Jam menunjukkan pukul setengah enam sore ketika Aya memasuki rumahnya. Kemeja putih yang ia kenakan sudah mencuat keluar dari rok hitam yang ia kenakan. Blazer sekolahnya entah bagaimana nasibnya didalam tas. Jangan tanyakan keadaan dasi yang setia menggantung dilehernya. Aya sendiri bahkan lupa dimana ia taruh dasi tersebut. Di dalam tas mungkin? Atau di kotak pensil? Ia tak mau ambil pusing.
Ia berjalan menuju dapur setelah sebelumnya ia menaruh sepatu di rak sepatu sebelah garasi mobilnya. Diambilnya botol ungu berisi air mineral dari dalam kulkas. Tak ingin menyiksa dirinya lebih lama karena kehausan, Aya langsung menegak habis air tersebut tanpa terlebih dahulu menunangnya kedalam gelas. Setelah merasa cukup segar ia memutar badannya berniat ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju.
Betapa kagetnya Aya ketika menemukan Sarah, ibunya, berdiri dihadapannya dengan tatapan tajam yang langsung menusuk retina mata coklatnya. "Mampus gue, minum kagak pake gelas, berdiri lagi. Ketauan deh gue. Ya Allah semoga gue nggak kenapa-napa." batin Aya.
"Eh bunda, lagi ngapain bun?" Aya menyapa mamanya duluan sambil nyengir kuda dan menggaruk tengkuknya.
"Tadinya niat bunda kesini mau nyiapin makanan. Eh liat kamu lagi minum sambil berdiri, nggak pake gelas pula." Jawab sang bunda sambil melirik kearah tempat cuci piring.
"Hehehe maafin Aya ya bun. Nggak diulangi lagi deh. Soalnya tadi Aya haus banget. Nih buktinya botol minum Aya yang segede galon gini udah bersih tanpa sisa." Ujarnya polos sambil menunjukkan botol biru muda yang tadi ia bawa ke sekolah.
"Lain kali kalo mau minum pokoknya harus pake gelas. Jangan lupa duduk. Biar barokah air yang kita minum. Jadi cewe harus rapi dan tertib dong. Ya udah sana mandi terus turun makan malem bareng. Jangan malah twitteran." Aya mengangguk mengerti dan langsung berlari menaiki anak tangga dari kayu dirumahnya.
Sesampainya di kamar, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur yang dilapisi sprei bermotif pohon maple. Ia mengambil iPhone kesayangannya yang daritadi sudah mengeluarkan bunyi dan getaran terus-menerus. Dilihatnya terdapat 150 pesan dari Whatsapp, BBM, dan LINE, 70 notif instagram, 80 pertanyaan di ask.fm dan 75 notif dari twitter. Ia terlalu sibuk mengurusi notifikasi yang terus masuk memenuhi akun social medianya hingga lupa tidak mandi.
Sofi, sang bunda, membuka pintu kamar putrinya dengan sedikit geram. "Udah dibilangin jangan main HP dulu kok ya masih ngeyel. Besok bunda bilang ayah aja suruh nyita HP-mu itu. Mandi sana, nggak tau ya kalo udah ditungguin dibawah?" ujar Sofi sambil mengambil paksa handphone Aya dan mendorong Aya masuk kedalam kamar mandi.
Hanya memerlukan waktu 15 menit bagi Aya untuk mandi. Ia turun untuk makan malam dengan celana panjang biru dan kaos putih berlengan panjang dengan rambut yang masih setengah basah. Disapanya kedua orang tuanya yang sudah duduk manis di meja makan. Biasanya Aya akan menemukan saudara kembar laki-lakinya yang duduk kursi sebelahnya, tapi kali ini ia tidak menemukannya. Ia tak mau ambil pusing dengan ketidakhadiran sang kembarannya.
Sedang asik-asiknya Aya belajar dikamarnya terdengar suara pintu gerbang rumahnya yang terbuka di susul dengan suara deru motor sudah dihafal Aya diluar kepala. "Astaghfirullah, udah jam setengah sepuluh baru pulang. Abis darimana coba. Wajib gue interogasi nih nanti." Batin Aya sambil melihat jam berwarna hitam yang menggantung di dinding kamarnya.
Ia merasa pintu kamarnya dibuka secara perlahan. Refleks ia langsung membalikkan badannya kearah pintu kamarnya. Disitu terdapat Daffa, saudara kembarnya dibalut kemeja putih dan dasi hitam dengan celana kain hitam serta membawa tas kertas berwarna silver. Daffa langsung menjatuhkan diri ke atas kasur milik Aya setelah ia tidak berhasil mengejutkan saudara kembarnya.
"Heh lo ngapain disitu. Minggir nggak, ntar kasur gue kotor. Ntar gue gatel-gatel gimana. Lo mau tanggung jawab hah? Hush minggir, menyingkir dari kasur gue." Ujar Aya sambil mendorong tubuh besar kembarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA
Teen FictionMungkin dunia ini masih saja sama Ketika aku masih memandangnya, sinar kagum yang merona Mungkin juga dunia ini masih sangat sama Ketika aku merasa semu, sekalipun aku mengungkapkan semua Tapi dunia ini berbeda Ketika kamu membawa aroma cinta Yang...