_______🌷_______
"Alaska kenapa kagak balik-balik daritadi, ya?" Baskara bertanya, ia memasukkan ponselnya kedalam sakunya dan fokus untuk mengobrol dengan teman-temannya.
"Kagak tau, tu anak tadi main pergi aja." Sahut Angkasa. Langit menatap Angkasa singkat.
"Gua mau ketoilet bentar." Langit turun dari atas meja yang menjadi tempat duduknya semula. Ia melenggang pergi dari basecamp setelah mendapat jawaban dari beberapa temannya.
Pemuda itu membuka pintu masuk basecamp, ia menuruni tiap anak tangga sembari bersiul. Ia berencana menghampiri Bulan kekelasnya untuk meminta maaf setelah menyelesaikan kebutuhannya ditoilet.
Lalu, saat ia sudah menginjak lantai dua, ia tertegun dengan ekspresinya yang berubah menjadi datar. Detak jantungnya terpacu tak terkendali setelah sempat berhenti berdetak selama beberapa detik karena shock. Ia tak pernah menyangka akan melihat adegan yang sialannya romantis itu didepan matanya sendiri. Emosinya naik, wajahnya sampai memerah sebab menahan amarah apalagi saat melihat si pemuda didepannya menoleh kearahnya dengan tatapan mengejek.
Saat ia melihat gadis yang semula berada dipelukan si pemuda mendorong pemuda itu untuk menjauh, Langit seolah enggan untuk menatap gadis itu. Ia hanya memokuskan pandangan tajamnya untuk si pemuda saja.
Karena terlalu emosi, ia segera berlari menerjang Alaska ketika Bulan telah berlalu meninggalkan pemuda itu. Ia tak akan pernah melakukan ini kepada Alaska jika pemuda itu tidak menyentuh gadisnya apalagi Alaska yang notabenya adalah sepupunya.
Napas Langit tersengal, ia menatap marah pada Alaska yang terlihat menyeka sudut bibirnya yang sedikit robek dan menimbulkan setitik cairan berwarna merah disana. Saat Alaska bangkit dan membalas pukulannya dengan menendang perutnya, Langit hanya bisa meresap rasa sakit itu dan ketika ia menoleh kearah depan, dimana disana terdapat presensi Alaska yang berdiri sambil memandangnya. Lalu, pandangannya ia geser untuk melirik Bulan yang kelihatan tidak baik-baik saja dibelakang tubuh Alaska.
Melihat Bulan dengan keadaan seperti itu, membuat dirinya langsung bangkit untuk menolong tetapi, Alaska yang berada cukup dekat dengan Bulan lebih dulu meraih tubuh itu sebelum membentur lantai kemudian membawanya pergi dari hadapannya.
Langit menggerang marah, siswi disana sampai tersentak karena terkejut.
"Bangsat!"
_______🌷_______
Alaska memandang wajah Bulan dengan sekelumit senyuman tipis terukir pada bibirnya. Ia duduk disisi kasur ruang UKS, menunggu Bulan tersadar dari pingsannya. Tadi, seorang anggota PMR sempat menangani Bulan sebelum pergi dan meninggalkan keduanya disana.
Entah kenapa, detak jantung Alaska berdetak kencang setiap kali ia memandang Bulan. Darahnya selalu berdesir dan selalu timbul rasa aneh pada hatinya. Jujur, setelah pertemuannya dengan Bulan diperpustakaan saat itu, Alaska selalu memikirkan Bulan. Sering kali ia tepis pemikiran itu, namun bayangan wajah Bulan selalu muncul dan mengganggunya walau ia suka.. eh.
Alaska teringat dengan kejadian saat ia sempat adu jotos dengan Langit. Ia menyentuh sudut bibirnya dan meringis. Alaska menghela napas kasar, ia merasa bersalah karena telah menyakiti sepupunya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITTLE
Fiksi RemajaHanya tentang sepasang manusia yang saling menutupi kerapuhannya dengan cara yang berbeda.