Jangan lupa vote+comment.
"Mah..."
Afta membuka pelan pintu kamar milik ibunya yang tidak terkunci. Menatap sekeliling ruangan yang tampak gelap, gorden jendela di ruangan itu masih tertutup rapat. Aneh batin nya"Maah, Mama." Bisiknya tepat di samping ranjang. Dengan penerangan yang minim Afta bisa melihat tubuh Ibunya yang terbungkus selimut tebal berwarna biru laut.
Masih diam, tidak mendapat sahutan, Lelaki itu berbalik menuju dinding dekat pintu dan menekan saklar lampu.
Kepalanya menengok kebelakang, selimut itu menutup hampir seluruh tubuh ibunya dan hanya rambutnya yang terlihat sedikit menyembul. "Tumben Mama kebo?"
"Mamaaakuu...." Afta berbaring di samping ibunya, Memeluk tubuh itu dengan manja. Mengoyang sedikit, lalu mengelus punggung sempit itu lembut.
"Eughh"
Arin menyibak sedikit selimut yang menutup wajahnya. Matanya yang belum sepenuhnya terbuka disuguhi pemandangan yang membuatnya tersenyum lebar, "Sayang..." Panggilnya dengan suara serak.
"Eumm... Mama sehat?" Telapak tangan dingin itu menyentuh dahinya yang terasa panas.
"Sehat.. Mama sehat,sayang." Di ambilnya telapak tangan itu dan di kecup penuh kasih. Lihat, wajah anaknya tampak lucu, sendu dan khawatir. Tapi mengemaskan untuknya.
"Mama sakit... Badan Mama panas." Arin menghembuskan nafas sepelan mungkin. Jika boleh jujur saat ini kepalanya terasa sakit, seperti dipukul benda tumpul berulang-ulang. "Kan tidurnya tutupan jadi suhu badan Mama sedikit naik.. ini efek selimut aja, sayang."
Anaknya merengut, menatap wajah ibunya tidak percaya. "Mama bohong ih."
"Afta panggilin dokter ya.. Mama Afta sakit." Tangan Arin menahan pergerakan anak sematawayangnya. "Eiy... Mana ada, Mama sehat."
"Aaaaaa~~ Mama sakit!!! Ini panas, nihh panas, kan?" Omel anak itu dengan bibir mengerucut,lucu.
"Udah sini.." Arin menarik tangan itu hingga membuat anaknya berbaring, menguncinya dan membawanya masuk kedalam pelukan hangat miliknya. "Anak mama kok udah gede gini sih? Perasaan kemarin masih suka ngompol deh."
"Ishhh. Enggak! Afta gak pernah ngompol ya! Ngarang ih~ Mama ahh."
Terdengar suara kekehan kecil di susul rengekan manja khas Afta yang membuat Arin semakin terkikik gemas. "Maah.."
Arin tidak menjawab, tapi atensinya tertuju penuh pada wajah serius milik anaknya, "Ayo ke rumah Papa."
"Kok tumben?" Seru ibu anak satu itu heran.
"Afta kangen.. mau ketemu Papa, Mama juga kangen, kan?"
Arin tersenyum, Ia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. 'Mama kangen banget sama Papa, Afta.. ingin Mama nyusul Papa tapi ada kamu yang buat Mama bertahan disini.'
***
"Lho, bukannya itu-"
"Sayang." Suara berat khas pria dewasa membuat atensi ibu dua anak itu teralihkan.
"Ada apa?" Tanya Dimas penasaran.
"Itu tadi di sana Aku kaya liat...," Ucapannya terjeda, Luna tak yakin dengan penglihatanya barusan. Pasti hanya salah lihat.
"Kita pulang yuk... Bentar lagi mau hujan kayaknya." Dimas menatap langit diatasnya. Lantas Ia mengenggam tangan kanan istrinya lembut. Menuntun wanita cantik itu dan mengajaknya pergi dari area pemakaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET PAIN 2 || LEE JENO
FanfictionAku kembali berharap bisa merasakan sedikit bahagia yang dulu sempat tabu kurasa. Aku kembali dengan raga yang sama. Untuk kali ini, rengkuhlah aku yang rapuh ini. Berikan aku pelukan yang hangat.. yang tulus tanpa harus menyakiti. Berikan aku ke...