku langsung kuarahkan pada bibirnya. Walaupun Rose berusaha memberontak tetap saja kupaksakan.

Melumat bibir yang sengaja dia tutup rapat, namun aku tetap berusaha membuka bibirnya agar membalas lumatanku. Hingga akhirnya apa yang ku inginkan dia wujudkan.
Kami berdua kembali tenggelam menikmati pagi.

Setelah dia mulai mengikuti kemauanku, barulah aku melepas tangannya perlahan dan beralih untuk menjelajahi setiap jengkal tubuh mulusnya. Sungguh menu sarapan pagi yang luar biasa.

Tak kuberi jeda dengan secepatnya menghantam Rose dengan kenikmatan secara bertubi-tubi. Suara desahannya semakin membuatku bersemangat.

"Kamu siap sayang?" Tanyaku ketika melihatnya semakin menggila dengan suara desahan yang makin tak beraturan. Aku melepas sejenak, Rose menatapku tajam. Mengatur nafasku sebentar lalu setelahnya tubuh Rose kubalik agar membelakangiku.

*****

Sepulangnya aku dari apartemen baru Rose, kembali ke rumahku yang cukup mewah untuk kalangan seorang karyawan sepertiku ini. Tak lupa Rose memberikan akses apartemen agar aku bisa leluasa datang kesana, apa lagi tujuannya kalau bukan untuk saling beradu peluh.

Aku tersenyum sendiri mengingat kejadian yang sudah kualami bersama Rose. Hasratku untuk memiliki Rose semakin menggila, aku harus memikirkan langkah awal untuk mencari informasi berkenaan dengan suaminya.

"Robb, masih ingat pelanggan yang pernah gua tanyain kemarin?" Aku menelfon Robbi, dia sedikit kecewa karena aku membatalkan semua job hari ini.sedikit rayuan dan juga janji mentraktirnya nanti sore akhirnya membuatnya luluh juga.

(Sebagian Teks Hilang)

"Akan kubelikan kamu tiket liburan dalam negeri, tapi sebelumnya carikan aku informasi tentang dia." Ucapku menunjukkan sebuah tangkapan layar diponsel yang tengah membuka laman profil teman kuliahku, Alex. "Rekam jejak kesibukannya selama ini dan apakah ada hubungan patner kerja dengan Thomas!" Aku menekankan ucapanku yang dia angguki pertanda mengerti.

Maaf gaess sebagian cerita sengaja kuhapus disini ya. Kalian bisa membacanya secara full di karya karsa

Aku drop linknya di profil ya

Terpikat Istri OrangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang