𝟒. 𝐍𝐮𝐬𝐚 𝐁𝐞𝐬𝐭𝐚𝐫𝐢 (𝐀)

32 11 0
                                    

"Beberapa orang bilang, keegoisan akan membuat orang yang bersamanya merasa tidak nyaman.

Tapi, beberapa orang lupa kalau, jika tidak ada keegoisan itu, orang yang merasa tidak nyaman itu tidak akan ada disisinya."

***

Tisya sedang memandangi dirinya di cermin, dia tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya dan berputar-putar melihat penampilannya. Sudah kurang lebih 15 menit gadis itu berada didepan cermin.

Hari ini hari pertamanya sekolah, jadi penampilannya harus sempurna. Tisya tersenyum ketika mata indahnya melihat sebuah bandana berwarna hitam kesayangannya, gadis itu memakainya dengan.

"Mobil sudah siap nonna. Apakah kita bisa berangkat sekarang."

"Oke, tentu saja," jawab Tisya tanpa mengalihkan pandangannya dari cermin. 

"Ini roti nonna." Bibi Darma, pengasuh kesayangan Tisya menghampiri tuan putrinya.

"Aku akan makan nanti bersama Bobby," katanya.

Bibi Darma dan maid lain merasa miris, Tisya begitu senang karena dia kira dia bisa bertemu dengan Bobby-nya.

"Bimo, bagaimana jika dia membuat kekacauan di sekolah? Apa itu tidak berbahaya untuk kita?" Bimo menghela napas, sebenarnya dia juga merasa khawatir.

Namun, dia tidak bisa meredupkan kebahagiaan nonna-nya dan memberi tahu hal yang membuat jiwanya kembali terguncang.

"Ayo Bimo! Aku tidak mau terlambat di hari pertama." Tisya berjalan dengan cermin kecil yang berada ditangannya.

Tisya terlihat sangat berbeda dari beberapa hari yang lalu. Gadis itu terlihat rapi dan segar. Sikap bossy-nya pun mulai kembali.

Haruskah para maid merasa lega? Ataukah mereka harus merasa khawatir?

"Nonna, sebenarnya saya ingin jujur sesuatu dengan nonna." Semua maid langsung tegang mendengar nada serius dari ucapan Bimo. "Sebenarnya nanti di sekolah itu nonna tidak akan bertemu dengan tuan Bobby."

"Apa maksudmu Bimo?" Tisya menajamkan matanya, kilatan marah terpancar dari matanya. Semua maid mulai bersiap dengan segala bencana yang akan terjadi.

"Bobby telah pindah keluar negeri."

Prang...

Bimo berusaha untuk tenang dan menyabarkan dirinya sendiri ketika sebuah cermin kecil melayang kearahnya. Jika saja dia telat menghindar maka cermin itu akan mengenai wajahnya.

"Kau membohongiku Bimo!" Tisya setengah berteriak.

"Hai, Sya." Tisya terdiam, dia mengusap air matanya dengan cepat dan melihat ke segala arah.

"Aku pengen kamu sekolah normal, seperti anak-anak lainnya. Kamu tau, kan apa yang harus kamu lakukan? Ya, kamu harus menjadi anak yang baik. Gak boleh marah-marah, harus jadi anak yang lebih sabar. Aku ingin Tisya ku menjadi lebih baik.

Suara itu menjadi samar, sebelum akhirnya benar-benar hilang. Itu adalah rekaman suara Bobby yang diambil Bimo entah kapan.

"A—apa itu artinya Bobby meninggalkanku karena aku bukan anak yang baik, Bimo?" tanya Tisya.

Bimo menundukkan kepalanya, dadanya terasa sedikit mencelos melihat gadis yang berada didepannya ini berdiri mematung dengan tatapan kosong.

"Bisa nonna membiarkan tuan Bobby pergi untuk kali ini?" Tisya menggelengkan kepalanya kuat, tangannya meremas tali yang dipakainya.

𝐁𝐞𝐚𝐮𝐭𝐢𝐟𝐮𝐥 𝐌𝐢𝐧𝐞𝐟𝐢𝐞𝐥𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang