Ada banyak hal yang tidak disukai Jung Yunho di dunia ini. Kalau pun harus menyebutkannya, maka hal pertama itu adalah pernikahan.
Baginya, pernikahan bukanlah sesuatu yang cocok untuk orang sepertinya. Meski pun dia bukan tipe pecandu kebebasan yang mewarnai hidup dengan bersenang-senang tanpa sebuah kewajiban yang mengikat.
Jung Yunho sudah ditempa sejak kecil untuk menjadi seseorang yang kritis menghadapi realitas. Selain pemilih, dirinya pula tak pernah memiliki pengalaman manis dalam urusan percintaan. Oleh sebab itu, tidak akan mudah bagi Yunho mencari seseorang yang tepat untuk bisa bergabung dengannya dalam ikatan kata pernikahan.
"Kau dan aku, dua pria yang sama-sama benci berkomitmen dengan wanita." Lelaki di hadapannya tersenyum geli dan menggeleng pelan, memutar pelan sebuah cangkir yang tak lagi penuh. "Lucu saja kalau kau mengajakku membahas hal ini. Bukankah kita sama saja?" ucapnya main-main.
"Aku tahu." Dengusan singkat, Yunho memalingkan pandangannya ke arah selain wajah lawan bicaranya. "Tetapi kuharap, Kakak bisa memberiku gagasan atau apa pun untuk menghentikan ibuku."
Kening itu mengerut, matanya sedikit menyempit heran. "Ibumu berulah apa lagi?" Tak genap dua detik, dirinya bisa menyimpulkan, "Ah, aku paham. Salah satu drama darah biru, ya? Sepertinya, Seonghwa pernah menceritakan ini padaku."
Sejenak, dengkusan dari pria Jung terdengar berat. "Benar," keluh Yunho galau.
Lekas tawa lelaki di hadapannya pecah begitu saja.
"Aku ada di sini untuk mendapatkan saran, bukan ditertawakan." Setipis nada jengkel terselip di tengah kegalauannya.
"Baiklah. Maaf, ya?" Kekehan mereda, meski bibirnya masih tersimpul senyuman sama.
Yunho mencebik sambil menuntut, "Kakak harus memberikan gagasan atau apa pun untuk menggagalkan rencana pernikahan yang tengah dibuat ibuku."
"Memangnya dengan siapa kau akan dinikahkan?" Lelaki itu kembali pada peran seharusnya; pendengar dan penggagas saran atau nasihat untuk Yunho.
"Seorang wanita, anak teman dekat ibu," ujar Yunho yang mendadak didera rasa frustrasi. "Aku tidak cukup mengenalnya dan aku enggan menikahinya."
Aneh tetapi nyata, selalu ada keengganan memenuhi dirinya setiap ada rencana membangun komitmen bersama mitra baru di hidupnya. Entah dunia miliknya yang menolak dibagi, atau memang semesta di sekitarnya tak pernah merestui.
Cinta juga bukan sesuatu yang masuk di akalnya. Bahkan ketika dia menjelajah kehidupan selama lebih dari 30 tahun, desas-desus cinta hanya dapat sampai di telinga, tidak pernah sampai pada dirinya. Untuk itu, Jung Yunho percaya bahwa keberadaan cinta itu hanya sesuatu yang semu. Sementara pernikahan, hanya sebuah pembuktian orang-orang yang meyakini bahwa cinta mereka perlu diikat dan naik jenjang.
"Aku pernah dengar, Kakak juga pernah dijodohkan, benar?" Mendadak, hal itu terlintas saja di benak Yunho.
Pria tersebut tersenyum simpul. "Benar. Namun, aku punya alasan yang cukup masuk akal. Waktu itu, usiaku masih 21 tahun. Terlalu muda untuk membangun rumah tangga dengan orang lain. Kalau kau? Alasan masuk akal apa yang kau punya?"
"Mungkin ada. Alasannya, aku tidak suka orang itu. Bahasa dramatisnya, aku tidak mencintainya." Mengerut dagu, pundak Yunho terangkat tak acuh.
"Sebenarnya, cinta bukan satu-satunya alasan agar kau bisa menikah dengan orang lain." Pria itu berdeham sembari mengangkat cangkir teh sorenya. "Ada tiga syarat utama yang harus ditemukan pada seseorang yang ingin kau nikahi. Jika tidak menemukan salah satu di antara syarat-syarat ini dalam pasanganmu, maka kau bisa menjadikannya alasan untuk tidak menikahi orang tersebut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ameliorate Bond [YunGi]
FanfictionSelusin tahun lepas berlalu, namun kerenggangan ikatan di antara keduanya masih terasa. Bukannya membaik selepas dipertemukan kembali setelah sekian lama, keduanya justru memulai babak baru persaingan. Singkatnya, cerita ini terfokus pada si 'Anak M...