Happy reading guys🥰
Tetap support aku ya😘
🥰
"Tidak selalu ada jembatan untuk menyebrang, terkadang kita harus memiliki jalan pintas lainnya"
Dira memeluk kedua lututnya, tangisannya kembali pecah, melihat wajah Altar, kembali mengingatkannya pada acara tersebut.
Dadanya terasa begitu sesak, apa yang telah ia perjuangkan tidak sebanding dengan yang ia dapatkan, bukankah seharusnya ia mendapatkan apresiasi?
Namun kenapa malah ini yang dirinya dapatkan, wanita mana yang tidak sakit hati ketika suami yang ia cintai sama sekali tidak mengakuinya sebagai istri.
Dira menenggelamkan wajahnya, ia semakin kuat memeluk lututnya.
Sebuah tangan mengusap punggungnya, lalu menarik dirinya kedalam pelukan.
Dira membiarkan suaminya itu untuk melakukan hal tersebut, namun hanya 1 menit, ketika tangisnya mulai mereda, Dira mendorong Altar sedikit kasar, sehingga Altar terhuyung ke belakang.
Dira menatap Altar dengan matanya yang sembab,ia memberikan tatapan penuh kekecewaannya.
Yang ditatap akhirnya memutuskan kontak mata terlebih dahulu.
"Aku kecewa mas sama kamu" Lagi dan lagi, hanya itu yang bisa Dira katakan untuk mendeskripsikan rasa sakitnya.
"Aku bisa jelasin semuanya, aku punya alasan kenapa aku melakukan itu" Altar mengenggam tangan Dira, namun dengan cepat Dira menepis nya.
"Ok, coba jelasin" Dira membersihkan pipinya dari sisa air mata.
"Aku akan denger" Dira mencoba menguatkan dirinya, ia tidak mau terlihat lemah.
Dira meluruskan tatapannya, ia tidak mau menatap mata milik suaminya itu.
Altar menghela nafasnya berat.
"Karena ada hati yang harus aku jaga" Ujar Altar sedikit ragu, takut jika itu akan membuat Dira semakin marah kepadanya.
Dira kembali menatap Altar, pikirannya lansung tertuju kepada nadia,apa yang sebenarnya suaminya ini rencanakan?
Dira tersenyum hambar, kepalanya mengeleng, tidak menyangka dengan jawaban yang di berikan.
Dira tetap diam, ia membiarkan Altar untuk berbicara sepenuhnya sekarang.
"Aku__" Altar ragu untuk melanjutkan ucapannya.
"Cerita aja mass, gak usah merasa gak enakan, dari awal emang udah gak enak juga kan, jadi aku harap kamu bisa terbuka sama aku, aku gak mau ada yang ditutupin" Ujar Dira kalau Altar belum menyambung ucapannya.
Dira diam untuk beberapa saat, lalu menggenggam tangan Altar, memberinya tatapan bahwa ia sungguh mengatakan hal tersebut.
Dira membuang nafasnya berat, akal sehatnya sudah sedikit kembali, ia menaikkan kedua sedut bibirnya, sehingga lesung pipinya nampak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekedar Titipan
Fiksi UmumPesan orang-orang, jangan pernah mau berurusan dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya, namun bagaimana jika dua orang seperti itu bersatu. Altar dan Dira, dua orang yang sama-sama masih terikat dengan masa lalunya yang mencoba untuk be...