Tahap 3; Aku sayang

1K 95 3
                                    

Aku sayang padanya. Si Pelipur lara yang namanya Jeno. Aku sayang padanya. Si Pemberi rona yang namanya Jeno. Aku sayang padanya. Kekasihku yang namanya Jeno.

Aku sayang pada Jeno. Jadi, saat ia memintaku menjauh untuk sementara, aku menurutinya. Aku menjauh sejauh yang ia minta. Aku tahu ia masih belum mampu menghapus sakit yang diberi lelaki itu.

Aku sayang pada Jeno. Jadi, saat ia tak lagi membutuhkanku, aku akan berdiri jauh di belakangnya. Melihat pundak lebar itu mencari arah dan tujuan. Aku akan menangkapnya bila ia terjatuh ke dalam jurang kesengsaraan.

Aku sayang pada Jeno. Jadi, saat ia pergi tanpa sepatah kata pun meninggalkan kota kami, aku tak mencarinya. Karena aku tahu ia tak ingin mengingat kenangan apa saja dari kota ini.

Aku sayang pada Jeno. Jadi, saat ia tak kunjung ku temukan jejaknya, aku menyerah. Bukan menyerah menyayangi sosok sempurna itu tapi menyerah mencarinya. Ku biarkan ia pulang bila ia mau.

Aku sayang pada Jeno. Jadi, saat ia kembali, aku merengkuhnya erat. Saat ia tumpahkan segala kerinduan yang ia dapat, aku menghapus jejak basah di pipinya.

Aku sayang pada Jeno. Jadi, saat ia membiarkanku masuk lagi ke dalam hidupnya, aku mengetuk pelan dan sopan. Melangkah lebih jauh untuk menggapainya.

Aku sayang pada Jeno. Jadi, aku selalu membuatnya nyaman di dekatku. Ia sering memelukku. Menyandarkan kepalanya pada punggungku. Namun, aku tahu, ia masih belum bisa melepaskan lelaki itu.

Aku sayang pada Jeno. Jadi, saat ia memintaku untuk menjadi kekasihnya, aku menerima dengan senang hati. Aku mengabaikan fakta bahwa aku hanya pelampiasan saja. Toh, aku masih tetap bisa memiliki raganya.

Aku sayang pada Jeno. Meski ia tak miliki rasa yang sama denganku. Meski hatinya masih melalang buana. Tak apa, setidaknya raga itu sudah bisa ku rasakan keberadaannya.

Aku sayang pada Jeno. Pernah suatu hari, ia memintaku datang ke rumahnya. Ia memelukku sepanjang malam. Aku menjaganya karena aku sayang pada sosok sempurna itu.

Aku sayang pada Jeno. Setiap kami melintas di tiap-tiap sudut kota, ia menenggelamkan wajahnya pada pundakku. Tak apa, menangislah. Bantinku saat itu.

Aku sayang pada Jeno. Tiap kali ku jejakkan kaki pada halaman rumahku, entah sedari kapan ia menunggu tapi ia selalu menyambutku dengan senyum manisnya.

Aku sayang pada Jeno. Ia jarang bercerita sekarang. Namun, tiap ia gundah, ia genggam tanganku. Berusaha berpegang erat pada keputusannya.

Aku sayang pada Jeno. Meski ranumnya terkatup rapat, tapi aku tahu. Masih ada goyah di sana.

Aku sayang pada Jeno. Meski terkadang ia masih senandungkan nama lelaki itu di antara lirih mimipinya.

Aku sayang pada Jeno. Saat ia memintaku untuk menjauh, aku tetap berasa di sisinya. Meski ia mengacuhkanku. Meski ia berteriak, memohon untukku pergi, aku tetap di sana. Tak akan aku biarkan dirinya sebatang kara.

Aku sayang pada Jeno. Bahkan saat diam-diam ia bertemu lelaki itu, aku menjemputnya tanpa bertanya lebih.

Aku sayang pada Jeno. Bahkan saat raganya telah mengikuti hati sang Tuan. Saat raga yang harusnya milikku, telah kembali pada yang dulu.

Aku sayang pada Jeno. Bahkan saat ia memintaku menamat-paksakan kisah kami karena telah temukan labuhan hatinya.

Aku sayang pada Jeno. Bahkan saat ia tengah dicumbu mesra olah sang Belahan jiwa.

Aku sayang pada Jeno. Aku ingin merelakannya. Aku ingin relakan Lee Jeno.

Tahap; HYUCKNO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang